Dari Lubang Bekas Tambang, Menjadi Lubang Pendidikan

Wednesday, 6 March 2019 - Dibaca 1661 kali

BDTBT, Sawahlunto - Kota Sawahlunto tidak akan pernah lepas dari dari sejarah pertambangan batubara yang dilakukan oleh PT Bukit Asam (Tbk) Unit Pertambangan Ombilin (PTBA UPO), yang meneruskan kegiatan eksploitasi emas hitam ini dari tangan Pemerintahan Kolonial Belanda. Bukti-bukti peninggalannya masih dapat kita lihat dengan baik hingga saat ini, tidak saja di Sawahlunto melainkan juga hingga Pelabuhan Teluk Bayur di Padang yang dihubungkan oleh jalur rel kereta api tua. Kesemuanya menjadikan Sawahlunto, dengan kondisi geologinya, ditetapkan sebagai jaringan geopark nasional Indonesia.

Begitupun dengan Balai Diklat Tambang Bawah Tanah (BDTBT) yang memiliki kaitan erat dengan sejarah panjang PTBA UPO. BDTBT lahir dari rahim PTBA UPO sebelum akhirnya di awal 2000an resmi menjadi salah satu satuan kerja di bawah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Bukti kedekatan BDTBT dan PTBA UPO yang menunjukkan bahwa BDTBT adalah bagian dari sejarah pertambangan batubara Sawahlunto terlihat dari beberapa bangunan yang digunakan BDTBT yang merupakan bangunan peninggalan masa lalu. Bahkan kawasan penjara orang rantai, orang-orang yang dipekerjakan secara paksa oleh Belanda, pun berada dalam wilayah BDTBT.

Hubungan sejarah masa lalu ini, seolah menjadi dasar kesepahaman antara BDTBT dan PTBA UPO untuk terus bekerja sama meskipun PTBA UPO saat ini dalam tahap penutupan tambang. Baru-baru ini, Kepala BDTBT, Asep Rohman, melakukan kunjungan ke PTBA UPO yang diterima langsung oleh General Manajer PTBA UPO, Nan Budiman. Dalam pertemuan tersebut disepakati kelanjutan kerja sama rencana pemanfataan Lubang Sawahluwung. Lubang Sawahluwung yang berlokasi di Sawahlunto ini adalah lubang bekas tambang yang rencananya akan dijadikan lubang pendidikan tambang bawah tanah.

Pemanfaatan Lubang Sawahluwung sebagai lubang pendidikan ini termasuk dalam rencana penutupan tambang yang dilakukan PTBA UPO. Rencananya, lubang pendidikan ini tidak saja menghadirkan simulasi tambang bawah tanah tapi juga menjadi fasilitas praktik kegiatan penambangan yang sesungguhnya, dengan kegiatan penambangan yang benar-benar nyata. Segala fasilitas tambahan juga segera disiapkan seperti lubang ventilasi baru dan penutupan lubang-lubang yang dianggap tidak diperlukan. Desain fasilitas-fasilitas baru pun akan disesuaikan dengan kebutuhan sebagai lubang pendidikan.

Menurut Kepala BDTBT, konsep lubang pendidikan seperti Lubang Sawahluwung ini luar biasa. Kegiatan diklat memerlukan fasilitas pendidikan seperti Lubang Sawahluwung. Diklat harus mampu memberikan fasilitas kepada pesertanya untuk mengembangkan kemampuan psikomotorik melalui hands on experience, fasilitas dan lingkungan yang senyata mungkin dengan kondisi kerja.

Melalui rencana kerja sama ini, BDTBT dan PTBA UPO berharap lubang bekas tambang ini dapat memberikan nilai tambah. Lubang yang dulunya menghasilkan emas hitam sumber energi berpuluh tahun, kelak akan menghasilkan sumber daya manusia mumpuni di bidang tambang. Dulu lubang tambang, esok jadi lubang pendidikan. (AR)