Jonan: Tugas Saya Menjadikan Sektor Energi sebagai Sektor Efisien

Jumat, 28 April 2017 - Dibaca 3258 kali

JAKARTA - Di hadapan anggota Chief Marketing Officer (CMO) Club atau asosiasi yang berisi Direktur Pemasaran, Menteri ESDM, Ignasius Jonan berbagi pengalaman tentang lika liku selama menjabat sebagai orang nomor satu di Kementerian ESDM.

Di awal paparan yang dipandu oleh pakar pemasaran Hermawan Kartajaya, Jonan menceritakan target awal saat kerja di Kementerian ESDM yaitu menjadikan sektor energi sebagai sektor yang efisien sehingga mampu menjadi sektor dasar atau memacu sektor-sektor yang lain di Indonesia mampu bersaing secara global. Dan hulunya tentunya energi tersebut mampu terjangkau oleh semua lapisan kalangan masyarakat serta mampu menarik investor dalam dan luar negeri.

"Tugas saya adalah untuk salah satunya itu, membuat sektor ini --sektor Energi dan Sumber Daya Mineral-- itu dikenal oleh masyarakat sebagai sektor yang efisien. Sektor yang menjadi dasar untuk sektor-sektor lain untuk berkompetisi secara global," ujar Jonan di Acara yg dihelat di Kementerian ESDM dengan tema Realizing Inclusive Energy in Indonesia: Foundation for Sustainable Economic Growth, Kamis (26/4).

Berbagai terobosan dilakukan untuk dapat memangkas harga energi di Indonesia menjadi terjangkau baik di masyarakat maupun dunia industri.

"Analoginya jika biaya energi mahal, masyarakat terbebani, industri kurang berdaya saing. Makanya saya pangkas biaya energi," terang Jonan

Salah satu sektor energi yang menjadi terobosan Jonan yakni keterjangkauan dan ketersediaan energi ketenagalistrikan di masyarakat. Menurutnya, salah satu interface yang sangat penting di ketenagalistrikan itu adalah merubah pola komunikasi penyedia atau dalam hal ini PLN dengan customernya.

"Sekarang kita lagi mendorong PLN sebagai operator untuk membuat unit penampung keluhan dan mendorong PLN membayar denda kepada customer nya. Kalau kita lihat sambungan listrik nya telat atau sering mati dan sebagainya, sekarang ini PLN mau bayar (biaya ganti rugi)," jelas Jonan.

Menurut Jonan bahwa fluktuasi nilai tukar dolar yang berubah ubah akan menyebabkan harga energi dasar juga ikut berubah. Akibatnya pemerintah mengambil kebijakan dengan penyesuaian tarif listrik tiap 3 bulan untuk memastikan harga listrik tetap terjangkau dan memberikan kepastian iklim investasi di Indonesia.

"Bagaimana caranya listrik makin banyak makin tersedia tapi harganya makin terjangkau. saya nggak bilang makin murah. Ini yg menjadi tugas pemerintah Bagaimana Semua orang bisa berlangganan listrik," terang Jonan

Jonan menjelaskan bahwa salah satu tugas saya dari Presiden adalah membuat pasokan listrik cukup dan harganya terjangkau. Dan di sektor Energi Baru Terbarukan (EBT), untuk 2 tahun kedepan target pemerintah membuat 2500 desa dengan home solar system untuk 4 buah lampu dan satu buah colokan handphone. serta ada 10000 Desa lagi yang pelayanan listriknya mencukupi.

"Di sektor Energi Baru Terbarukan (EBT), untuk 2 tahun kedepan target pemerintah membuat 2500 desa dengan home solar system untuk 4 buah lampu dan satu buah colokan handphone. Dan ada 10.000 Desa lagi yang pelayanan listriknya ala kadarnya," tambah Jonan.

Di sektor pertambangan menteri Jonan juga membuat terobosan dengan mendorong pembangunan pembangkit listrik tenaga uap di mulut tambang. Karena dalam jangka panjang mengirim listrik jauh lebih murah dan efisien dibanding mengirim batubara. Terobosan serupa juga sama dengan distribusi gas yaitu dengan pembangunan pembangkit di wellhead atau sumur pengeboran yang kemudian di distribusikan langsung dengan kabel transmisi.

"Kita dorong pembangunan pembangkit listrik tenaga uap di mulut tambang ataupun langsung di wellhead. Ini semua agar harga listrik jauh lebih murah dan efisien," tandas Jonan

Dan diakhir paparannya, Menteri Jonan juga membahas tentang terobosan terbarunya yaitu diversivikasi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) dengan mewajibkan pemasangan minimal 1 dispenser BBG di tiap SPBU. Pemerintah menargetkan hingga tahun 2019 akan terpasang dispenser gas di 150 lokasi SPBU tersebar di wilayah yang sudah ada infrastruktur gasnya.

"Sudah kita identifikasi, ada 150 SPBU di berbagai wilayah yang sudah ada infrastruktur gasnya dan ukuran SPBU-nya juga layak untuk dipasang dispenser gas. Target tahunnya sampai 2019," tutup Jonan. (RD)

Bagikan Ini!