Menteri ESDM: Penelitian Harus Menjadi Profit Center

Jumat, 4 November 2016 - Dibaca 2955 kali

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan beserta Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, Jumat (4/11), melakukan tatap muka langsung dengan pejabat dan staf Badan Penelitian dan Pengembangan (Badan Litbang) ESDM di Cipulir, Jakarta. Pertemuan tersebut menyusul rangkaian tatap muka lain yang telah terlebih dahulu dilaksanakan di Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, Direktorat Jenderal (Ditjen) Minyak dan Gas Bumi (Migas), Ditjen Mineral dan Batubara (Minerba), Ditjen Ketenagalistrikan, Ditjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE), Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia ESDM, Sekretariat Dewan Energi Nasional, dan BPH Migas.

Acara tatap muka dimulai dengan One on One Meeting Menteri dan Wakil Menteri ESDM dengan jajaran pejabat dan peneliti di Badan Litbang ESDM. Rapat ini dimulai dengan paparan oleh Kepala Badan Litbang mengenai capaian, tantangan, serta isu hukum terkait Badan Litbang. Saat ini, Badan Litbang ESDM telah memiliki 21 Hak Paten, 8 Hak Paten Sederhana, 27 Hak Cipta, dan 1 Merek, baik di sektor Migas, Ketenagalistrikan, EBTKE, Minerba, maupun Geologi Kelautan.

Seusai pemaparan oleh Kepala Badan Litbang, Menteri ESDM, mengatakan bahwa penelitian harus dapat diterapkan untuk memberikan manfaat kepada masyarakat. "Ada satu hal di antara hasil penelitian sampai manfaat kepada masyarakat itu yakni komersialisasi. Saya minta hasil penelitian ini bisa dijual, apakah bayar royalti dan sebagainya, sehingga Badan Litbang bisa mendapatkan penerimaan lebih dari anggaran yang dialokasikan setiap tahunnya," ujar Menteri ESDM. Lebih lanjut, Menteri ESDM juga menyebutkan bahwa penelitian yang dilakukan harus bersumber dari kebutuhan masyarakat. "Tolong peneliti banyak berkomunikasi dengan masyarakat. Dicari kebutuhannya apa. Jangan meneliti hanya atas dasar aspirasi sendiri," tutur Menteri ESDM.

Setelah One on One Meeting, acara dilanjutkan dengan tatap muka langsung dengan pegawai Badan Litbang. Menteri ESDM bercerita di depan pegawai Badan Litbang mengenai pengalamannya ketika terlibat pada riset teknologi sewaktu masih menjabat Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia. Dari cerita tersebut, Menteri Jonan menegaskan bahwa dua hal penting dalam melakukan sebuah penelitian adalah persistensi atau kesungguhan dan kewajaran. "Jika masih belum berhasil ya harus diteliti terus sampai berhasil," ujar Menteri ESDM.

Senada dengan yang disampaikan Menteri, Wakil Menteri ESDM berpesan agar setiap riset yang dilakukan bersumber dari kebutuhan industri. "Kalau kita mulai dari dari kebutuhan industri pasti hasilnya nanti akan dipakai oleh industri. Selain itu budayakan untuk membaca jurnal-jurnal penelitian dan berdiskusi dengan ahli yang dianggap pioneer di bidang tersebut," ucap Wakil Menteri. Wakil Menteri juga menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan saat ini sebaiknya berdasar pada technology development yang condong kepada kebutuhan industri, bukan lagi research development. Dana yang terbatas dan kedekatan dengan industri, lanjut Wakil Menteri, membuat riset yang dilakukan harus didasarkan pada kebutuhan industri tersebut. "Kalau industri membutuhkan, Insya Allah nanti akan ada yang beli," pungkas Wakil Menteri ESDM.