“Alis Rindu” Didemonstrasikan di Depan Presiden SBY

Friday, 30 July 2010 - Dibaca 2633 kali

MATARAM. Dalam deklarasi "Menuju Bebas Pemadaman Bergilir" oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Lapangan Bumi Gora Mataram, NTB, Presiden berkesempatan meninjau display karya inovasi PLN. Salah satu karya yang dipamerkan adalah alat pendeteksi kerusakan travo listrik yang diberi nama "Alis Rindu" (Alat Investigasi Jaringan dan Gardu), karya PLN Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) Bekasi, Jawa Barat.

Dirut PLN Dahlan Iskan menuturkan, inovasi-inovasi baru seperti "Alis Rindu" dan peralatan lainnya akan memudahkan pelayanan PLN kepada masyarakat dalam rangka memenuhi target pelayanan standar internasional mulai 30 November 2010 nanti.

Menurut Yusrizal sang penggagas, "Alis Rindu" mampu merekam bagian-bagian travo yang rusak tanpa perlu memanjat tiang travo yang cukup beresiko. Setelah bagian rusak direkam dan ditampilkan lewat layar komputer, petugas memperalajari kerusakan. Selanjutnya, perbaikan bisa dikerjakan dengan aman.

Sebelum ada "Alis Rindu", investigasi jaringan dan gardu dilakukan dengan peralatan sederhana seperti kamera digital jenis poket, tangga fiber lipat dan mobil operasional. Kesulitan yang dihadapi dari peralatan sederhana tersenut antara lain tidak bisa melihat konsisi objek dari sisi horizontal dan vertikal karena posisi yang jauh mempersulit pengamatan terhadap jaringan dan gardu.

"Alis Rindu" diciptakan sejak Januari lalu dan terus mengalami inovasi. Alat tersebut pada dasarnya adalah sebuah kamera yang dirancang khusus dengan menggunakan tripod modifikasi dengan panjang mencapai 11 meter. Alat ini dilengkapi dengan kamera SLR/IP Cam Wireless yang bisa diatur dengan remote dan dapat melakukan capture dari netbook dengan kabel bantuan yang menghubungkan netbook dengan kamera. "Stik tripod ini berbahan dasar aluminium yang ringan sehingga mudah dibawa. Alat ini juga dilapisi isolasi 20 kV berbahan PVC pada bagian atas untuk mengantisipasi imbas dari tegangan," ujar Yusrizal.

Selama "Alis Rindu" dipergunakan di Bekasi pada periode Januari- Juni 2010, jumlah travo rusak mampu dikurangi hingga 12 unit. Pada tahun sebelumnya, ada 58 unit travo rusak. Pada 2008, jumlah travo rusak sebanyak 79 unit, dan untuk 2007 lebih 1.020 travo di Bekasi rusak.

Biaya untuk memproduksi "Alis Rindu" hanya menghabiskan sekitar Rp 10 juta. Jauh lebih murah ketimbang menggunakan alat pendeteksi teknis dengan dilengkapi sensor suhu yang disebut termovition yang biayanya mecapai Rp 200 juta. (KO)

Share This!