Bincang Kesehatan: Ditjen Migas Gelar Sosialisasi Kewaspadaan Lonjakan Kasus Covid-19 serta Varian Barunya

Thursday, 1 July 2021 - Dibaca 292 kali

Jakarta, Kasus Covid-19 di Indonesia masih terus meningkat dan belum ada tanda penurunan. Situasi ini diperparah dengan munculnya varian baru Covid-19, mulai dari Varian Alpha yang pertama kali ditemukan di Inggris, hingga Varian Delta yang pertama kali muncul di India. Bahkan Varian Delta ini dimasukkan WHO ke dalam "Variant of Concern" (VoC) atau varian yang mengkhawatirkan karena gejala yang ditimbulkan lebih parah, lebih sulit ditangani oleh tim medis dan lebih cepat menyebar.

Dalam rangka memberikan pengetahuan, pemahaman, serta meningkatkan kewaspadaan terhadap perkembangan terkini Covid-19 tersebut, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi menggelar acara Bincang Kesehatan mengenai Sosialisasi Kewaspadaan Lonjakan Kasus Covid-19 serta Varian Barunya, Kamis (1/7). Hadir sebagai narasumber adalah dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung dan Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI.

Sesditjen Migas Alimuddin Baso mengawali acara ini mengatakan, Indonesia masih termasuk negara yang darurat Covid-19, di mana DKI Jakarta menjadi penyumbang terbesar kasus terkonfirmasi nasional. Keadaan ini tentu menjadi keprihatinan bersama.

Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi telah melakukan berbagai upaya untuk menekan jumlah pegawai yang terpapar Covid-19, antara lain tes PCR dan antigen kepada seluruh pegawai, pembagian medical kit, edukasi terkait Covid -19 dan desinfeksi ruangan kerja dan penerapan work from office (WFO) dan work from home (WFH).

Alimuddin memaparkan, pelaksanaan tes PCR dan antigen terbukti dapat menjaring pegawai yang terkonfimasi positif Covid-19. Selanjutnya berdasarkan data tersebut, dilakukan tracing terhadap pegawai yang kontak erat dan hal ini terbukti dapat mencegah penyebaran virus Covid-19 di lingkungan Ditjen Migas.

"Meski efektif mencegah penyebaran virus ini, protokol kesehatan harus tetap dilakukan para pegawai, sebagai langkah preventif agar terhindari dari Covid-19. Kami harap seluruh keluarga juga dapat tetap menjaga diri," kata Alimuddin.

Selama pandemi Covid-19, Ditjen Migas telah melakukan serangkaian sosialisasi yang bertujuan memberikan edukasi kepada para pegawai. Sedangkan untuk menekan penyebaran virus di ruang kerja, setiap minggu dilaksanakan penyemprotan secara rutin dan menerapkan pola kerja WFH dan WFO.

Alimuddin mengharapkan banyak manfaat yang dapat diperoleh melalui kegiatan sosialisasi ini, terutama untuk mencegah penularan Covid-19. "Semoga kita semua senantiasa diberikan kesehatan sehingga mampu melaksanakan tugas secara maksimal," tutupnya.

Sosialisasi Kewaspadaan Lonjakan Kasus Covid-19 serta Varian Barunya

Mengawali paparannya, dr. Siti Nadia Tarmizi menyampaikan perkembangan terbaru pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di Indonesia di mana total sasaran vaksinasi mencapai 181.554.465 orang. Dari jumlah tersebut, hingga 30 Juni 2021 total jumlah orang yang telah divaksin mencapai 40.349.051, terutama untuk SDM kesehatan, petugas publik dan lansia.

Namun jumlah ini akan bertambah seiring dengan perkembangan terbaru di mana anak usia 12 hingga 17 tahun juga dapat diberikan vaksin. "Penambahan jumlahnya sekitar 24 hingga 27 juta," kata Nadia.

Vaksin bertujuan membentuk sistem imun adaptif berupa sel memori dan antibodi sebelum terinfeksi virus yang sebenarnya. "Sistem imun adaptif sudah siap sedia, akan bekerja lebih cepat dengan adanya vaksin di tubuh kita. Virus akan cepat dinetralisir dan selanjutnya gejala dan penularan semakin menurun," paparnya.

