Manajemen Energi: Senjata Ampuh Industri Kala Pandemi

Tuesday, 7 July 2020 - Dibaca 668 kali

JAKARTA - Pandemi Covid-19 tak hanya berdampak pada sektor kesehatan, tetapi juga memberikan dampak bagi hampir semua sektor kehidupan masyarakat termasuk sektor industri pengolahan. Penurunan cukup tajam kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan I tahun 2020 tercermin dari Prompt Manufacturing Index (PMI) Bank Indonesia yang berada dalam fase kontraksi dengan indeks sebesar 45,64 % turun dari 51,50 % pada triwulan IV-2019. Secara sektoral, hampir seluruh subsektor mencatatkan kontraksi pada triwulan I-2020 kecuali subsektor makanan, minuman dan tembakau.

"Pada masa pandemi ini, penurunan angka PMI kita di industri pengolahan mengindikasikan industri tidak berkembang karena menderita terkait demand, bahan baku dan juga transportasi untuk distribusi. Sementara itu, industri 4.0 akan tetap coba dipacu agar penerapannya segera terwujud," tutur Direktur Konservasi Energi, Hariyanto saat membuka gelaran Webinar Penerapan Manajemen Energi dalam Mengurangi Dampak Pandemi Covid19 di Sektor Industri, hari ini (7/7).

Hariyanto meyakini masih ada upaya yang dapat dilakukan oleh sektor industri pengolahan untuk meningkatkan kinerja pada masa pandemi ini yaitu dengan menerapkan manajemen energi. "Saya yakin pada era pandemi ini, masih ada upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan performa fasilitas industri. Apakah sistem manajemen energi dapat menjadi tools dalam menjalani ini. Bagaimana pengelolaan energi melalui manajemen energi yang tepat pada masa Covid-19 sekarang," ungkapnya.

Hariyanto juga mengungkapkan bahwa Kementerian ESDM terus berupaya menjalankan berbagai upaya efisiensi dan konservasi energi sebagaimana amanat Undang-undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi dan Undang-undang (Perppu) 70 Tahun 2009 tentang Konservasi Energi. Undang-Undang dan Perppu tersebut mengatur pula bagaimana melakukan manajemen energi.

Pihaknya berharap penyelenggaraan webinar ini dapat menjadi sarana berbagi pengalaman berbagai pelaku industri dan pemangku kepentingan terkait mengenai upaya penerapan manajemen energi untuk mengurangi dampak Covid-19. Oleh karenanya turut dihadirkan sebagai narasumber pada webinar tersebut perwakilan Kementerian Perindustrian yang menangani Manajemen dan Fasilitasi Industri Hijau serta pelaku industri, yaitu PT. Astra Internasional dan PT. Pupuk Kaltim.

Pada kesempatan ini, Kepala Bidang Manajemen dan Fasilitasi Industri Hijau Kementerian Perindustrian Emmy Suryandari turut membenarkan adanya penurunan pertumbuhan ekonomi dan industri pengolahan non migas pada triwulan I tahun 2020 dibanding tahun sebelumnya. "Pada Triwulan I tahun 2020 ini, pertumbuhan industri hanya 2,01 persen. Sementara itu, pertumbuhan tahun lalu adalah 4,80 persen. 60 persen industri hard hit atau mengalami guncangan cukup berat, sehingga butuh waktu lebih lama dan dukungan Pemerintah agar bisa segera bangkit. Dampak kian terasa karena industri seperti itu biasanya menampung banyak tenaga kerja," ujar Emmy.

Ia pun menjelaskan bahwa sistem efisiensi energi pada sektor industri secara umum akan memberikan kontribusi pada energy security. Penerapan sistem efisiensi energi pada sektor industri juga mampu menekan biaya energi, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar pelaku industri masih menggunakan bahan bakar berbasis fosil. Konservasi atau penghematan energi pun menjadi salah satu cara industri untuk bisa bertahan di tengah krisis Covid-19. "Pada saat industri melakukan efisiensi energi, maka otomatis ada yang namanya cost savings. Otomatis terjadi, sehingga tidak perlu menunggu insentif Pemerintah. Kami juga mendorong industri untuk mencapai target dalam menggunakan energi terbarukan" kata Emmy.

Menurut data yang disampaikan Emmy dari Program Penghargaan Industri Hijau Kemenperin, penghematan energi sebesar 12.673 terajoule (TJ) pada 2018 dapat menghemat pengeluaran sebesar Rp 1,8 triliun. Pada program yang sama tahun 2019, energi yang berhasil dihemat mencapai 11.381 TJ atau Rp 3,5 triliun. Rata-rata efisiensi energi pada 2019 adalah 9,84 persen.

Efisiensi energi meliputi penggunaan teknologi yang membutuhkan energi lebih sedikit untuk menghasilkan fungsi yang sama. Penerapan efisiensi energi berfokus pada peralatan atau mesin yang digunakan. Sebagian besar efisiensi energi di industri dicapai melalui perubahan pada pengelolaan energi pada fasilitas industri daripada instalasi teknologi-teknologi baru.

"Dengan segala keterbatasan yang ada pada kami tahun ini, kita tetap memiliki komitmen yang tinggi untuk memastikan teman-teman industri ini tercukupi kebutuhannya dalam hal menerapkan sistem manajemen energi. Untuk SDM melakukan pelatihan energy management system, untuk pendanaan menyusun naskah insentif industri hijau, untuk kebijakan kami akan terus menyusun guideline, penyusunan Permenperin dan penyusunan profil energi baru terbarukan di sektor industri," tukas Emmy.

Penerapan Sistem Manajemen Energi : PT. Astra International dan PT. Pupuk Kaltim

Senior Manager Environment and Social Responsibility PT. Astra International, Beny Priyatna menyatakan bahwa konservasi energi dan energi bersih sangat dibutuhkan industri saat bisnis melemah akibat Covid-19. Menurutnya, penghematan energi merupakan salah satu upaya Astra untuk terus tumbuh dengan penekanan biaya, terutama untuk bertahan saat pandemi Covid-19. Selain itu, Astra memang ingin menjadi bagian industri bersih dan solusi perubahan iklim.

"Upaya itu sudah Astra mulai sejak 2014 dengan mewajibkan semua anak perusahaan menurunkan konsumsi energi 2,5 dari tahun lalu. Ditargetkan pada 2050, energi baru dan terbarukan (EBT) jadi salah satu energi inti di Astra dengan 31 persen energy mix," tutur Beny.

Lebih lanjut Beny mengungkapkan penerapan sistem manajemen energi (SME) di Astra sejak 2015-2019 berhasil menghemat energi 4.078 TJ, mengurangi CO2 sebanyak 320.000 ton. Dengan 75 anak perusahaan menerapkan SME, perusahaan dapat melakukan penghematan hingga Rp 1,2 triliun. Penggunaan energi Astra International pada 2019 sendiri mencapai 60.048 TJ atau 1,1 miliar dollar AS.

Senada dengan PT. Astra International, Pupuk Kaltim (PKT) juga memilih penerapan penghematan energi sebagai upaya bertahan pada masa sekarang ini. Akibat pandemi Covid-19, permintaan pupuk ammonia global mengalami penurunan hingga 48 persen.

"Penghematan energi PKT lakukan dengan reschedule turn around atau pemeliharaan pabrik ammonia. Cara ini lebih efektif daripada menurunkan harga, mengurangi produksi, atau menutup total pabrik," terang General Manager Teknologi Pupuk Kaltim, M. Arief Rusdi. (RWS/DLP)