Jadi Tanggung Jawab Bersama, Kementerian ESDM Dukung Upaya Reduksi Emisi Metana

Monday, 20 March 2023 - Dibaca 408 kali

Jakarta, Sektor minyak dan gas bumi merupakan salah satu penghasil metana yang ada di dunia. Berdasarkan potensi pemanasan global, emisi metana lebih besar 25 kali lipat dibandingkan karbon dioksida. Oleh karena itu, mitigasi serta pengelolaan metana menjadi sangat strategis dalam menekan laju perubahan iklim. Reduksi emisi metana harus menjadi tanggung jawab semua pihak, termasuk Pemerintah dan pelaku usaha industri migas.

"Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mendukung upaya reduksi emisi metana di Indonesia. Tujuan kita sama yaitu menciptakan keberlangsungan dalam industri migas," kata Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Mirza Mahendra ketika menutup Workshop "Oil and Gas Methane Patnership (OGMP 2.0) & Oil and Gas Climate Initiative (OGCI)- In Order to Achieve Sustainability Production in Oil and Gas Industry," Rabu (15/3) di Samisara Grand Ballroom, Jakarta.

Industri migas Indonesia saat ini, lanjut Mirza, dihadapkan pada situasi yang menantang di mana di satu sisi harus mencapai target produksi yang cukup signifikan sekaligus menahan laju pengurangan produksi. Namun di sisi lain, industri migas harus menekan emisi menuju Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. "Tantangan ini sangat besar sekali," tandas Mirza.

Untuk itu, Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi mendukung pelaksanaan workshop ini karena dapat memperkaya pengetahuan dan berbagi pengalaman dalam pengelolaan gas metana.

"Kita mempelajari banyak hal, seperti prinsip dan kerangka kerja manajemen pengelolaan metana berdasarkan OGMP dan OGCI. Selain itu, berdiskusi bersama mengenai pengukuran dan best practice terkait pengelolaan metana, di mana best practise pengelolaan metana ini juga telah dilakukan oleh beberapa perusahaan migas di dunia sehingga kita dapat mereplikasi di Indonesia," papar dia

Mirza mengharapkan agar pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari kegiatan ini dapat menjadi salah satu katalis untuk terciptanya kolaborasi yang lebih lanjut dalam usaha dekarbonisasi di sektor migas. "Yang paling penting adalah action plan bagaimana kita melakukan dekarbonisasi. Dengan adanya persamaan persepsi, pemahaman, serta frekuensi yang sama, akan lebih mudah untuk kita berjalan menghadapi tantangan global yang ada," ujar Mirza.

Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Kelompok Kerja Keteknikan dan Keselamatan Lingkungan Ditjen Migas Kusnandar, pada awal acara menyampaikan, salah satu upaya untuk mereduksi emisi adalah melalui teknologi CCS/CCUS di mana aturan mengenai hal tersebut belum lama ini telah ditetapkan Menteri ESDM.

"Kita sudah rilis Peraturan Menteri ESDM Nomor 2 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan CCS/CCUS. Diharapkan dengan aturan tersebut, dapat saling mendukung dengan kegiatan-kegiatan lain dalam pengurangan emisi gas rumah kaca," ujar Kusnandar.

Workshop ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Migas bekerjasama dengan Asosiasi Perusahaan Migas (ASPERMIGAS) dan dihadiri oleh Badan Usaha Hulu, Hilir dan Penunjang Migas. Adapun pembicara yang hadir merupakan perwakilan dari Ditjen Migas, SKK Migas dan ekspertis dari The Sniffers. Tujuannya, memberikan wawasan tentang pentingnya pengelolaan emisi metana khususnya pada subsektor migas. Semua stakeholder dengan perannya masing-masing dapat ikut serta dalam upaya pengelolaan metana, untuk mendukung penurunan emisi gas rumah kaca.

Pada sesi diskusi, Moshe Rizal selaku Investment Committee Chairman of ASPERMIGAS memaparkan bahwa komitmen perjuangan melawan perubahan iklim saat ini tidak hanya perlu dilakukan oleh Pemerintah, tetapi juga sektor keuangan. 'Pendana-pendana secara global dan lain sebagainya, mendorong untuk memperketat lagi komitmen Environmental, Social & Governance (ESG), SDG dan sebagainya. Jadi, industri migas ini harus secara fleksibel mengikuti tren-tren global saat ini," pungkasnya. (AFB)