Carbon Capture and Storage (5) : Sistem Penyimpanan CO2

Tuesday, 27 October 2009 - Dibaca 8517 kali

JAKARTA. Dalam mitigasi pemanasan global dikenal teknologi Carbon Capture and Storage (CCS). Teknologi yang ditujukan untuk mengurangi emisi CO2 ke atmosfer ini berawal dari proses pemisahan dan penangkapan CO2 (capture), pengangkutan CO2 tertangkap ke tempat penyimpanan (transportasi), dan penyimpanan ke tempat yang aman (storage).Proses penyimpanan CO2 pada dasarnya merupakan sebuah proses penginjeksian CO2 yang berkonsentrasi tinggi ke dalam suatu tempat yang terisolasi sehingga tidak lepas kembali ke udara dan diharapkan dapat bertahan selama ribuan tahun. Saat ini dikenal dua opsi penyimpanan CO2 jangka panjang yang telah teruji. Pertama, Geological Storage, yaitu lapisan batuan di bawah permukaan bumi yang di atasnya terdapat batuan yang kedap sebagai penutup (caprock). Tempat penyimpanan yang kedua adalah laut dalam (> 3.000 m) yang disebut sebagai Ocean Storage.Dari berbagai pertimbangan, Geological Storage dianggap lebih efektif bila dibandingkan dengan Ocean Storage. Dari sisi teknis, Geological Storage memiliki keunggulan lebih aman dan mudah dimonitor. Selain Ocean Storage membutuhkan biaya yang lebih mahal, kestabilan CO2 dalam air laut masih diragukan mengingat CO2 akan mudah bereaksi dengan berbagai unsur di bawah laut yang berpotensi besar merusak ekologi samudra dan mengakibatkan bencana lingkungan. Di samping itu pemantauan jangka panjang keberadaan CO2 pada Ocean Storage akan sulit dilakukan akibat dinamika arus laut. Walaupun demikian, hingga saat ini masih terus dilakukan penelitian dan pengembangan untuk memanfaatkan laut sebagai tempat penyimpanan CO2 mengingat kemampuan samudra yang sangat besar untuk menyimpan CO2 secara permanen.Pada sisi lain, pemanfaatan Geological Storage sebagai tempat penyimpanan CO2 diperkuat dengan kenyataan bahwa CO2 beserta hidrokarbon lainnya (minyak bumi) telah terperangkap secara alami selama jutaan tahun. Fakta ini meningkatkan keyakinan akan keamanan memanfaatkan Geological Storage untuk menyimpan CO2 yang berasal dari antropogenik. Upaya ini sebenarnya sudah dikenal sejak lama, sejak tahun 1970-an fasilitas ini telah digunakan di Amerika Serikat untuk keperluan Enhanced Oil Recovery (EOR).Mekanisme terperangkapnya CO2 pada Geological Storage akan terus berevolusi seiring berjalannya waktu sehingga pada saatnya mencapai kestabilan. CO2 yang diinjeksikan ke dalam formasi geologi pertama kali akan terperangkap pada batuan berpori yang memiliki lapisan caprock yang kedap (low permeability) di atasnya. Formasi geologi seperti ini disebut sebagai cekungan sedimen dan biasanya memiliki struktur tertutup yang dikelilingi oleh batuan dengan daya serap rendah pada bagian atasnya. Ketika CO2 mulai bermigrasi dalam formasi geologi, terdapat sejumlah CO2 yang tertahan dalam pori batuan karena gaya kapiler. Dalam periode yang panjang, sejumlah besar CO2 akan larut dalam air formasi sehingga meniadakan gaya yang cenderung mendorong CO2 bergerak ke atas. Selanjutnya, CO2 yang terlarut membentuk spesi ionik ketika bereaksi dengan batuan sehingga menciptakan mineral baru pada pori-pori reservoir yang menyimpan CO2 secara permanen. Proses yang terakhir ini akan terjadi setelah ribuan tahun dan tergantung dari komposisi mineralogi batuan reservoir.Berbagai teknik dan upaya monitoring terus dikembangkan dengan tujuan agar dapat terus memonitor dan mendeteksi kondisi CO2 yang telah diinjeksikan ke dalam bumi. Demikian pula pada saat ini berbagai rancangan aturan yang universal untuk pemanfaatan Geological Storage ini tengah disusun. Diperkirakan kapasitas penyimpanan CO2 di formasi geologi di seluruh dunia mencapai sekitar 200 s.d. 2.000 GtCO2.

Share This!