Jepang Setuju Biayai Studi Kelayakan Sumatera SNG

Friday, 12 August 2011 - Dibaca 2330 kali

JAKARTA - Indonesia dan Jepang bekerja sama membangun Sumatra SNG Project yang merupakan proyek pembangunan kilang pengolahan batu bara kelas rendah (low rank coal) menjadi Synthetic Natural Gas (SNG) atau syngas yang akan dibangun di Sumatera. Pemerintah Jepang telah menyetujui pendanaan studi kelayakan (feasibility study) proyek tersebut.Wakil Mitsubishi Heavy Industries/Mitsubishi Corporation (MHI/MC) dalam rapat dengan Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo dan instansi terkait di Gedung Migas, Jumat (12/8), mengemukakan, persetujuan itu dikeluarkan Pemerintah Jepang pada akhir Juli 2011.Sebagai tindak lanjut dari persetujuan itu, Pemerintah Indonesia meminta MHI menyampaikan secara lengkap jadwal dan lingkup kerja studi kelayakan proyek Sumatera SNG ini.Selanjutnya, pihak Jepang meminta adanya surat dari Pemerintah Indonesia yang menyampaikan ketertarikan untuk meneruskan FS ini pada tahap FEED (Front End Engineering Design).Menurut rencana, kilang Sumatera SNG yang akan dibangun berkapasitas 150 MMSCFD. PT CPI dan PLN telah menyatakan kesediaannya membeli produks gas SNG dengan ketentuan business to business. Produksi CO2 yang dihasilkan, akan diangkut melalui pipa ke lapangan minyak untuk memulihkan produksi minyak di lapangan yang cadangannya hampir habis.Syngas merupakan sejenis gas campuran yang terdiri atas gas karbon monoksida dan hidrogen. Terkadang gas ini juga mengandung karbon dioksida. Syngas mudah terbakar dan digunakan sebagai bahan bakar atau digunakan dalam proses untuk membuat zat kimia lain.Berdasarkan data Tekmira Balitbang Kementerian ESDM, di dunia, produksi syngas dari batu bara telah dilakukan secara komersial sejak 50-an. Hingga saat ini terdapat 53 plant gasifikasi batu bara yang memproduksi syngas untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku industri kimia seperti pupuk dan petrokimia, listrik dan gas kota.Di Indonesia, pernah terdapat beberapa pabrik gas di kota-kota besar yang memproduksi gas kota melalui proses karbonisasi terhadap batu bara. Pabrik-pabrik gas kota ditutup tahun 70-an dan diganti gas alam.Tekmira sendiri telah melakukan penelitian dan pengembangan gasifikasi batu bara sejak 1994 untuk memproduksi gas bakar dan syngas. Tekmira juga bekerja sama dengan pihak Jepang untuk mengembangkan syngas. Dari hasil kerja sama itu, diketahui bahwa kendala yang dapat menghambat pengembangan plant komersial gasifikasi batu bara untuk memproduksi syngas di Indonesia, antara lain tidak adanya jaminan pasar syngas, harga gas dan infrastruktur serta harga batu bara.Syngas telah dikembangkan secara komersial di AS. Antara lain oleh Dakota Gasification Co., yang memproduksi syngas 152 MMSCFD. Perusahaan tersebut membangun plant dengan menggunakan dana pemerintah pada tahun 1984. (TW)

Share This!