Investasi Dan Keberlangsungan Operasi Fasilitas Pemurnian Pasca Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2017

Wednesday, 27 December 2017 - Dibaca 3840 kali

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS

NOMOR: 00165.Pers/04/SJI/2017

Tanggal: 27 Desember 2017

INVESTASI DAN KEBERLANGSUNGAN OPERASI

FASILITAS PEMURNIAN PASCA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 1 TAHUN 2017


Pada hari Rabu, 27 Desember 2017 di Kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, Bambang Gatot Ariyono memberikan penjelasan mengenai perkembangan investasi dan operasi Fasilitas Pemurnian Mineral. Secara rinci, penjelasan mengenai hal tersebut, sebagai berikut:

1. Investasi dan Keberlangsungan Operasi Fasilitas pemurnian Nikel

Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah Mineral telah mendorong investasi pada sektor Industri Pengolahan dan Pemurnian Logam, tercatat sampai dengan Bulan Oktober 2017 investasi yang telah selesai ditanamkan untuk pembangunan fasilitas pemurnian Nikel di dalam Negeri adalah mencapai +-5,03 milyar USD (+-Rp 68 triliun). Investasi tersebut telah berhasil membangun sejumlah 13 fasilitas pemurnian Nikel dengan berbagai macam produk yang dihasilkan yaitu NPI, FeNi dan NiHidroxide dan telah mampu memurnikan bijih Nikel di dalam Negeri sebesar 34 juta ton bijih Nikel.

Dari hasil pemantauan kegiatan implementasi peningkatan nilai tambah mineral di dalam negeri, perlu kami informasikan bahwa sampai dengan bulan Oktober 2017 terdapat 13 smelter nikel yang sudah terbangun dan beroperasi menghasilkan 598 ribu ton (FeNi dan NPI) serta 64 ribu ton Ni-Matte, yaitu :

No

Nama Perusahaan

Jenis Perizinan

Produk

Investasi

Kapasitas input (Ton)

Status Kegiatan

1

PT Vale Indonesia

KK

Matte

845,000,000

8,000,000

Produksi dan melakukan ekspor Jan s/d Okt 2017 sebesar 64.244 ton Ni Matte

2

PT Aneka Tambang (Pomala)

IUP OP

FeNi

600,000,000

2,716,948

Produksi dan melakukan ekspor Jan s/d Okt 2017 sebesar 85.539 ton FeNi

3

PT. Fajar Bhakti Lintas Nusantara

IUP OP

NPI

174,000,000

1,065,215

Produksi dan melakukan ekspor Jan s/d Okt 2017 sebesar 106.468 ton NPI

4

PT Sulawesi Mining Investment

IUP OPK

FeNi

636,000,000

1,600,000

Produksi dan melakukan ekspor Jan s/d Okt 2017 sebesar 194.570 ton FeNi

5

PT Gebe Industry Nickel

IUP OPK

NiOH

150,000,000

1,100,000

Produksi Ni(OH)2 10.000 ton/bln dan Ni (99%) 1.000 ton/bln

6

PT Megah Surya Pertiwi

IUP OPK

FeNi

320,000,000

2,079,732

Produksi dan melakukan ekspor Jan s/d Okt 2017 84.537 ton FeNi

7

PT COR Industri Indonesia

IUP OPK

NPI

400,000,000

818,827

Selesai commisioning dan telah produksi dan ekspor s.d Okt 2017 sebesar 24.797 ton NPI

8

Heng Tai Yuan

IUI

NPI

36,300,000

250,000

Produksi dan melakukan ekspor Jan s/d Jun 2017 sebesar 3.566 ton NPI

9

Century Metalindo

IUI

FeNi

50,000,000

641,026

Produksi dan melakukan ekspor Jan s/d Nov 2017 sebesar 11.349 ton FeNi

10

Indonesia Guang Ching Nikel and Stainless Steel

IUI

NPI

1,020,000,000

7,500,000

Produksi dan melakukan ekspor Jan s/d Mar 2017 sebesar 30.000 ton NPI

11

Virtu Dragon

IUP OPK

FeNi

500,000,000

4,560,000

Produksi dan melakukan ekspor Agustus/d Nov 2017 sebesar 31.850 ton FeNi

12

PT Surya Saga Utama (Blackspace)

