Pemerintah Dorong Pondok Pesantren Tingkatkan Peran Konservasi Energi

Wednesday, 1 July 2020 - Dibaca 655 kali

JAKARTA - Pemerintah terus mendorong semua pihak untuk berperan aktif dalam upaya peningkatan konservasi energi. Peran aktif semua pihak ini tak hanya diperlukan untuk mendukung penurunan emisi GRK sebesar 29% dari BAU pada tahun 2030, tetapi juga sebagai salah satu upaya mengurangi beban impor nasional terhadap konsumsi BBM.

"Target kita secara nasional harus menghemat energi sebesar 377 jt barel minyak. 1 barel minyak itu setara dengan 159 liter. Jadi jika kita bisa menghemat 377 jt barel minyak dengan penggunaan kita 1,5jt barel perhari, kita bisa berhemat 250-an jt barel. Penghematan itu bisa kita capai melalui konservasi energi," ungkap Direktur Konservasi Energi, Hariyanto pada Webinar "Pesantren dan Optimalisasi Pelaksanaan Konservasi Energi dalam Menyongsong Masa Depan" yang dilaksanakan pada Selasa (30/6).

Pada kesempatan tersebut, Hariyanto menjelaskan bahwa konservasi energi merupakan upaya sistematis dalam melestarikan sumber daya energi dan mengefisienkan pemanfaatannya. Pengurangan konsumsi energi harus dilakukan dengan cara-cara rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan, atau tanpa mengurangi keselamatan, kenyamanan dan produktivitas.

"Kita harus efisien dalam pemanfaatannya, jadi semuanya kita kembalikan ke standar. Jika saya analogikan jika kita makan sehari 3x, lantas kita makan 2x sehari , apakah itu hemat? Saya rasa bukan, karena itu bukan berhemat karena tidak sesuai standar. Begitu juga dengan energi, jika kita menggunakan energi diluar standar itu dinamakan pelit energi. Oleh karena itu mari melihat permintaan energi itu dari sisi efisiensinya, supaya standar produktifitas kita tidak terganggu," terang Hariyanto.

Pemerintah telah memiliki beberapa kebijakan untuk mendukung kemudahan masyarakat dalam turut melaksanakan konservasi energi, salah satunya kebijakan label peralatan hemat energi. Hariyanto menganjutkan pemilihan peralatan elektronik rumah tangga diprioritaskan pada peralatan yang mendapatkan label bintang terbanyak. "Jangan dilihat dari harganya saja karena kita berkontribusi untuk konservasi energi. Semua peralatan elektronik rumah tangga akan kita pasangkan bintang, sehingga memudahkan masyarakat untuk memilih," tandas Hariyanto.

Penerapan konservasi energi ini menurut Hariyanto pada prinsipnya dapat diterapkan dengan mudah dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, termasuk di lingkungan Pondok Pesantren. "Kami berharap pengurus dan guru Pondok Pesantren berperan dalam meningkatkan kesadaran pelaksanaan konservasi energi dan tentunya penghematan energi. Banyak contoh perilaku yang diterapkan di sekolah luar negeri yang dapat kita terapkan di sini dengan tetap memperhatikan budaya ketimuran," ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Kepala Seksi Bimbingan Teknis Konservasi Energi Eko Sudarmawan mengatakan bahwa Pondok Pesantren memiliki peran yang besar dalam mendukung perubahan perilaku hemat energi sejak dini, yaitu: (1) menanamkan nilai-nilai hemat energi, (2) memberikan contoh perilaku hemat energi, (3) memberikan motivasi untuk selalu berperilaku hemat energi, dan (4) membiasakan perilaku hemat energi dalam kegiatan sehari-hari di sekolah.

Webinar ini merupakan upaya Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi untuk mengajak pengurus dan santri pondok pesantren memahami lebih jauh tujuan dan implementasi konservasi energi. Pemerintah meyakini bahwa masyarakat di lingkungan internal dan eksternal Pondok Pesantren merupakan salah satu pemangku kepentingan yang memiliki andil besar dalam mendukung pelaksanaan program Pemerintah di bidang konservasi energi. Sebagai lingkungan pembelajaran, Pondok Pesantren dapat mendukung penanaman perilaku hemat energi sejak dini, peningkatan kapasitas warga Pesantren dalam wawasan energi terbarukan dan konservasi energi, serta berkontribusi dalam penurunan emisi CO2. (RWS)