One Hour University : Transisi Energi Untuk Atasi Perubahan Iklim

Selasa, 29 Januari 2019 - Dibaca 2362 kali

JAKARTA - Isu pemanasan global dan perubahan iklim menjadi perbincangan beberapa tahun terakhir. Berbagai upaya pencegahan dilakukan agar hal tersebut tidak semakin meluas. Hal tersebut yang diangkat dalam One Hour University, France's Energy Policy for The Fight Against Climate Change dengan narasumber Duta Besar Perancis untuk Indonesia, Jean-Charles Berthonnet, Selasa (29/1) di Gedung BPSDM ESDM, Jakarta.

Sebanyak 200 Peserta dari Lingkungan KESDM serta Kementerian/Lembaga dan Perusahaan seperti dari Kementerian Perdagangan, BPPT, BPKLP, PT. PLN, PT. Bukit Asam dan lainnya

Beliau menjelaskan perubahan iklim yang terjadi di Perancis sudah membuat penurunan ketinggian salju di beberapa pegunungan dalam 30 tahun terakhir. "Perubahan iklim akan semakin buruk apabila tidak segera diatasi," ujarnya. Apabila tidak dilakukan transisi energi, maka pada tahun 2050 diperkirakan hampir 50% hutan di Perancis terbakar dan terjadi penurunan 2 miliar m3 kubik air. Untuk itulah diperlukan transisi energi.

Transisi energi adalah sebuah strategi pengelolaan energi jangka panjang untuk mengurangi emisi karbon serta meningkatkan penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan. Pemerintah Perancis pun sudah menerapkan transisi energi dengan menetapkan rencana jangka panjang, membangun hubungan yang kondusif dengan melibatkan para stakeholder serta konsisten pada kebijakan yang diterapkan. Diharapkan pada Tahun 2050, Perancis akan mencapai Carbon Neutrality.

Selama ini, sumber energi utama di Perancis adalah minyak sebanyak 45%, natural gas 20%, nuklir 16%, renewables energy 15% dan coal 3%. Digunakan untuk transport, kebutuhan rumah tangga dan lainnya. Kebijakan energi yang konsisten oleh pemerintah diperlukan terkait komitmen pengurangan emisi gas rumah kaca guna mencapai Carbon Neutrality.

Sementara itu, Pemerintah Indonesia c.q Kementerian ESDM juga sudah melakukan upaya untuk mengurangi emisi karbon melalui peningkatan penggunaan energi bersih, sebagai komitmen nasional dalam penurunan emisi sesuai dengan UU No. 16 Tahun 2016 Tentang Pengesahan Paris Agreement to UNFCC dan Perpres No.61 Tahun 2016 tentang RAN-GRK. Pada tahun 2018, penurunan emisi karbon sebesar 43,8 Juta Ton CO2 angka ini melebihi target yang ditetapkan sebesar 36,0 Juta Ton CO2 dan penghematan energi 2015 sampai dengan 2018 mencapai 31.011 GWH atau setara dengan Rp 31,8 triliun.

Hal ini tidak terlepas dari peran Pemerintah dalam mendorong penggunaan energi baru terbarukan sebagai sumber energi. Pada Tahun 2017 - 2018, terdapat 74 kontrak pembangkit listrik EBT ditandatangi berkapasitas 1.576 MW, sehingga total kapasitas dari 2014 - 2018 mencapai 4.772 MW. Kementerian ESDM akan terus melakukan peningkatan efisiensi pemakaian dan pengelolaan energi. Pada tahun 2019, penurunan emisi CO2 ditargetkan akan mencapai 48,8 juta ton.(rwp/des/esdm)