Energi untuk Pembangunan Berkelanjutan (2/2)

Tuesday, 29 November 2011 - Dibaca 8940 kali

Energi untuk Pembangunan Berkelanjutan Menurut Asian Development Bank (ADB), 2007 depletion premium dapat dihitung dari net present value selisih harga sumberdaya alam tak terbarukan (misal: migas) pada saat dia tidak kita produksikan lagi (sehingga kita harus mengimpornya) dan biaya memproduksikannya. Dana depletion premium dari energi tak terbarukan yang untuk migas diperkirakan sekitar 7-8 persen dari Equity to be Split (revenue dikurangi recoverable cost).

Dana Depletion Premium dapat diigunakan untuk meningkatkan kualitas informasi bagi penawaran konsesi-konsesi migas baru, untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dan penelitian, untuk meningkatkan kemampuan Perusahaan Migas Nasional dan untuk mempersiapkan infrastruktur pendukung migas (terutama untuk LNG Receiving Terminal) serta untuk pengembangan energi nonmigas dan energi perdesaan. Dana didapat dari penghematan akibat mengganti BBM dengan energi lain yang lebih murah. Sehingga, anjurannya bukan jangan pakai BBM bersubsidi tetapi sedapat mungkin jangan pakai BBM sehingga subsidi minimum.

Selain migas dan batubara perlu dikembangkan pengembangan energi fosil yang unconventional seperti CBM, shale gas, hydrate. Perlu pengembangan semaksimal mungkin dengan meningkatkan iklim investasi untuk panasbumi, batubara mulut tambang, panasbumi dalam, pegurangan flare gas disamping peningkatan kemampuan nasionalPerlu pengembangan semaksimal mungkin dengan meningkatkan iklim investasi untuk energy surya, bayu, bioenergi, laut, mikrohidro disamping peningkatan kemampuan nasional serta penguasaan teknologinya.

Kita masih bisa mencukupi kebutuhan energi sampai 2030 dengan menggunakan Energi Domestik (Minyak, Gas, CBM, Shale Gas, Batubara, Panasbumi, Air, Surya, Angin, Laut, Biofuel dan Biogas) serta mengembangkan Kemampuan Nasional untuk memproduksikan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi. Bahkan kalau perlu mengimpor gas dan batubara (yang lebih murah dari BBM) serta mengusahakan migas di luar negeri. Perlu Kebijakan Harga dan Infrastruktur serta Peningkatan Iklim Investasi dan Peningkatan Kemampuan Nasional yang mendukung untuk mengoptimalkan penggunaan Energi Domestik.

Untuk mencukupi kebutuhan energi 2030-2050 perlu dilihat perkembangan Teknologi dan Biaya Energi pada 2020. Diharapkan Pertamina dan Perusahaan-perusahaan Nasional Migas lain dapat meningkatkan produksi migasnya baik di dalam dan di luar negeri seperti Petronas, di samping perlu perbaikan Sistem Fiskal dan Iklim Investasi serta Sistem Informasi untuk meningkatkan Investasi Internasional Migas di Indonesia. Dana dapat diperoleh dari penghematan yang diperoleh dari digantikannya BBM (Bahan Bakar Minyak) yang mahal dan sudah diimpor dengan energi lain yang lebih murah dan tersedia di dalam negeri (gas, batubara, panasbumi dan energi terbarukan lain).

Untuk menghindari krisis energi dimasa datang perlu dioptimalkan pemanfaatan energi di Indonesia baik dari sisi pemanfaatan pasokan sumberdaya maupun pemanfaatannya. Untuk itu dibutuhkan kerjasama dan kasih sayang, kejujuran dan keterbukaan, kerja keras dan cerdas dari seluruh Bangsa Indonesia. Kita perlu melakukan hal-hal yang benar untuk Negeri ini.

Ketika Harry Potter "selamat" dari Voldemore (Musuhnya), Dumbledore (Kepala Sekolahnya): mengatakan: "Someday, you will have to choose between what is right and what is easy." Pilihan kita, mau "benar" tetapi ,walaupun sulit, "berhasil" di jangka panjang atau mau "gampang" tetapi "standstill" tidak kemana-mana.

