Kebagian Paket Konkit Petani, Jamhari Hemat Biaya Bahan Bakar

Monday, 20 December 2021 - Dibaca 466 kali

Kulon Progo, Matahari masih bersinar dengan teriknya, ketika Jamhari (50), petani dari Desa Ngentakrejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan sabar mengikuti semua proses untuk mendapatkan paket perdana Program Konversi BBM ke BBG untuk Petani Sasaran.

Bersama puluhan petani Kulon Progo lainnya, hari itu, Kamis (16/12), bertempat di halaman kantor Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, Jamhari yang mengenakan kaos berwarna biru muda dengan tulisan Kelompok Tani Rembaka, menerima paket Program Konversi BBM ke BBG untuk Petani Sasaran Tahun 2021.

"Saya datang pukul 08.00 WIB, bersama teman-teman petani lainnya. Semua kelengkapan diperiksa. Ada beberapa meja yang memeriksa. Selain itu difoto juga di depan paket konversinya. Diberi penjelasan lagi tentang cara pemakaian dan pemeliharaan, kemudian paket bisa saya bawa pulang," kata bapak dua anak yang menjadi petani secara turun temurun ini.

Penggunaan mesin untuk mengairi sawah, bukan hal baru bagi Jamhari. Namun sebelumnya, mesin yang digunakannya berbahan bakar minyak. Melalui Program Konversi BBM ke BBG untuk Petani ini, dia kini dapat mengairi sawahnya dengan mesin yang berbahan bakar LPG 3 kg. Paket perdana yang diberikan kepada petani terdiri dari 1 unit mesin, 1 buah tabung LPG 3 kg dan 1 set konverter kit (konkit) beserta asesorisnya.

"Alhamdulillah saya senang mendapatkan paket bantuan Pemerintah ini. Dapat tambahan alat kerja yang lebih irit," ungkapnya.

Jamhari tahu betul dengan menggunakan LPG 3 kg, biaya bahan bakarnya lebih irit lantaran sebelumnya ia sudah pernah mencoba mengganti bahan bakar minyak mesin yang dimilikinya dengan LPG 3 kg. Namun karena bahan bakar yang digunakan bukan peruntukannya, ada dampak yang ditimbulkan. "Saya melihat ada kerak-keraknya di mesin. Saya takut juga kalau terjadi apa-apa. Jadi saya hentikan pemakaian LPG 3 kg untuk mesin saya yang lama," tambahnya.

Dengan mendapatkan paket konkit berbahan bakar LPG 3 kg ini, Jamhari kini tak perlu was-was lagi. Ia semakin gembira karena dengan menggunakan LPG 3 kg, dapat menghemat biaya bahan bakar lebih dari 50%. "Biasanya untuk mengairi sawah dari pukul 09.00 hingga pukul 15.00 WIB, saya membutuhkan BBM sekitar 5 liter atau Rp50 ribu. Namun dengan LPG 3 kg, saya hanya menghabiskan 1 tabung. Rata-rata harganya sekitar Rp20 ribu hingga Rp22 ribu per tabung," jelasnya.

Kegembiraan serupa juga dirasakan Muh Harjono (56) dan Ahmad Fathoni (61), serta Sopiah (58). Para petani padi dan palawija ini mengucapkan terima kasih atas perhatian Pemerintah kepada mereka.

"Saya mengucapkan terima kasih sekali karena Pemerintah sudah membantu masyarakat meringankan beban biaya bahan bakar. Selisih penghematannya bisa saya gunakan untuk biaya lainnya, misalnya untuk membeli pupuk," kata Ahmad Fathoni.

Sementara Sopiah mengharapkan agar lebih banyak petani yang mendapatkan paket gratis ini. "Kalau bisa, lebih banyak lagi petani yang bisa mendapatkan paket ini. Sekarang kan ada yang dapat, tapi ada juga yang belum," ucapnya.

Sedangkan Muh Harjono (56) berjanji akan memelihara bantuan yang diterimanya dengan baik. "Alat ini ibaratnya senjata tempur saya. Pasti akan dijaga dengan baik," janjinya.

Pendistribusian konkit petani tahun 2021
Untuk tahun 2021, Pemerintah membagikan 3.448 paket di mana 169 paket perdana diperuntukkan bagi petani di Kulon Progo. Paket konkit untuk petani tahun 2021 didistribusikan di 19 kabupaten/kota yaitu Bireun, Deli Serdang, Kampar, Kuansing, Purbalingga, Banyumas, Indramayu, Sambas Penajam Paser Utara, Kulon Progo, Brebes, Gresik, Tuban, Batu, Sidoarjo, Jeneponto, Soppeng, Bulukumba dan Bombana.

Program Konversi BBM ke BBG untuk Petani Sasaran dilaksanakan sejak tahun 2019 sejumlah 1.000 paket dan pada tahun 2020 telah didistribusikan 10.000 paket. Tahun 2021 didistribusikan 3.448 paket dan rencananya tahun 2022 akan dibagikan 30.000 paket.

Kegiatan ini merupakan program kemitraan antara Kementerian ESDM dengan Komisi VII DPR RI. Anggarannya semula dialihkan untuk penanganan Covid 19, namun oleh Komisi VII DPR RI dimunculkan kembali sehingga dilakukan refocusing anggaran pada Kementerian ESDM karena program ini menyentuh langsung kepada masyarakat petani.

Program Konversi BBM ke BBG untuk Petani Sasaran memiliki makna bagi kemudahan akses energi di mana petani diberikan pilihan terhadap energi yang akan digunakan. Selain itu, kegiatan ini juga berdampak pula pada perekonomian petani yaitu dapat mengurangi biaya operasional bahan bakar.

Petani penerima bantuan harus memenuhi persyaratan yaitu petani pemilik lahan dengan luas lahan maksimal 0,5 hektar, untuk transmigrasi maksimal 2 hektar dengan menunjukan dokumen kepemilikan lahan, memiliki identitas petani yang direkomendasikan oleh kepala desa/camat, dan disahkan oleh kepala daerah dan atau kepala dinas pertanian setempat, memiliki identitas KTP, KK dan Kartu Tani. Selain itu, memiliki pompa air dengan mesin pengerak lebih kecil 6,5 HP, belum pernah menerima bantuan yang sejenis (mesin pompa air) dan mesin pompa air yang dimiliki berbahan bakar bensin. (TW)