Empat Hari Pasca Erupsi Freatik: Asap Solfatara Tak Terlihat, Status Gunung Merapi Normal

Tuesday, 15 May 2018 - Dibaca 1926 kali

BANDUNG - Empat hari setelah terjadinya erupsi freatik pada Gunung Merapi yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), kini gunung dengan ketinggian 2.968 m dpl tersebut tidak lagi memperlihatkan adanya kepulan asap pada puncaknya. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan, pada 15 Mei 2018 visual seputar pos pengamatan dominan berkabut dari pagi hingga siang, asap solfatara juga tidak teramati pada puncak Gunung Merapi.

"Tidak ada tanda-tanda erupsi freatik ataupun lainnya. Gunung Merapi dalam status Normal", ungkap Kasbani, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM di Bandung (15/5). Ia juga menambahkan bahwa pos pengamatan Gunung Merapi selalu memperbarui informasi terkait gunung api aktif tersebut dan masyarakat dapat mengakses kabar terbarunya pada aplikasi Magma Indonesia. "Silahkan dilihat langsung status terbarunya. Kami juga memberikan rekomendasi terhadap kondisi gunung api bagi masyarakat sekitar. Kita semua bisa siaga kalau suatu saat terjadi apa-apa", lengkap Kasbani.

Erupsi Freatik Gunung Merapi yang terjadi pada Jumat (11/5) lalu muncul secara tiba-tiba. Kepulan asap pada puncak merapi menimbulkan berbagai macam spekulasi yang mengakibatkan kepanikan yang berlebihan di masyarakat. Namun PVMBG memberikan respon yang cepat untuk memberikan pemahaman yang akurat mengenai erupsi freatik yang terjadi. "Ini terjadi karena terlepasnya akumulasi gas vulkanik secara cepat, H2O, CO2, dan sebagainya. Karena dinamika letusan yang terkait freatik sangat lemah, tidak mampu terdeteksi oleh konfigurasi pemantauan yang biasa diterapkan untuk letusan magmatik, memang berbeda", ucap Kepala PVMBG.

Ia menambahkan, letusan ini dapat diidentifikasi melalui analisa material abu vulkanik dengan metode Scanning Electron Microscope (SEM), apabila terdapat material juvenile (material langsung dari magma yang diletuskan baik yang tadinya berupa padatan atau cairan serta buih magma), maka dapat diidentifikasi sebagai letusan freatik. Masyarakat indonesia juga diimbau untuk selalu siaga terkait erupsi sejenis. Letusan seperti ini dapat terjadi pada gunung api aktif lainnya seperti Gunung Agung di Bali, Gunung Dieng di Jawa Tengah, Gunung Marapi di Sumatera Barat dan gunung api aktif lainnya.

"Bila terjadi hal serupa seperti erupsi freatik merapi, langkah awal yang dapat dilakukan, silahkan mengenakan masker, penutup kepala dan kacamata, karena abu vulkanik yang terlempar tersebut tidak baik untuk kesehatan, jangan sampai terhirup", jelas Kasbani. Kementerian ESDM juga selalu berkoordinasi dengan pemerintah setempat, tim siaga desa, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam pengawasan kondisi Gunung Merapi. (Penulis: Apriwansyah)

Share This!