IUP

N/A

300,000,000

3,500,000

Mulai Produksi Bulan November 2017 dengan penjualan 1.028 ton Luppen FeNi

13

PT Bintang Timur Steel

IUI

FeNi

2,150,000

292,000

Sejak Juli 2015 belum beroperasi secara continue, Bulan Agustus-November Tahun 2017 produksi sebesar 2.714 ton FeNI

TOTAL

5,031,300,000

33,831,748

Pada komoditas Bauksit investasi yang telah ditanamkan mencapai +- 1,5 milyar USD (Rp 20 triliun) dengan kemampuan mengolah 4,4 juta ton bauksit di dalam negeri dan telah mampu memproduksi 700 ribu ton Alumina.

No

Nama Perusahaan

Jenis Perizinan

Produk

Investasi

Kapasitas input (Ton)

Status Kegiatan

1

PT Indonesia Chemical Alumina

IUP OP

CGA

490,000,000

850,000

Produksi Jan s/d Okt 2017 sebesar 31 ribu ton CGA

2

PT Well Harvest Winning

IUP OP

SGA

1,100,000,000

3,564,000

Produksi Jan s.d Okt 672.744 ton SGA

TOTAL

1,590,000,000

4,414,000

Dari 15 fasilitas pemurnian yang telah terbangun terdapat 2 smelter nikel yang tidak beroperasi dikarenakan faktor keekonomian akibat dari meningkatnya biaya operasi (kokas) dan melemahnya harga komoditas mineral di awal tahun 2017, yaitu :

Tingkat keekonomian dalam mengoperasikan peleburan nikel dengan menggunakan teknologi Blast Furnace selain harga nikel sangat dipengaruhi oleh harga bahan baku salah satunya adalah kokas yang memiliki porsi 40 % dari total biaya produksi. Penyebab utama tidak beroperasinya smelter yang menggunakan teknologi Blast Furnace adalah meningkatnya harga kokas dari rata-rata 100 USD/ton pada tahun 2015 menjadi 200-300 USD/ton sejak akhir tahun 2016. Hal tersebut yang mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi PT Cahaya Modern Metal Industri, sedangkan PT Indoferro sejak awal tidak di desain untuk memurnikan bijih nikel sehingga tingkat keekonomiannya akan berbeda dengan desain awal dimana PT Indoferro semula didesain untuk memurnikan bijih besi.

2. Minat Investasi Pembangunan Fasilitas Pemurnian Nikel Pasca PP1/2017

Pasca terbitnya PP 1 Tahun 2017 beserta turunannya Permen ESDM No 5/2017 dan Permen ESDM No. 6/2017 yang memberikan insentif bagi pelaku usaha yang membangun fasilitas pemurnian untuk dapat menjual bijih nikel kadar rendah mampu mendorong minat pelaku usaha untuk dengan sungguh-sungguh membangun fasilitas pemurnian baru atau bahkan mendorong existing smelter meningkatkan kapasitas fasilitas pemurnian yang telah ada, tercatat ada 11 perusahaan yang berinvestasi baru dan 2 perusahaan melakukan ekspansi dengan total investasi yang akan ditanamkan sebesar 4,3 milyar USD (Rp 56 triliun) dengan kapasitas input sebesar 28 juta ton bijih Nikel.

Sedangkan pada komoditas Bauksit insentif peningkatan nilai tambah mampu mendorong investasi baru untuk membangun 4 fasilitas pemurnian sebesar 4 milyar USD (Rp 52 triliun) yang akan miningkatkan kemampuan memurnikan bauksit di dalam negeri sebesar 13 ,7 juta ton.

