Gas Jadi Energi Transisi, Pemerintah Dorong Peningkatan Produksi dan Infrastruktur Gas Nasional

Monday, 8 November 2021 - Dibaca 268 kali

Jakarta, Peran sektor migas dalam energi nasional serta global akan menurun sejalan dengan target net zero emission global. Dalam mendukung peranan gas bumi dalam transisi energi, Pemerintah mendorong peningkatan produksi dan infrastruktur gas bumi nasional.

"Hingga tahun 2050, peran EBT makin membesar. Minyak dan gas bumi berkurang perannya, tapi masih signifikan. Gas masih berperan penting. Untuk itu Pemerintah terus mendorong peningkatan produksi dan infrastruktur gas bumi nasional," papar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nasional Tutuka Ariadji dalam Seminar Nasional Inovasi Teknologi Terapan (SNITT) yang digelar secara virtual, Sabtu (6/11).

Tutuka memaparkan, produksi minyak Indonesia yang menurun dari tahun ke tahun, disebabkan banyaknya lapangan migas yang berusia tua. Sementara gas bumi, kondisinya masih bagus. Kalaupun terjadi penurunan produksi gas, hal itu lebih disebabkan terkendalanya sejumlah proyek.

Di sisi lain, Pemerintah menargetkan produksi minyak sebanyak 1 juta barel per hari dan gas bumi 12 BSCFD tahun 2030. Untuk mencapai produksi tersebut, upaya-upaya yang dilakukan antara lain peningkatan eksplorasi untuk penemuan besar, mempercepat chemical EOR, optimalisasi lapangan produksi eksisting, serta transformasi sumber daya kontijen ke produksi.

"Kalau tidak dilakukan upaya-upaya agar produksi tidak turun, tahun 2030 bisa jadi produksi minyak hanya sekitar 300.000 barel per hari. Tapi di migas, kita selalu mengupayakan agar produksi meningkat. Strategi perlu dilakukan secara serius," kata Tutuka.

Proyek hulu migas di Indonesia untuk kurun waktu 2021 hingga 2027 tercatat 42 proyek, dengan perincian 23 proyek offshore dan 19 proyek onshore. Proyek-proyek tersebut diharapkan dapat menghasilkan 1,1 juta BOEPD dengan investasi sekitar US$43,3 miliar. Ditargetkan dapat menghasilkan pendapatan bagi Pemerintah dan KKKS sebesar US$203 miliar.

Sementara di sisi hilir, Pemerintah melalui PT Pertamina membangun kilang minyak baru dan peningkatan kapasitas pengolahan dari 1 juta barel per hari menjadi 1,4 juta barel per hari, serta peningkatan kapasitas produksi BBM dari 600.000 barel per hari menjadi 1,2 juta barel per hari. Infrastruktur ini ditargetkan onstream tahun 2022 hingga 2027.

Khusus untuk infrastruktur gas bumi, lanjut Tutuka, Pemerintah membangun jaringan pipa gas Cirebon-Semarang sepanjang 260 km, pipa gas Dumai-Sei Mangkei sepanjang 360 km dan membangun mini regas dan FSRU/FSU dan FRU untuk kawasan Indonesia Timur. "Pemerintah berupaya mengembangkan sistem LNG di pulau-pulau yang kecil. Sumber gasnya dari Bontang, Senoro maupun Tangguh dan dikirimkan ke lokasi-lokasi tersebut," tambah Tutuka.

Infrastruktur lain yang dibangun adalah jaringan gas untuk rumah tangga (jargas). Dengan dana APBN, hingga tahun 2020, sebanyak 535.555 sambungan rumah (SR) telah terbangun di 17 provinsi, 54 kabupaten/kota.

Untuk meningkatkan jumlah SR yang terbangun, Pemerintah berencana menggunakan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) mulai 2 tahun mendatang. Dengan skema ini, diharapkan sebanyak 1 juta SR dapat terbangun tiap tahunnya.

"Jargas ini merupakan proyek favorit masyarakat karena mereka tidak perlu lagi repot membeli LPG tabung 3 kg. Program jargas dilaksanakan di daerah yang memiliki atau dekat dengan sumber gas, dengan tujuan supaya masyarakat mendapatkan akses energi yang mudah dan murah," tutup Tutuka. (TW)