Dr Umar Said : Subsidi BBM Mengandung Banyak ‘Penyakit’

Sunday, 12 December 2010 - Dibaca 3674 kali

JAKARTA.Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), menurut Dr Umar Said, mengandung banyak 'penyakit'. Selain membebani keuangan negara (APBN), subsidi BBM juga memicu terjadi penyelundupan. Mengingat kebutuhan BBM akan semakin mengandalkan impor, maka kebijakan subsidi BBM tidak pantas lagi diandalkan."Subsidi BBM itu banyak penyakitnya," ujar Dr Umar Said, mantan Sekretaris Jenderal Departemen Pertambangan dan Energi (Kini Kementerian ESDM). Umar Said yang juga ahli Ekonomi Energi ini mengungkapkan pendapatnya pada acara Seminar Energi Nasional yang berlangsung di hotel Redtop, Jakarta, pekan lalu.Membeli minyak mentah dari luar negeri, menurut Umar Said, berarti harus mengikuti harga pasar yang berlaku. Sebab keseimbangan antara permintaan dan pasokan yang membentuk harga pada dasarnya berlaku untuk semua barang termasuk untuk energi. Energi, termasuk BBM, terus dibutuhkan masyarakat, namun tidak bisa lagi tersedia dengan harga murah karena disubsidi.Menurut Umar Said, subsidi BBM juga hanya akan membebani generasi mendatang. Pasalnya, subsidi yang membebani APBN itu biasanya menimbulkan defisit yang ditutup dari utang. "Nah utang-utang akibat subsidi BBM ini yang akan menanggung adalah generasi mendatang. Ini kan tidak adil. Sebab yang menikmati subsidi adalah kita atau generasi sekarang ini," papar Umar Said.Selain itu kebijakan subsidi BBM juga membuat ketidakadilan antara kota dan desa. Masyarakat perkotaan yang umumnya berekonomi mampu lebih banyak mendapat kesempatan menikmati subsidi BBM dibanding masyarakat perdesaan. Subsidi juga memberikan kesan bahwa Indonesia masih memiliki sumber minyak yang banyak. Padahal kenyataannya tidak.Diingatkan oleh Umar Said, berdasarkan data cadangan minyak Indonesia sebesar 5 milyar barel. Jika produksi sebesar 350 juta barel, maka umur cadangan hanya tinggal 14 tahun. Sesuai data potensi energi, masa depan pasokan energi di Indonesia akan beralih kepada gas bumi, batubara dan panas bumi. Selain itu dalam jumlah yang terbatas bisa memanfaatkan sumber energi baru dan terbarukan.(AR)

Share This!