Menurut Yasadipura (kakek Ranggawarsita) mengatakan: "Waniya ing gampang, wediya ing pakewuh, sabarang nora tumeka." artinya: sukailah kemudahan, takutilah kesulitan, maka tidak ada yang diperoleh Persoalan energi dan bangsa tidak bisa hanya diselesaikan oleh Pemerintah saja. Negara yang baik membutuhkan adilnya Pemimpin, amalnya Pengusaha, ilmunya Akademisi (Ulama) serta kesabaran, kemandirian dan keperdulian Masyarakat.

Pemimpin seyogyanya mempunyai pemahaman tentang kebijakan publik yang baik dan bukanlah orang yang emosional. Menurut Naisbitt : "Pemimpin adalah guru, fasilitator dan pelatih. Anda selalu memimpin melalui contoh". Menjadi pemimpin berarti mengabdi. Seyogyanya, pemimpin mengikuti nasihat Lao Tzu (Tao Te Ching):A Leader is best when people barely know he exists, when his work is done, his aim is fulfilled, they will say: We did it ourselves.""To lead the people, walk behind them." "A leader is not an administrator who loves to run others, but someone who carries water for his people so that they can get on with their jobs""Leadership is an opportunity to serve. It is not a trumpet call to self-importance."

"If your actions inspire others to dream more, learn more, do more and become more, you are a leader."True leadership must be for the benefit of the followers, not the enrichment of the leaders." Told G. Buchholz dalam bukunya "New Ideas From Dead Economists" 1 mengatakan bahwa ekonomi adalah ilmu memilih. Dia bukan memberitahu kita apa yang dipilih, tetapi menolong kita mengerti konsekuensi-konsekuensi dari pilihan-pilihan kita.Perlu disadari bahwa manusia harus membuat pilihan-pilihan yang sulit. Kita tidak tinggal di surga, dimana susu dan madu mengalir. Dunia penuh keterbatasan, sehingga kita tidak dapat mendapatkan semua sekaligus. Sedangkan politik adalah proses yang menentukan pandangan-pandangan (values) siapa yang akan berlaku di masyarakat. Sehingga, politik adalah proses untuk menentukan pilihan kita. Akibatnya ekonomi sangat dekat dengan politik.

Pilihan Politik hanya akan keliru apabila Politisi (Pemimpin)nya Tidak Mengerti atau dia Punya Kepentingan. Sehingga, Politik hanya akan Indah apabila Politisinya Cerdas dan Bermoral. Tugas kita adalah membuat Masyarakat Cerdas dan Bermoral karena mereka akan Memilih Politisi yang Cerdas dan Bermoral pula serta bisa Mengkoreksi apabila Keputusan Politiknya Keliru.Seyogyanya pengusaha berprinsip seperti Warren Buffet dan Bill Gates bahwa: "Yang memberi lebih banyak akan menerima lebih banyak." Seyogyanya, perusahaan mengikuti nasihat Charles Handy: " My business school in America was wrong. I am now convinced. The principal purpose of a company is not to make a profit-full stop. It is to make a profit in order to continue to do things, and to do so even better and more abundant."

Negara berkembang harus lebih memikirkan pemerataan dan keadilan daripada kemakmuran sebagian orang, seperti dinyatakan Charles Handy dalam bukunya "Beyond Certainty" (1996) : "You don't make the poor rich by making the rich richer and hoping that the riches will trickle down because they don't. Paradoxically, it works the other way around - you make the rich richer by making the poor rich because then they have more money to spend". Hidup ini adalah interaksi dan transaksi antar warga masyarakat. Dalam pengertian luas, pasar adalah mekanisme interaksi dan transaksi warga masyarakat tersebut. Sehingga ketidakadilan dalam interaksi atau transaksi tersebut disebut sebagai market failures atau kegagalan pasar.

Kegagalan pasar tersebut dapat terjadi karena ketidakadilan dalam pengelolaan barang publik, kekuatan yang mendominasi pasar (monopoli, monopsoni, oligopoli, oligopsoni), eksternalitas (baik fisik maupun sosial) yang diabaikan, asimetri informasi, preferensi yang merugikan, ketidakpastian yang mengakibatkan pengambilan keputusan yang tidak tepat, kepentingan generasi mendatang yang diabaikan dan biaya penyesuaian yang terlalu mahal. Masalah lain dalam kehidupan ini adalah masalah keadilan atau pemerataan yaitu keadilan atas kesempatan dan keadilan atas pendapatan. Keadilan atas kesempatan contohnya adalah untuk memperoleh pendidikan, kesehatan, keamanan, akses transportasi, air dan listrik. Keadilan atas pendapatan kalau di luar negeri berupa social security (disediakan oleh pemerintah) dan di Indonesia berupa upah minimum regional (diatur olah pemerintah untuk disediakan pemerintah sendiri maupun swasta).

