Hadiri Pengukuhan Pengurus ADPM, Dirjen Tutuka: Tingkatkan Sinergi Guna Hadapi Tantangan Industri Hulu Migas

Tuesday, 2 March 2021 - Dibaca 516 kali

Jakarta, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji mengharapkan agar sinergi antara Kementerian ESDM dan Pemerintah Daerah dapat terus ditingkatkan guna menghadapi tantangan industri hulu migas, khususnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan energi dalam negeri.

Hal tersebut disampaikannya ketika mewakili Menteri ESDM dalam Pengukuhan Dewan Pengurus Asosiasi Daerah Penghasil Migas (ADPM) 2020-2025, Selasa (2/3). Pengukuhan yang dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dan digelar secara tatap muka dan virtual ini, dihadiri pula oleh para gubernur, bupati dan walikota Anggota ADPM.

Dewan Pengurus ADPM 2020-2025 dipimpin Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang terpilih lewat Musyawarah Nasional (Munas) IV ADPM "Bangkit Migas Indonesia" di Bali, Desember 2020. Dalam kepengurusan baru ini Ridwan Kamil akan dibantu kepala daerah lainnya.

Dalam sambutannya, Dirjen Migas Tutuka Ariadji mengharapkan agar APDM dapat terus memberikan kontribusi untuk kemajuan subsektor migas di Indonesia. Sinergi yang selama ini telah terjalin, diharapkan dapat ditingkatkan demi kemajuan industri migas nasional.

Lebih lanjut Tutuka mengatakan, kebijakan energi nasional saat ini telah beralih dari semula energi sebagai komoditas semata, menjadi energi sebagai modal pembangunan. Pemanfaatan energi untuk ekspor secara bertahap telah dikurangi, sebaliknya pemanfaatan untuk domestik terus meningkat, utamanya gas bumi dan batubara.

Tahun 2020 merupakan tahun yang berat bagi kegiatan hulu migas, terutama dikarenakan pandemi Covid-19 dan harga minyak mentah dunia yang mengalami fluktuasi. Namun demikian, kondisi saat ini menunjukkan harapan baru. Harga minyak mentah dunia terus mengalami kenaikan, bahkan ICP bulan Februari 2021 telah menyentuh angka US$ 60,36 per barel, meningkat dibanding bulan Januari 2021 yang masih di level US$ 53,17 per barel dan rata-rata ICP tahun 2020 sebesar US$ 40,39 per barel.

"Kenaikan harga minyak ini tentunya diharapkan dapat meningkatkan gairah investasi di industri hulu migas, yang pada tahun 2020 realisasinya sebesar US$ 10,47 miliar mengalami penurunan dari target sebesar US$ 11,17 miliar. Meskipun demikian realisasi lifting migas tahun 2020 cukup baik yaitu sebesar 1,68 juta BOEPD atau 99,1% dari target APBNP 2020 sebesar 1,69 juta BOEPD," paparnya.

Untuk meningkatkan produksi migas, Pemerintah telah melakukan beberapa strategi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Strategi jangka pendek, antara lain dengan melelang kembali lapangan migas idle, mendorong Wilayah Kerja (WK) yang tidak produktif untuk berpartner dengan pihak lain, inovasi teknologi yang dapat meningkatkan produksi migas seperti fracturing.

Pada tahun 2021, Pemerintah akan melelang 10 WK migas yang tersebar di daerah Sumatera (WK Merangin III, WK Sekayu, WK West Palmerah), Jawa (WK Rangkas, WK Liman, WK North Kangean), Kalimantan (WK Maratua II), Nusa Tenggara (WK Bose), Papua (WK Cendrawasih VIII, WK Mamberamo).

Sedangkan strategi jangka panjang yang akan dilakukan untuk mencapai produksi 1 juta BOPD pada tahun 2030 adalah mempertahankan tingkat produksi eksisting yang tinggi, transformasi resources to production, menerapkan Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk sumur-sumur lapangan minyak yang sudah tua dan meningkatkan eksplorasi yang masif untuk mendapatkan sumber daya/cadangan baru.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Dewan Pengurus ADPM Ridwan Kamil mengungkapkan, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan ADPM. Selain menyelesaikan permasalahan- permasalahan dari sisi migas, tapi ADPM juga ingin menjadi daerah yang mempersiapkan dan merespons masa depan terkait energi terbarukan.

ADPM juga berusaha menciptakan iklim migas yang lebih berkeadilan terutama bagi daerah- daerah kaya cadangan energi. Daerah penghasil harus mendapatkan haknya untuk dapat menyejahterakan rakyatnya. Misi lain yang hendak dicapai ADPM adalah pengembangan SDM agar daerah tidak jadi objek atau penonton di tengah kekayaan sumber energi yang dimiliki.

Menurut Ridwan Kamil, Indonesia merupakan daerah kaya sumber energi. Namun keterbatasan infrastruktur, SDM dan kebijakan yang belum mendukung sepenuhnya, menyebabkan banyak sumber tidak tereksplorasi. (TW)