Menteri ESDM Buka The 41st IPA Convention and Exhibition

Wednesday, 17 May 2017 - Dibaca 2042 kali

Jakarta, Ditandai dengan penekanan tombol sirine, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan membuka The 41st IPA Convention and Exhibition di Jakarta Convention Center, Rabu (17/5). Dalam rangkaian pembukaan ini, dilakukan penandatanganan 6 kontrak jual beli gas bumi (PJBG) yang berpotensi menambah penerimaan negara US$ 5 miliar.

Mendampingi Menteri ESDM dalam pembukaan tersebut, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, Dirjen Migas Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi dan Presiden IPA Christina Verchere.

The 41st IPA Convention and Exhibition tahun 2017 diselenggarakan tanggal 17-19 Mei, mengambil tema "Accelerating Reform to Re-Attract Investment to Meet the Economic Target", menggarisbawahi kebutuhan Indonesia melakukan eksplorasi demi mendapatkan sumber migas baru yang terutama berlokasi di timur Indonesia. Upaya lain yang dilakukan adalah penerapan Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk memaksimalkan nilai keekonomian hidrokarbon yang saat ini diproduksi.

Menteri ESDM Ignasius Jonan dalam sambutannya mengatakan, salah satu ciri industri migas adalah sulitnya memprediksi pergerakan harga minyak dunia. Saat ini dengan harga minyak sekitar US$ 50 per barel, tantangan yang harus dihadapi kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) terbilang luar biasa. Ditambah lagi dengan insentif yang kurang, EOR dan eksplorasi yang semakin turun. Untuk itu, perusahaan migas dituntut untuk lebih kompetitif dan efisien untuk menghadapi situasi bisnis tersebut.

5150409a0402bae954d2772c272531e7.jpg

"Tantangan dari industri ini bukan saja biaya operasional. Kita masih harus menghadapi tantangan rendahnya harga minyak global. Industri ini merupakan pendorong utama dari pertumbuhan ekonomi Indonesia dan oleh karenanya Pemerintah terus berusaha untuk melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kemudahan proses bisnis di Indonesia. Deregulasi dengan cara mengurangi perizinan serta reformasi birokrasi dilakukan demi untuk mendorong investasi di Indonesia," ujar Jonan.

Lebih lanjut Menteri Jonan menekankan pentingnya penyederhanaan proses kegiatan hulu migas dan meminta agar KKKS dan SKK Migas untuk mendukungnya. Dia mencontohkan lamanya proses untuk pengembangan Blok Masela yang telah memakan waktu sekitar 10 tahun dan hingga saat ini belum selesai.

"Saya minta juga rekan-rekan KKKS dan SKK Migas bisa lebih praktis prosesnya. Kalau perlukan dalam kapasitas saya selaku Menteri, diajukan saja kepada saya bagaimana penyederhanaan itu supaya prosesnya tidak berkepanjangan," katanya.

Sementara itu mengenai revisi PP Nomor 79 tahun 2010, Jonan mengharapkan agar aturan tersebut dapat segera ditetapkan karena aturan ini telah rampung dibahas sebulan sejak ia diangkat menjadi Menteri ESDM atau sekitar 6 bulan silam. "Amandemen PP-nya belum jadi-jadi, (padahal) ditunggu banyak pihak. Kalau saya bisa selesaikan sendiri, saya selesaikan sendiri," tegasnya.

ac32e92d12a2fbfa07afe5685d31efa8.jpg

Mengakhiri sambutannya, Menteri Jonan mengundang KKKS yang mengalami permasalahan dalam melakukan kegiatan migas, agar datang menemuinya untuk mencari penyelesaian masalah. "Kalau perlu sesuatu dari saya yang bisa saya lakukan, come to me, my door is open," tutupnya.

Dalam kesempatan yang sama, Presiden IPA Christina Verchere menekankan kontribusi signifikan dari industri hulu migas di samping memproduksi energi dan menghasilkan pendapatan bagi negara. "Industri migas dikombinasikan dengan berbagai sektor pendukungnya memiliki efek berganda yang sangat besar bagi Indonesia. Karena itu membuat Indonesia menjadi kompetitif dan atraktif bagi investasi harus menjadi prioritas utama Pemerintah Indonesia," katanya.

Menurut Christina, investasi untuk melakukan kegiatan eksplorasi sumber migas baru sangat penting dilakukan demi mencapai ketahanan energi di masa mendatang. Hal ini mendesak dilakukan karena Indonesia harus bersaing secara global untuk mendapatkan investasi. Bila Indonesia ingin menarik perhatian perusahaan-perusahaan migas yang kompetitif, maka Indonesia harus menawarkan imbal balik yang kompetitif pula.

The 41st IPA Convex merupakan ajang konvensi dan pameran terbesar dan merupakan wadah yang akan mempertemukan pemimpin industri, pelaksana dan pengambil kebijakan, pemerintah dan para tenaga ahli yang berhubungan dengan industri migas, baik dari dalam maupun dari luar negeri, untuk menarik investasi di Indonesia.

Convex diikuti lebih dari 1.500 peserta dan 113 perusahaan peserta pameran. Dalam acara tahunan ini, lebih dari 119 karya ilmiah dan 66 poster yang menuliskan mengenai pencapaian dan temuan baru dalam industri migas akan dipresentasikan dalam technical session dan poster session. Selama bertahun-tahun IPA Convex telah mengumpulkan lebih dari 3.400 karya tulis teknis bertaraf internasional dan tahun ini, IPA mengadakan Business Case Competition untuk pertama kalinya sebagai bagian dari rangkaian program ini. (TW/DK)