Untuk mengatasi ketidakadilan dalam interaksi atau transaksi warga masyarakat dan mengatasi masalah pemerataan maka dibentuklah pemerintahan. Walaupun demikian perlu disadari bahwa pemerintah tersebut terdiri dari manusia yang mempunyai kepentingan dan keterbatasan pribadi, sehingga dalam melaksanakan tugasnya bias saja tidak optimal. Hal ini biasa disebut dengan government failures atau kegagalan pemerintah. Kegagalan pemerintah meliputi permasalahan demokrasi yang menyangkut ketidakadilan pelaksanaannya, permasalahan birokrat yang meliputi kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN) dan ketidakefisienan partisipasi birokrat, permasalahan birokrasi yang menyangkut ketidakefisienan, ketidakjelasan, ketidaklengkapan dan ketiadaan peraturan pemerintah serta ketidaktepatan implementasinya, dan masalah desentralisasi yang menyangkut ketidaktepatan implementasi dalam pembagian tugas dan dana.

Permasalahan -permasalahan pemerintah perlu diatasi dengan: Demokrasi dengan meningkatkan Pemahaman Kebijakan Publik yang benar dari Pemerintah, MPR, DPR, DPD, Penegak Hukum, Ak dan Masyarakat. Masyarakat yang pintar akan memilih pemimpin yang pintar dan akan meluruskan apabila pemimpin salah. Regulasi dan Institusi untuk mempercepat implementasi dan mengurang tumpang tindih peraturan. Bukan hanya penerimaan negara yang penting tetapi juga pemanfaatan anggaran.Birokrat dengan meningkatkan kemampuannya, integritas, berani mengambil keputasan dan komunikasi.

Desentralisasi ke daerah dan ke masyarakat dan tidak berhenti hanya pada elitenya. Daerah dan masyarakat perlu mendukung penggunaan energi non BBM dan penghematan energi supaya tersedia dana pembangunan lebih banyak. Negara-negara yang bisa berubah menjadi negara maju adalah negara yang mau belajar dan bekerja keras untuk menjadi mandiri, tidak menutup diri terhadap negara lain tetapi tidak mau didikte pihak lain, karena dia tahu apa yang baik buat dirinya. Persyaratan utama lainnya adalah masyarakat yang bermoral dan berpendidikan serta good governance yang mempunyai peraturan, hukum dan peradilan serta keadilan dan ketransparanan yang baik. Korupsi tidak akan memajukan teknologi karena masyarakat hanya bersaing memberi upeti.

Link and Match antara industri dan dunia akademis akan lemah selama suatu bangsa tidak ingin mandiri, karena kebanyakan penelitian dan pengembangan dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional. Kerjasama dengan negara-negara maju hanya akan bermanfaat apabila negara berkembang tahu yang baik untuknya dan selalu meningkatkan pengetahuan dan teknologi masyarakatnya. Hanya orang yang lebih bodoh yang dapat dibodohi.Penulis percaya bahwa untuk menyelesaikan permasalahan Indonesia dan membuatnya lebih baik dibutuhkan network.

Naisbitt menyatakan, The failure of hierarchies to solve society's problem forced people to talk to one another and that was the beginning of network.6 Network adalah masyarakat yang berbicara satu sama lain, saling membagi ide, informasi dan sumber daya. Network menawarkan apa yang tidak dapat diberikan birokrasi yaitu hubungan horisontal yang tidak membeda-bedakan orang (egalitarian). Dalam lingkungan network, penghargaan justru datang dengan memberdayakan orang lain dan bukan memperdayakannya. Network berguna untuk siapa saja yang membutuhkan orang lain.Indonesia bisa maju dengan pemimpin yang baik, partisipasi daerah, koordinasi antar institusi, pengusaha yang beramal, masyarakat yang mencintai satu sama lain.

