Kilang Plaju Produksi B20

Friday, 25 January 2019 - Dibaca 1584 kali

Palembang, Kilang Plaju resmi memproduksi bahan bakar ramah lingkungan biosolar (B20), Kamis (24/1). Hal ini tindak lanjut Permen ESDM No 41 Tahun 2018 untuk menerapkan penggunaan campuran bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar dengan minyak nabati (Fatty Acid Methyl Ester/FAME) sebesar 20% yang diproduksi oleh Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BU BBN).

"Ini menunjukkan bahwa Pertamina Refinery Unit III Plaju siap mendukung program Pemerintah dan memenuhi security of supply khususnya di daerah Sumbagsel melalui sinergi bersama dengan Marketing Operation Region II Sumbagsel untuk melakukan produksi dan menyalurkan Bahan Bakar Ramah Lingkungan kepada masyarakat ujar," GM RU III Plaju, Yosua I. M Nababan dalam siaran persnya.
Kilang ini mampu mengolah pasokan FAME dengan kapasitas 30.000-40.000 KL per bulan. FAME diterima melalui kapal dan disalurkan melalui RPM (Rumah Pompa Minyak) Fuel di area storage tanki untuk dilakukan pencampuran Solar sebagai B20 untuk kemudian di-lifting melalui sarfas eksisting baik via kapal maupun pipeline ke TBBM wilayah Sumsel dan Lampung.
Injeksi FAME sebanyak 20% ke dalam produk Solar juga dapat memberikan potensi peningkatan kualitas produk. Pjs. General Manager MOR II Hendrix Eko Verbriono, mengatakan, keunggulan B20 ini memiliki cetane number di atas 50 yang artinya lebih tinggi bila dibandingkan dengan cetane number Solar murni yakni 48.

"Semakin tinggi angka cetane, semakin sempurna pembakaran sehingga polusi dapat ditekan. Kerapatan energi pervolume yang diperoleh juga makin besar. Selain itu, campuran FAME menurunkan sulfur pada produk Diesel tersebut," tuturnya.

Kilang Plaju merupakan salah satu dari 30 lokasi yang ditentukan menerima FAME dengan pertimbangan kebutuhan B20 untuk Provinsi Sumsel dan Lampung sebanyak 3.500-5.000 KL per hari. Saat ini secara reguler dapat dipenuhi seluruhnya dari RU III Plaju yang mampu menghasilkan Biosolar (B20) 180.000-200.000 KL per bulan. Ini merupakan bagian dari upaya Pertamina menjamin ketahanan stok BBM ramah lingkungan di pasaran.

Pelaksanaan B20 juga berdampak pada pengendalian impor BBM sehingga dapat mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan menghemat devisa negara. Menteri ESDM Ignasius Jonan dalam suatu kesempatan mengatakan, penerapan B20 dapat menghemat devisa sekitar US$ 2 miliar jika dilaksanakan mulai September hingga Desember 2018. "Kalau tahun 2019, secara total mungkin bisa menghemat lebih dari US$ 3,3 miliar," katanya. (TW)