Tingkatkan Penggunaan Energi Bersih, Pemerintah Dorong Pengembangan Green Diesel

Monday, 20 July 2020 - Dibaca 919 kali

JAKARTA - Pemerintah terus mendorong peningkatan pemanfaatan bahan bakar nabati sebagai bahan bakar ramah lingkungan guna mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan energi fosil. Selain menerapkan program mandatori B30 (campuran 30% biodiesel dalam bahan bakar solar) yang berlaku efektif per 1 Januari 2020, Pemerintah juga mendorong pengembangan green fuel berbasis sawit.

Direktur Bioenergi, Andriah Feby Misna mengungkapkan saat ini Pemerintah tengah melakukan pengujian terhadap B40 dan pengembangan green fuel yang nantinya diharapkan dapat menghasilkan Green Diesel (D100), Green Gasoline (G100) dan Green Jet Avtur (J100) yang berbasis Crude Palm Oil (CPO).

"Pemerintah tengah menggandeng PT. Pertamina untuk melakukan pengembangan green fuel di kilang-kilang Pertamina yang berada di sentra produksi sawit, baik secara co-processing di kilang-kilang existing, maupun ke depannya dengan pembangunan kilang baru (stand alone) yang didedikasikan untuk green fuel. Produk green fuel ini mempunyai karakterisitik yang mirip dengan bahan bakar yang berbasis fosil, bahkan untuk beberapa parameter kualitasnya jauh lebih baik dari bahan bakar berbasis fosil fuel," kata Feby di Jakarta, Sabtu (18/7).

Feby menjelaskan bahwa Green diesel atau Diesel Biohydrokarbon, memliliki keunggulan dibanding diesel yang berbasis fosil maupun biodiesel berbasis fatty acid methyl ester (FAME), diantaranya cetane number yang relatif lebih tinggi, sulfur content yang lebih rendah, oxidation stabilitynya juga lebih baik serta warna yang lebih jernih. Co-processing merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk memproduksi greenfuel melalui proses pengolahan bahan baku minyak nabati dengan minyak bumi secara bersamaan

"Saat ini Pertamina telah berhasil menginjeksikan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) pada unit Distillate Hydrotreating Refinery Unit (DHDT) di beberapa kilang eksisting dengan menggunakan katalis Merah-Putih hasil karya anak bangsa, Tim ITB," ungkap Feby.

Untuk Refinery Unit (RU) II, Dumai, lanjut Feby, Pertamina juga menguji coba secara bertahap yang dimulai dari campuran 7,5%, 12,5% hingga 100%. "Kita patut memberikan apresiasi atas keberhasilan Pertamina memproduksi green diesel dengan bahan baku 100% CPO. Harapannya uji coba ini bisa dilanjutkan di RU-RU lainnya dan diimplementasikan secara berkelanjutan sehingga kita benar-benar bisa mandiri dalam menghasilkan bahan bakar minyak yang ramah lingkungan dengan bahan baku dari dalam negeri," tandasnya.

Dalam rangka menyamakan persepsi terhadap produk-produk bahan bakar nanabti, saat ini Pemerintah sedang menyusun usulan nomenklatur untuk bahan bakar nabati, yaitu Biodiesel dengan kode B100, Bioetanol (E100), Bensin biohidrokarbon (G100), Diesel biohidrokarbon (D100), avtur biohidrokarbon (J100).

Berbagai Istilah Bahan Bakar Nabati

Biodiesel/FAME/B100 adalah Bahan Bakar Nabati untuk aplikasi mesin/motor diesel berupa Ester Metil Asam Lemak (Fatty Acid Methyl Ester, FAME) yang terbuat dari minyak nabati atau lemak hewani melalui proses esterifikasi/transesterifikasi.

Solar/Diesel/B0 adalah bahan bakar jenis destilat yang digunakan untuk mesin diesel "compression ignition".

Biodiesel FAME dalam BBM Diesel/Bxx adalah Campuran xx%-volume biodiesel (FAME) dalam BBM Solar.

Green-diesel/diesel nabati/D100 adalah minyak hidrokarbon tanpa kandungan oksigenat untuk bahan bakar mesin diesel putaran tinggi yang berasal dari bahan nabati melalui berbagai teknologi proses tertentu.

Green-gasoline/bensin nabati/G100 adalah salah satu jenis bahan bakar minyak yang dimaksudkan untuk kendaraan roda dua, tiga, atau empat. Secara sederhana, bensin nabati tersusun dari hidrokarbon rantai lurus, mulai dari C5 (petana) sampai dengan C11 dengan angka oktan atau Research Octane Number (RON) minimal 90.

Bioavtur/biojet/Jet-Biofuel/J100 adalah bakar bakar alternatif untuk pesawat terbang bermesin turbin dengan bahan baku dari sumber nabati yang dapat diperbaharui (renewable) melalui berbagai teknologi proses tertentu. (RWS/DLP)