All you need is Love berlaku di mana-mana. Love is sharing, caring, giving and forgiving. Jaman sudah berubah, dulu sentralisasi sekarang demokrasi dan desentralisasi sehingga perlu kebersamaan. Tuhan sayang kepada yang menyayangi ciptaannya. Jangan bermusuhan. Daripada kita mencari musuh, lebih baik membuat musuh tersebut menjadi teman. Dalam film Two Weeks Notice, Sandra Bullock (Aktivis yang ingin mempertahankan gedung bersejarah) menjalankan taktik Sun Tzu: "Keep your friends close and your enemies closer" dapat menaklukkan Hugh Grant (konglomerat yang ingin menghancurkan gedung tersebut untuk aktivitas bisnisnya). Akhirnya, Hugh Grant membatalkan niatnya, bahkan mereka menikah.

Penulis mengajarkan di kelas (ITB) bahwa Cara Belajar terbaik adalah dengan Mengajar dan Menulis, Cara Mengajar yang terbaik adalah dengan Contoh (Melaksanakan) dan Cara Melaksanakan yang terbaik adalan dengan Cinta (Kasih Sayang) dan dengan antusias karena hal tersebut sangat disukai Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Enthusiasm (antusias) berasal dari en theo yang berarti Tuhan di dalam (diri). Apabila suatu usaha sesuai dengan kehendakNya maka tidak ada istilah tidak mungkin berhasil.

Daftar Pustaka

  1. Buchlolz, T.G., New Ideas form Dead Economists, London: Penguin Books, 1989.
  2. Economics and Development Resource Center, Guidelines for the Economic Analysis of Project, ADB (Asian Development Bank), Manila, 1997.
  3. Gustav R. Grob, Energy Status Quo and Technology towards Clean Energy, Chengdu, China, September 28, 2010.
  4. Handy, C., Beyond Certainty, London: Arrow Books, 1996.
  5. IEA (International Energy Agency), Energy Thecnology Prespectives, Scenarios & Strategies t0 2050, Paris, 2010.
  6. Naisbitt, J., Megatrends, New York: Warner Books, 1984.
  7. Partowidagdo, W, Migas dan Energi di Indonesia, Permasalahan dan Analisis Kebijakan, Development Studies Fondation, Bandung, 2009.
  8. Partowidagdo, W., Mengenal Pembangunan dan Analisis Kebijakan, Bandung, Development Studies Foundation, 2010.
  9. The Goldman Sachs Group, Inc., 125 Projects to Change The World, New York, 2006.
  10. Weimer, D.C. dan Vining, A.R., Policy Analysis-Concepts and Practice, New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs, 1989.
Riwayat Hidup

Widjajono Partowidagdo adalah Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Guru Besar Ilmu Ekonomi dan Pengelolaan Lapangan Migas pada Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Anggota Dewan Energi Nasional, Penasehat Asosiasi Perusahaan Migas (Aspermigas) dan Kaukus Migas Nasional, Ikatan Ahli Teknik Perminyakan dan Alumni Teknik Perminyakan ITB.

Pernah menjadi Sekretaris Komisi Permasalahan Bangsa, Majelis Guru Besar ITB serta anggota Tim P3 (Pengawasan Peningkatan Produksi) Migas ESDM 2007-2009, Ketua Kelompok Keahlian Teknik Pemboran, Produksi dan Manajemen Migas pada Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral ITB, 2005-2007, Ketua Program Pasca Sarjana Studi Pembangunan ITB, 1993-2004, Pembantu Dekan Urusan Akademis, Fakultas Teknologi Mineral serta Anggota Senat ITB, 1994-1997 dan Koordinator Penelitian Pembangunan Berkelanjutan pada Pusat Antar Universitas untuk Ilmu Ekonomi, Universitas Indonesia, 1989-1992 serta Penasehat Masyarakat Kelistrikan Indonesia (MKI) dan Asosiasi Panasbumi Indonesia (API).

Mendapat Sarjana Teknik Perminyakan ITB, MSc in Petroleum Engineering, MSc in Operations Research, MA in Economics dan PhD dengan disertasi An Oil and Gas Supply and Economics Model for Indonesia dari University of Southern California, Los Angeles, USA.

Menulis beberapa buku yaitu "Manajemen dan Ekonomi Minyak dan Gas Bumi", 2002, "Migas dan Energi di Indonesia, Permasalahan dan Analisis Kebijakan", 2009 serta "Memahami Pembangunan dan Analisis Kebijakan", 2010 serta koordinator penulisan buku Agenda 21 Sektor Energi untuk Pembangunan Berkelanjutan, UNDP dan KLH, Jakarta, 2000.

Share This!