1.700 KK di NTB Nikmati Listrik dari PLTS

Sunday, 1 August 2010 - Dibaca 3732 kali

JAKARTA. PT PLN (Persero) Nusa Tenggara Barat (NTB) mengembangkan proyek percontohan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berskala kecil untuk melistriki penduduk yang tinggal di wilayah pemukiman terpencil yang secara geografis sangat sulit untuk dijangkau. Saat ini tidak kurang dari 1.700 Kepala Keluarga (KK) miskin di sembilan Dusun yang tersebar di Kabupaten Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Barat, Lom bok Timur, Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu sudah bisa menikmati penerangan listrik dari PLTS. Pengembangan proyek PLTS ini dipopulerkan dengan nama Penerangan Listrik Mandiri Rakyat (LIMAR) sebagai bagian dari pengembangan Program Corporate Social Responsibility (CSR) PLN Wilayah NTB yang melibatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.Pengembangan LIMAR yang didadanai dari Program CSR sebesar 3,5 milyar ini, menjadi salah satu alternatif penyediaan listrik secara mandiri bagi keluarga miskin yang tersebar di daerah terpencil dan belum terjangkau oleh infratsruktur kelistrikan. Di Dusun Temuan Sari Desa Akar-Akar Kecamatan Bayan Lombok Utara misal nya, terdapat 104 KK yang sudah dapat menikmati listrik yang berasal dari PLTS. Di dusun yang terletak di daerah perbukitan berjarak lebih dari 160 Km dari pusat kota Mataram itu, sejak Desember tahun lalu warga setempat sudah dapat menikmati listrik yang berasal dari PLTS. Sebuah bangunan sederhana yang didirikan oleh warga dijadikan semacam power house PLTS yang dibangun oleh PLN NTB.Di Kabupaten Lombok Utara, LIMAR dikembangkan di 2 Dusun, yakni dusun Temuan Sari dan dusun Lembah Pedek, Desa Akar-Akar Kecamatan Bayan. Di Kabupaten Lombok Barat, dikembangkan di 2 Dusun, meliputi Dusun Lonseran Barat Utara, Desa Lengko Kecamatan Linsar dan Dusun Poan Selatan, Desa Guntur Macan, Kecamatan Gunung Sari. Sedangkan untuk Kabupaten Lombok Tengah, LIMAR dikembangkan di Kecamatan Pujut, khususnya di Dusun Bumbang, Desa Mertak dan Dusun Sangi, Desa Truwai. Untuk Kabupaten Lombok Timur, terdapat 4 Dusun yang menjadi tempat pengembangan PLTS, yakni Dusun Barang Panas, Dusun Sukatain, Dusun Bukit Durian dan Limbungan Barat Dusun Limbungan. Sementara itu, di Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu LIMAR dikembangkan di 5 dusun yang tersebar . 5 Lampu LED dan 1 Aki BatteryPrinsip LIMAR ini dikembangkan dengan teknologi tepat guna. Listrik di rumah warga, disalurkan melalui battery kering ukuran kecil. Di setiap dusun yang menjadi lokasi pengembangan PLTS, didirikan bangunan sederhana yang berfungsi sebagai power house pembangkit listrik panas matahari. Di power house sederhana itu, PLN NTB memasang semacam Solar Cell Modul (semacam peralatan untuk menyerap panas matahari) berukuran sekitar 2 meter x 3 meter. Solar modul ini, kemudian saling terhubung dengan box control panel dan storage battery 12 V 70 Ah dan battery charger 12 V 30 Ah. Kecuali solar cell modul, semua peralatan untuk menghasilkan listrik terangkai didalam bangunan power house sederhana tadi. Sedangkan untuk bisa menikmati listrik di rumah, setiap KK diberikan bantuan 1 battery kering 12 V 9 Ah dan dipasangkan 4 - 5 lampu jenis LED. Battery kering ini setelah terlebih dahulu di cas pada battery charger yang tersedia di bangunan PLTS tadi, dapat digunakan sebagai sumber listrik di rumah-rumah penduduk untuk menyalakan lampu penerangan yang terpasang." Setiap battery yang sudah di cas, dapat bertahan 5 - 6 hari untuk menyalakan lampu yang hidup dari jam 6 sore sampai pagi hari ", kata Ahmadi, pria sederhana paruh baya warga dusun Temuan Sari yang juga menjadi salah seorang pengurus yang mengelola Listrik Mandiri di kampungnya. Di dusun Temuan Sari ini, listrik dari PLTS selain digunakan untuk penerangan, juga dimanfaatkan untuk menyalakan televisi ukuran 14" dan menjalankan alat pengeras suara (Toa Wireless) yang kerap digunakan untuk keperluan kegiatan pengajian warga setempat.Bagaimana bila cuaca tak bersahabat hingga tidak ada sinar matahari yang cukup ?. Jangan khawatir, warga setempat tetap bisa menikmati listrik. Sebab di setiap power house PLTS sudah dilengkapi dengan generator dalam skala kecil yang bisa digunakan untuk memfungsikan rangkaian yang terpasang di dalam power house bila cuaca tengah tak bersahabat. Sementara itu, bila battery yang dipakai di rumah warga sudah habis terpakai, mereka dapat mengisi ulang di battery charger yang tersedia di power house. "Setiap kali ngecas battery, setiap warga membayar Rp. 1.000 dan sekali ngecas battery bisa dipakai untuk 5 atau 6 hari ", kata Ahmadi menambahkan. Untuk mengurus PLTS ini, Ahmadi bersama beberapa rekannya telah membentuk kepengurusan yang bertugas mengelola PLTS. Setelah PLN membangun PLTS hingga bisa beroperasi, selanjutnya program LIMAR diserahkan ke warga setempat untuk dikelola secara mandiri. Hal ini sejalan dengan konsep pemberdayaan masyarakat yang diharapkan PLN dalam mengembangkan LIMAR di daerah terpencil. Warga setempat, biasanya membentuk semacam organisasi sederhana yang ditugasi untuk mengurus operasional PLTS.

Sumber : PT PLN

Share This!