Dikaji, Skema Tepat Untuk CBM

Thursday, 5 July 2007 - Dibaca 6309 kali

"Karena ini baru akan pertama kali (ditawarkan), jadi dipersiapkan sebaik mungkin," ungkap Dirjen Migas Departemen ESDM Luluk Sumiarso disela-sela acara Sarasehan Budaya di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (5/7).

Skema yang sedang dipersiapkan itu, antara lain meliputi bagi hasil yang lebih menjanjikan daripada minyak dan gas serta kemudahan prosedur.

"Sepanjang itu tidak melanggar aturan, kemudahan prosedur akan diberikan," janji Luluk.

Dalam menentukan skema untuk CBM ini, pemerintah berprinsip jangan sampai merugikan negara, tapi kalau tidak dikembangkan maka pendapatan negara zero alias nol. Pada waktu awal, jelas Luluk, pemerintah mungkin akan sedikit mengalah (bagi hasil). Namun setelah proses ini berjalan dan investor bertambah banyak, pemerintah akan mempertimbangkan kembali aturan mainnya.

Pemerintah merencanakan pada tahun ini setidaknya satu kontrak kerja sama CBM dapat ditandatangani. Penandatanganan ini diyakini memberi sinyal yang bagus bagi investasi migas.

Sampai saat ini, sejumlah perusahaan telah mengajukan permintaan mengelola wilayah kerja CBM di Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur. Perusahaan-perusahaan tersebut, antara lain PT PGN-Santos, PT Pertamina EP, PT BA, Vico dan Trans Asia Resources. Sementara Konsorsium Medco-Ephindo telah mendapat persetujuan mengelola wilayah kerja CBM.

Potensi CBM Indonesia yang merupakan salah satu energi alternatif potensial di masa mendatang, diperkirakan sekitar 453,3 TCF, dengan perincian: Sumatera Tengah 52,5 TCF; Sumatera Selatan 183 TCF; Bengkulu 3,6 TCF; Berau 8,4 TCF; Kutei 80,4 TCF; Barito 101,6 TCF; Pasir/Asem 3 TCF; Jatibarang 0,8 TCF, Tarakan 17,5 TCF serta Sulawesi 2 TCF. (Copyright by Ditjen Migas)

Share This!