ASEAN+3 Bahas Fleksibilitas Bisnis LNG

Wednesday, 24 July 2019 - Dibaca 906 kali

Jakarta, Pertemuan the 8th ASEAN+3 Oil Market and Natural Gas Forum and Business Dialogue digelar di Jakarta, Selasa (23/7). Acara ini dihadiri oleh 6 negara anggota ASEAN serta negara plus 3 yaitu Jepang, RRT dan Korea Selatan.

asean%2B3.jpg

Pertemuan reguler yang difokuskan sebagai forum berbagi kebijakan dan pengalaman di sektor migas ini yang terbagi dalam 5 sesi. Pada sesi pertama, IEEJ (Institute of Energy Economics Japan) dan ASCOPE (ASEAN Council on Petroleum) menyampaikan paparan terkait topik perkembangan pasar migas di ASEAN. Salah satu isu yang diangkat baik oleh IEEJ dan ASCOPE adalah perkembangan bisnis LNG.

IEEJ menyampaikan bahwa perdagangan LNG spot mencapai 79 juta ton atau hampir 25% dari total perdagangan LNG pada tahun 2018. Hal ini juga menjadi indikator pertumbuhan likuiditas pasar LNG. Untuk menjawab pertumbuhan likuiditas LNG Jepang memperkenalkan inisiatif baru. "Inisiatif ini ditujukan untuk menyederhanakan klausul pembatasan tujuan (destination restriction clause)," ujar Tetsuo Morikawa, perwakilan IEEJ pada pertemuan ini. Inisiatif ini telah diluncurkan oleh Japan Fair Trade Commission (JFTC) pada Juni 2017 dalam laporannya terkait transaksi LNG.

Pada Juli 2017, Pemerintah Jepang melalui Ministry of Economy, Trade and Industry bersama European Commissionmenandatangani MoU tentang upaya mendorong dan membentuk pasar LNG global yang likuid, fleksibel, dan transparan dalam konteks meningkatkan kerja sama Jepang-Uni Eropa di sektor energi berkelanjutan. Sejak publikasi JFTC, sekitar 15% kontrak yang ditandatangani pada 2019 untuk Jepang, RRT dan Korea Selatan kemungkinan besar telah bebas dari klausul pembatasan tujuan. Inisiatif kontrak LNG yang baru ini kemudian dikenalkan di ASEAN karena dipercaya dapat mendorong likuiditas yang tinggi dalam pasar LNG serta mendorong suplai yang stabil di kawasan.

"Dengan skema baru ini, LNG kargo dapat disalurkan di tempat atau spot yang paling membutuhkan," kata Tetsuo Morikawa sebelum mengakhiri presentasinya.

Selain IEEJ, ASCOPE Secretary in Charge Nopporn Chuchinda juga menyampaikan isu fleksibilitas tujuan LNG dalam paparannya. Kebutuhan gas dan LNG di ASEAN terus meningkat. "Untuk menjawab hal ini, ASEAN pada tahun 2012 memperluas fokus strategis konektivitas dalam Trans SEAN Gas Pipeline (TAGP) dari sebelumnya hanya konektivitas gas di kawasan melalui pipa menjadi mengikusertakan konektivitas melalui terminal regasifikasi," jelas Nopporn Chuchinda dalam paparannya.

Untuk itu, LNG bisa berperan sebagai virtual pipeline. ASCOPE mulai membahas gagasan tentang fleksibilitas tujuan LNG tanpa pembatasan sehingga LNG bisa dikirim ke terminal LNG manapun di negara anggota ASEAN. ASCOPE kemudian membuat dua model skema kontrak LNG yaitu LNG SPA dan LNG MSPA (Master SPA). Tujuan LNG MSPA adalah demi fleksibilitas tujuan LNG ke terminal alternatif. Model kontrak SPA dan MSPA telah dilaporkan pada pertemuan Tingkat Pejabat Senior dan pertemuan Tingkat Menteri Energi. Kontrak SPA dan MSPA ini difokuskan untuk mencapai tujuan ketahanan energi di kawasan. (AS)