Dengan Margin PSO 8%, PLN Catat Laba Bersih Rp 11,7 Triliun

Saturday, 25 February 2012 - Dibaca 3927 kali

JAKARTA - Pada tahun 2011 PLN mencatat laba bersih (unaudited) sebesar Rp. 11,7 triliun, naik sebesar 16 % dibandingkan laba bersih 2010 yang sebesar Rp 10,09 triliun. Laba ini terjadi karena PLN diberikan margin PSO (public service obligation) oleh Pemerintah sebesar 8 % pada tahun 2011. Pemberian margin ini dengan tujuan agar PLN memiliki fleksibilitas dalam mencari dana untuk keperluan investasi dalam rangka meningkatkan kapasitas pasokan dan memperluas jaringan listrik di Indonesia.

Angka rasio elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 72% pada akhir tahun 2011. Hal ini berarti masih ada sekitar 28 % masyarakat Indonesia yang belum memiliki akses terhadap listrik. Karena itu kebutuhan investasi PLN menjadi sangat vital untuk meningkatkan angka rasio elektrifikasi tersebut.

Sedangkan subsidi yang diberikan Pemerintah lebih untuk menutupi kekurangan biaya operasi akibat harga jual yang masih di bawah biaya pokok produksi (BPP). Rata-rata harga jual listrik adalah Rp 720 per kilo Watt hour (kWh) sedangkan BPP Rp 1.267/kWh.

Untuk menekan subsidi, manajemen PLN sangat concern menurunkan BPP melalui berbagai program diantaranya bauran energi primer. Bauran energi dalam memproduksi listrik selama tahun 2011 (yang mencakup PLN dan IPP) adalah 44 % berasal dari pembangkit berbahan bakar batubara; 23 % berasal dari pembangkit berbahan bakar minyak; 21 % berasal dari pembangkit berbahan bakar gas; 7 % dari pembangkit bertenaga air dan 5 % dari pembangkit panas bumi. PLN optimis pada tahun 2012 ini penggunaan bahan bakar minyak akan menurun drastis karena masuknya banyak PLTU 10.000 MW yang berbahan bakar batubara.

Pendapatan usaha PLN selama 2011 (terdiri dari penjualan tenaga listrik, subsidi listrik pemerintah, penyambungan pelanggan dan pendapatan lain-lain) sebesar Rp 213,9 triliun, naik sebesar 31,7% dari pendapatan usaha tahun 2010 yang tercatat sebesar Rp. 162,4 triliun. Meningkatnya pendapatan usaha ini, terutama berasal dari penjualan tenaga listrik (karena penambahan volume penjualan, penambahan jumlah pelanggan dan kenaikan harga jual rata-rata) serta pendapatan subsidi listrik.

Sementara itu, beban usaha sepanjang tahun lalu tercatat sebesar Rp 193,6 tiliun, meningkat 30 % dibandingkan tahun 2010 yang mencatatkan angka Rp. 149,1 triliun. Meningkatnya beban usaha ini karena peningkatan konsumsi bahan bakar untuk mengcover meningkatnya konsumsi listrik akibat bertambahnya jumlah pelanggan.

Perseroan juga mengalami peningkatan nilai aset perusahaan per 31 Desember 2011 yang mencapai angka Rp. 433,8 triliun, naik sebesar Rp. 64,2 triliun atau sekitar 17,4 % dibandingkan per 31 Desember 2010.

Dengan semakin membaiknya kinerja keuangan PLN ini, diharapkan dapat lebih meningkatkan kepercayaan dan keyakinan investor pada perseroan dalam mengembangkan usaha penyediaan listrik yang dapat menjadi pendorong semakin berkembangnya perekonomian nasional dan iklim investasi yang lebih sehat. (SF)

Share This!