APDAL Hadir di Rumah, Mama Yuliana Tak Lagi Susah Cari Minyak Tanah

Monday, 6 December 2021 - Dibaca 927 kali

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS

NOMOR: 437.Pers/04/SJI/2021

Tanggal: 6 Desember 2021

APDAL Hadir di Rumah, Mama Yuliana Tak Lagi Susah Cari Minyak Tanah

Pundak kokoh Mama Yuliana (50 tahun) memanggul karung berisi batatas (ubi jalar) dari kebun di kampung atas bukit. Tiga kali ia naik-turun bukit dengan membawa sekitar 10 kilogram batatas sekali panggul. Meski keringat berulang kali menetes, senyum Mama Yuliana tersungging saat tiba di rumah. "Lelah, tapi senang, saya siapkan ini nanti untuk menyambut kedatangan tamu-tamu penting," ujar Mama Yuliana ditemui tim esdm.go.id di rumahnya, Minggu sore (5/12).

c-DJI_0492.00_03_10_51.Still001%20nih.jp

Sekali lagi Mama Yuliana menghitung batatas, memastikan hidangan utama tersebut telah cukup untuk semua tamu dari Jakarta dan Kota Kabupaten, yang akan datang esok hari. Batatas kemudian dicuci dan dimasak, menjadi salah satu hidangan utama pada acara Launching dan Sosialisasi Program SPEL (Stasiun Pengisian Energi Listrik) dan APDAL (Alat Penyalur Daya Listrik), Senin (6/12), di kampungnya, Kampung Coisi, Distrik Minyambouw, Kabupaten Pegunungan Arfak (Pegaf), Provinsi Papua Barat.

Jelang maghrib, Mama Yuliana tampak bergegas ke depan gereja mengambil APDAL-nya dari dalam SPEL di depan gereja. "Su 3 jam dicas saya ambil dulu, su penuh baterai, nanti berganti dengan (tetangga) yang lainnya to," lanjut Mama Yuliana.

Warga Kampung Coisi sudah mulai terbiasa menggunakan APDAL, baterai bantuan Kementerian ESDM yang baru mereka miliki seminggu terakhir. Semacam power bank dengan ukuran yang cukup besar, berkapasitas 500 Watt hour (Wh), namun masih gampang ditenteng untuk dicas ulang pada SPEL yang telah disediakan. Untuk mengisi daya APDAL, PT. PLN (Persero) menyediakan SPEL bertenaga surya yang juga dilengkapi dengan lampu untuk penerangan jalan. Satu titik SPEL, muat untuk 8 buah APDAL mengecas bersamaan.

c-nih.jpg

"Nah sekarang ini mudah saja, saya juga bisa menyalakan, tinggal pencet tombol ini lalu tekan saklarnya," kata mama Yuliana sambil memencet tombol power pada alat APDAL dan menyalakan saklar pada instalasi di atasnya. "Saya tak perlu bantuan siapa-siapa, sudah bisa. Anak saya yang kelas 3 SD, Hermince, juga su bisa," imbuhnya. APDAL kemudian disambungkan dengan IRAS (Instalasi Rumah Arus Searah) yang terhubung dengan 3 buah lampu LED yang bisa menerangi seisi rumah Mama Yuliana, rumah panggung yang masih terbuat dari kayu di ujung Kampung Coisi.

"Kalau dulu saya mau buat terang rumah pakai obor, harus cari minyak tanah dulu. Satu jerigen (isi 5 liter) harganya Rp 140.000. Mahal sekali. Jadi kami pakai sedikit saja, terang sebentar terus gelap," tutur Ibu yang memiliki 8 orang anak tersebut, "sekarang mudah sekali, tak perlu cari minyak tanah. Kami sangat senang, lampu bisa menyala sampai pagi. Anak-anak bisa belajar dan bermain sampai malam".

Malam di Kampung Coisi kini tak lagi gelap seperti sebelumnya. Titik-titik cahaya lampu malam menjadi penanda aktifitas yang kini tak berhenti saat petang. Geliat ekonomi warga pun semakin berkembang. "Saya bisa rajut noken di malam hari, juga menyiapkan masakan tak lagi gelap-gelapan," pungkas Mama Yuliana bahagia.

c-WhatsApp%20Image%202021-12-08%20at%205

Coisi adalah salah satu dari 37 desa di Papua dan Papua Barat yang menerima bantuan APDAL dan SPEL, program Kementerian ESDM melalui Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) bersama PT PLN (Persero), menerangi desa-desa yang belum terjangkau jaringan listrik. Total paket APDAL yang dipasang di Provinsi Papua dan Papua Barat adalah 12.586 unit. (KO)


Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama

Agung Pribadi (08112213555)

Share This!