3. Kondisi Pasar Nikel

Tren penurunan harga nikel dunia terjadi sejak akhir tahun 2014 yang diakibatkan oleh menurunnya permintaan atas stainless steel, sehingga produsen stainless steel sebagai industri pengguna nikel terbesar harus menurunkan tingkat produksinya, yang berakibat langsung atas menurunnya permintaan nikel dunia. Pada tahun 2016 terdapat peningkatan produksi stainless steel menjadi +- 25 juta ton dibandingkan produksi tahun sebelumnya pada kisaran 22 juta ton, sehingga memaksa produsen stainless steel menurunkan produksi pada tahuan 2017 yang secara langsung menekan permintaan nikel dunia.

c-pic1.jpg

Setelah mengalami tekanan harga dari awal tahun 2014 akibat melemahnya pasar stainless steel, pada pertengahan Tahun 2016 harga Nikel sempat naik dikarenakan adanya kekhawatiran pasar atas rencana penghentian kegiatan penambangan apabila perusahaan tidak comply atas hasil audit lingkungan yang dilakukan oleh Pemerintah Filipina. Namun faktor terbesar yang mempengaruhi fluktuasi harga nikel adalah tingkat konsumsi stainless steel, penurunan harga stainless steel serta meningkatnya stock Nikel di LME dan SHFE, sebagaimana tergambar sebagai berikut:

xc-pic2.png.pagespeed.ic.KQiJo8OIa7.webp

Source: Wood Mackenzie, October 2017

xc-pic3.png.pagespeed.ic.3dpdoesKsA.webp

Source: LME, Macquarie Research, October 2017

Pasar nikel sempat memberikan sentimen negatif terhadap adanya perubahan kebijakan ekspor bijih nikel kadar rendah karena adanya kekhawatiran memanasnya kompetisi supplier bijih nikel, akan tetapi seiring dengan diperolehnya informasi yang akurat atas kebijakan ekspor nikel kadar rendah dari Indonesia, selama kurun waktu 6 bulan sejak diberikan rekomendasi ekspor oleh KESDM pada tanggal 4 Juli 2017, harga nikel menunjukkan tren meningkat dari 9.012 USD/ton menjadi 12.080 USD/ton pada bulan Desember 2017.

xc-pic4.png.pagespeed.ic.42vIp8fBdO.webp

Source: investing.com, December 2017

4. Kondisi Harga Nikel Indonesia

KESDM melalui Permen 07 Tahun 2017 telah mengatur patokan harga mineral logam sebagai acuan dalam perhitungan royalti, namun berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan penjualan di dalam negeri dan ekspor ditemukan bahwa untuk penjualan di dalam negeri terdapat kecendrungan praktek menekan harga dimana buyer besar seperti SMI, Guang Ching dapat dengan mudah menekan harga kepada penambang. Dengan diterbitkannya ketentuan Formula Harga Patokan Mineral dan adanya opsi untuk melakukan ekspor pada bijih kadar rendah yang tidak dapat digunakan pada fasilitas pemurnian di dalam negeri, deviasi transaksi dalam negeri dari Harga Patokan Mineral dapat diperkecil.

xc-pic5.png.pagespeed.ic.HfgJ9EfnHZ.webp

5. Rekapitulasi Rekomendasi Ekspor Nikel dan Bauksit

Rekomendasi ekspor yang telah dikeluarkan oleh KESDM sampai dengan 30 November 2017 untuk komoditas Nikel sejumlah 14 Perusahaan dengan jumlah ekspor sebesar 22,9 juta ton, namun sampai dengan 30 November 2017 realisasi ekspor bijih nikel kadar rendah baru mencapai 3 juta ton. Sedangkan untuk komoditas Bauksit rekomendasi ekspor telah diberikan kepada 6 Perusahaan dengan jumlah rekomendasi sebesar 14,9 juta ton dan realisasi sampai dengan 30 November 2017 sebesar 696 ribu ton.

xc-pic6.png.pagespeed.ic.5_olP5ahYi.webp

xc-pic7.png.pagespeed.ic.vEBCNf8cCp.webp

Unduh file Siaran Pers dalam bentuk PDF, di sini.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi

Publik, dan Kerja Sama

Agung Pribadi

Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama

Agung Pribadi (085795502038)

Ikuti linimasa kami di:

Facebook: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral

Twitter: @KementerianESDM

Instagram: @kesdm

Share This!