Seminar Strategi Jitu Peningkatan Pengembangan EBT Berbasis Risiko

Thursday, 17 December 2020 - Dibaca 730 kali

JAKARTA - Sebagai ajang diskusi dan berbagi ilmu terkait pencapaian target pengembangan EBTKE dengan memperhatikan sisi manajemen risiko, Direktorat Jenderal EBTKE melalui para Agen Perubahan bersama Satuan Tugas (Satgas) Tata dan Kelola Manajemen Risiko Direktorat Jenderal EBTKE menggelar Seminar 5 in One dengan topik Strategi Jitu Peningkatan Pengembangan Energi Baru dan Energi Terbarukan (EBT) Berbasis Risiko. Disebut Seminar 5 in One, karena hadir lima orang Agen Perubahan dan Perwakilan Satgas Tata dan Kelola Manajemen Risiko yang telah tersertifikasi menjadi pembicara.

"Hal tentang manajemen risiko ini sangat penting dan sangat releven di era kita kini, dimana resiko memiliki sifat selalu menghadapi tantangan yang baru. Terutama kita menghadapi tren transisi energi dengan segudang tantangan, dan amat perlu memetakan risiko ke depan. Saya berpendapat ini akan menjadi kesempatan yang baik bagi Pemerintah, sektor swasta, pelaku energi, kalangan akademisi, sektor industri dan kita semua untuk mengembangkan energi terbarukan dari sudut pandang risiko dan bagaimana mengelola tantangan yang ada" ujar Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Harris yang hadir sebagai keynote speaker pada seminar ini kemarin (16/12).

Ia mengungkapkan semua kegiatan yang dilakukan tentu ada risikonya, sehingga perlu dikenali, diidentifikasi juga evaluasi, agar investasi untuk pengembangan EBT yang telah dilakukan, diharapkan nantinya bisa berjalan baik dengan risiko seminimal mungkin. Menurut Harris, pencapaian EBT dalam bauran energi baru sekitar 10%. Potensi energi terbarukan amat besar tetapi pemanfaatan nya masih kecil, hal inilah yang perlu kita sikapi manajemennya.

"Kita harus perbaiki manajemen pengelolaan dan strategi pengembangan EBT ke depannya, manajemen risiko sudah memiliki standar ISO 31000 tahun 2018, dan para pegawai EBTKE telah tersertifikasi, ini menjadi poin kekuatan kita untuk pengelolaan yang lebih baik di masa mendatang", ujar Harris.

Kegiatan seminar ini diikuti oleh pegawai di Lingkungan Direktorat Jenderal EBTKE, dan dimoderatori oleh I Gede Yudistira Kusuma, S.T., M.Si. CRMP, yang merupakan salah satu Agen Perubahan dan Wakil Ketua 1 Satgas Tata dan Kelola Manajemen RisikoDitjen EBTKE. Dalam pengantar dan penjelasan nya, Gede mengungkapkan selama ini ada anggapan bahwa EBT itu relatif terhambat, karena beberapa faktor seperti regulasi, harga, teknologi serta kebiasaan-kebiasaan atau kemudahan-kemudahan yang didapatkan saat mengunakan energi fosil sehingga terlena untuk pemanfaatan EBT.

"Dalam kebijakan energi nasional target EBT harus mencapai 23% tahun 2025, resiko-resiko nya apa yang menghambat inilah yang akan kita bahas kemudian. Dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) salah satu sasaran energi nasional adalah tercapainya energi nasional yang terdiri dari 4 jenis energi primer minyak bumi, batubara , gas bumi, energi terbarukan", ujar Gede.

Sebagai informasi, Satgas Tata dan Kelola Manajemen Risiko Direktorat Jenderal EBTKE telah meluncurkan Buku Pedoman Manajemen Risiko standar ISO 31000 Tahun 2020-2024 yang merupakan upaya nyata dalam penerapan manajemen risiko di lingkungan Ditjen EBTKE, yang diharapkan dapat mengukur, mengantisipasi dan menangani dengan lebih baik risiko instansi ini sehingga organisasi sadar akan adanya risiko dan paham bagaimana menangani, memindahkan, meniadakan risiko tersebut dalam rangka tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. (RWS)

2ec7f668c496501c3c3da9eb475fdb17_p.jpeg