Pemerintah Dorong Proyek Jambaran Tiung Biru Tetap Onstream Tahun 2021

Friday, 23 April 2021 - Dibaca 638 kali

Bojonegoro, Pemerintah mendorong pembangunan Proyek Jambaran Tiung Biru (JTB) dapat tetap diselesaikan akhir tahun ini. Salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) ini seharusnya onstream pada triwulan 3 tahun 2021, namun mengalami keterlambatan akibat pandemi Covid-19.

"JTB itu karena covid ada keterlambatan. Kita sudah minta manajemen mengejar kembali sehingga proyek ini dapat menghasilkan gas di akhir tahun," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif usai kunjungan kerja ke Proyek JTB dan Banyu Urip, Kamis (22/4). Turut mendampingi Menteri ESDM, antara lain Dirjen Migas Tutuka Ariadji, Bupati Bojonegoro Anna Mu'awanah, Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati, President Exxon Mobil Irtiza Sayyed dan Dirut PT Pertamina EP Cepu Awang Lazuardi.

Menurut Menteri Arifin, ada beberapa gangguan yang dialami proyek tersebut. Namun mengingat pentingnya proyek ini, Pemerintah sangat berharap agar pembangunan rampung pada tahun 2021. "Betul-betul kita harapkan gas dari JTB bisa segera dihasilkan," tandasnya.

Proyek fasilitas pemrosesan gas (Gas Processing Facility/GPF) Jambaran Tiung Biru (JTB) dapat memproduksi gas dan kondensat. Produksi rata-rata raw gas sebesar 315 MMSCFD. Optimasi desain melalui perubahan teknologi pada unit GPF menghasilkan potensi tambahan produksi hingga 20 MMSCFD, sehingga terdapat peningkatan produksi penjualan sales gas dari 172 MMSCFD menjadi 192 MMSCFD.

Realisasi biaya GPF adalah US$ 974,44 juta atau 73,40% dari Authorization for Expenditure (AFE) US$ 1.328 juta. Dalam masa pembangunan ini, jumlah tenaga kerjanya sebanyak 7.842 orang.

Selain membangun GPF serta fasilitas pendukungnya, pengeboran 6 sumur pengembangan dan 1 sumur plug & abandonment di Lapangan Jambaran Tiung Biru yang telah rampung dilakukan. Hingga akhir Maret 2021, progres keseluruhan Proyek JTB sebesar 89,37%.

Gas yang diproduksi JTB diharapkan mampu mendukung pemenuhan kebutuhan gas untuk wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah, guna tercapainya kedaulatan energi nasional.

Proyek JTB diambil alih Pertamina (Pertamina EP Cepu/PEPC) dari ExxonMobil. Pada November 2017, b to b antara EMCL dan PEPC selesai dan secara resmi PEPC mengambil alih kepemilikan JTB. (TW/KDB)