Efektivitas vaksin dipengaruhi oleh pertama, faktor host (manusia) yaitu umur, komorbid, frailty, paparan sebelumnya dan waktu sejak vaksinasi. Kedua, karakteristik vaksin yaitu cara pemberian, jenis platform vaksin dan komposisi vaksin. Ketiga, strain virus yang bersirkulasi.

Vaksin sangat penting karena dapat memberikan proteksi bagi individu yang divaksin. Setiap orang yang mendapatkan vaksin akan membentuk antibodi spesifik terhadap penyakit tertentu. Selain itu, membentuk kekebalan kelompok di mana jumlah orang yang divaksinasi dalam jumlah cukup atau 95%, dapat melindungi kelompok masyarakat yang rentan. "Pentingnya vaksin yang lain adalah proteksi lintas kelompok di mana pemberian vaksinasi pada kelompok usia tertentu dapat membatasi penularan kepada kelompok lainnya," jelas Nadia.

Pelaksanaan vaksinasi dilakukan dalam dua mekanisme yaitu Vaksinasi Program dan Vaksinasi Gotong Royong.

Pemberian vaksin saat ini akan memasuki tahap ketiga untuk masyarakat umum. Untuk mempercepat pelaksanaannya, dilakukan melalui beberapa cara yaitu berbasis faskes Pemerintah dan swasta, berbasis institusi yaitu TNI, Polri dan perkantoran, vaksinasi massal di tempat dan vaksinasi massal bergerak. Hingga 28 Juni 2021, 27 juta sasaran dosis 1 telah divaksinasi dan ditargetkan 181,5 juta orang dapat divaksin dalam waktu 12 bulan.

Pemerintah juga melakukan penyederhanaan vaksinasi di mana dari sebelumnya 5 meja, disederhanakan menjadi 2 meja.

Percepatan vaksinasi dilakukan melalui vaksinasi massal. Dibutuhkan partisipasi mendukung pelaksanaan vaksinasi massal yang telah terbukti dapat menjangkau masyarakat dalam jumlah besar. Antara lain gerakan alumni sekolah, drive thru mobil dan motor, vaksinasi malam bulan ramadhan, sentra vaksinasi dan vaksinasi bersama TNI/Polri.

Sementara mengenai varian baru Covid-19, Nadia memaparkan, seperti virus-virus lainnya, SARS-CoV-2 ini sangat mudah mengalami mutasi atau perubahan genetik. Seiring berjalannya waktu, mutasi pada virus adalah kejadian normal. Semakin banyak infeksi pada suatu populasi, kemungkinan mutasi virus semakin meningkat.

Perubahan genetik pada virus dapat menyebabkan virus ini memiliki efek yang berbeda terhadap tubuh manusia. Ketika variasi yang terbentuk meningkatkan risiko terhadap manusia, baik mengenai transmisi, virulensi dan efektivitas tata laksana serta vaksin, maka disebut variants of concern.

Mutasi adalah kesalahan pada RNA sebuah virus. Virus yang memiliki mutasi disebut variants. Varian bisa terjadi karena satu mutasi atau lebih. Ketika sebuah variant memiliki karakteristik fisik yang berbeda disebut strain.

Klasifikasi varian ada 3 yaitu variants of interest (VoI), variants of voncern (VoC) dan variants of high consequence (VoHC). VoC adalah varian dengan variasi yang terbentuk meningkatkan risiko terhadap manusia yaitu meningkatkan transmisi, menjadi virulens, meningkatkan keparahan penyakit dan efektivitas tatalaksana serta vaksin. Varian yang termasuk VoC adalah Alpha, Beta, Gamma dan Delta. "Varian VoC adalah varian-varian yang menjadi perhatian kita karena meningkatkan penularan," katanya.

Khusus Varian Delta, bersifat dua kali lebih menular dibandingkan SARS-CoV-2 varian original (Wuhan), menular lebih cepat di antara anak-anak usia sekolah dan Ct value lebih rendah dan periode infeksius lebih panjang. Menurut Nadia, Vaksin Sinovak masih efektif untuk mengatasi varian-varian baru.

Pada kesempatan ini, Nadia juga kembali menegaskan perlunya masyarakat Indonesia menggunakan double masker yaitu masker medis dan masker kain. Pencegahan masih menjadi hal utama melalui disiplin melakukan prokes dan vaksinasi. (TW)