Keberlanjutan Pengembangan Panas Bumi Dibahas dalam WGC 2010 di Bali

Wednesday, 28 April 2010 - Dibaca 2733 kali

NUSA DUA. "International Effort to Promote Global Sustainable Geothermal Development" menjadi tema yang diangkat dalam diskusi panel Rabu pagi (28/4), dalam rangkaian acara World Geothermal Congress di Bali International Convention Centre, Nusa Dua. Keberlanjutan pengembangan panas bumi menjadi perhatian dunia, mengingat pada tahun 2050 IEA memperkirakan panas bumi akan dimanfaatkan untuk memenuhi 1,7% kebutuhan energi dunia, atau meningkat 45% dari pemanfaatan panas bumi pada 2030. Diskusi dengan moderator Miklos Antics (Perancis) dan Jim Lawless (Selandia Baru) ini menghadirkan pembicara Profesor Rahmat Witoelar, Ketua Dewan Perubahan Iklim Nasional Indonesia, Chris Bromley mewakili International Energy Agency (IEA), Paul Quinlivan dari Sinclair Knight Merz (SKM), serta Gudni Johannesson, Director of the Icelandic National Energy Authority.Sebagian besar diskusi berpusat pada bahasan mengenai Clean Development Mechanism (CDM). Paul Quinlivan menunjukkan bahwa pasar global untuk CDM diperkirakan mencapai US$ 18 miliar hingga 2012, walaupun panas bumi baru menyerap 0,4% dari angka tersebut. Program CDM untuk panas bumi masih bisa ditingkatkan. Saat ini telah terdaftar dalam CDM 9 proyek panas bumi dan 3 proyek masih dalam proses, semuanya berada di Indonesia. Kompleksitas proses dan kurangnya sumber daya untuk lembaga sertifikasi, juga ketidakpastian setelah tahun 2012, menjadi permasalahan yang harus segera ditemukan solusinya.Menjawab hal tersebut, Profesor Witoelar dan perwakilan Bank Dunia meyakinkan peserta panel bahwa pasar Certified Emissions Reductions (CER) akan terus ada, setidaknya hingga 2020. Selain itu, ada upaya untuk merampingkan proses tersebut sehingga memudahkan pendaftaran proyek untuk program CDM. (KO)

Share This!