Pesimisme Pasar Terhadap Kesepakatan Perang Dagang, ICP Oktober Turun Jadi US$ 59,82 per Barel

Wednesday, 6 November 2019 - Dibaca 689 kali

Jakarta, Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia bulan Oktober 2019 berdasarkan perhitungan Formula ICP, mengalami penurunan sebesar US$ 1,02 per barel menjadi US$ 59,82 per bulan dari US$ 60,84 per barel pada bulan sebelumnya. Penurunan ini, antara lain disebabkan oleh pesimisme pasar akan tercapainya kesepakatan dalam pembicaraan dagang Amerika Serikat (AS) - China Tahap 1.
Sementara ICP SLC turun sebesar US$ 1,08 per barel dari US$ 61,06 per barel menjadi US$ 59,98 per barel.
Tim Harga Minyak Indonesia menyatakan, harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada bulan Oktober 2019, mengalami penurunan dibandingkan bulan September 2019.
Selain disebabkan oleh pesimisme terhadap kesepakatan dalam pembicaraan dagang Amerika Serikat (AS) - China Tahap 1, penurunan harga minyak juga disebabkan oleh meningkatnya keyakinan pasar atas jaminan pasokan minyak mentah global (security of supply) seiring dengan semakin meningkatnya stok minyak mentah komersial negara-negara OECD, seperti dilansir oleh laporan International Energy Agency (IEA) periode Oktober 2019, yang mencapai rekor lebih dari 3 juta barel serta tambahan stok dari negara-negara anggota IEA sebesar 1,6 juta barel yang setiap saat dapat dilepas ke pasar.
"Asumsi pasar bahwa permintaan minyak mentah global akan tetap melemah seiring memburuknya pertumbuhan ekonomi global, juga menyebabkan penurunan harga minyak Oktober," papar Tim Harga Minyak Indonesia.
Pemicu lainnya adalah keraguan pasar terhadap realisasi dari wacana OPEC+ untuk memperbesar volume pemotongan produksi dalam pertemuan bulan Desember 2019 mendatang, setelah Rusia menunjukan sikap waspada dalam menanggapi wacana tersebut.
Terakhir, respon pasar minyak yang negatif atas sejumlah serangan di beberapa fasilitas minyak mentah di Arab serta kepastian bahwa Arab Saudi dapat mengembalikan sebagian besar pasokan minyak yang hilang, lebih cepat dari yang diperkirakan.
Untuk kawasan Asia Pasifik, penurunan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh melemahnya perekonomian regional yang ditandai dengan keterlibatan pemerintah yang terus-menerus dalam pemberian stimulus, terutama penyesuaian tingkat suku bunga, seperti yang terjadi di China dan India.
Selain itu, melemahnya marjin kilang di Asia seiring peningkatan biaya pengangkutan akibat pengenaan sanksi AS terhadap sejumlah perusahaan pelayaran China, serta berkurangnya ketersediaan kapal akibat proses perbaikan untuk mematuhi ketentuan pembatasan sulfur oleh IMO.
"Faktor lainnya adalah berlimpahnya pasokan produk minyak akibat peningkatan aktifitas kilang di beberapa negara Asia," tambah Tim Harga Minyak Indonesia.
Selengkapnya perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional, sebagai berikut:
- Dated Brent turun sebesar US$ 3,05 per barel dari US$ 62,77 per barel menjadi US$ 59,72 per barel.
- WTI (Nymex) turun sebesar US$ 2,96 per barel dari US$ 56,97 per barel menjadi US$ 54,01 per barel.
- Basket OPEC turun sebesar US$ 2,48 per barel dari US$ 62,36 per barel menjadi US$ 59,88 per barel.
- Brent (ICE) turun sebesar US$ 2,66 per barel dari US$ 62,29 per barel menjadi US$ 59,63 per barel. (TW)