Kurangi Ketergantungan Pasokan Listrik Sumatera Utara, Pemerintah Aceh Optimalkan Energi Alternatif

Wednesday, 15 December 2010 - Dibaca 4618 kali

BANDA ACEH. Kebutuhan listrik di Aceh dipasok melalui dua sistem, pertama melalui sistem interkoneksi melalui jaringan transmisi 150 Kv (195 MW) dan kedua melalui sistem isolated (75 MW). Untuk mengurangi ketergantungan pasokan dari Sumatera bagian Utara, Pemerintah Daerah Aceh mengupayakan pemenuhan kebutuhan listriknya dengan mengoptimalkan sumber-sumber energi alternatif seperti hidro dan panas bumi. Saat ini kebutuhan listrik di Aceh masih bergantung dari pasokan listrik dari pembangkit listrik di Sumatera Utara yang memasok sebesar 165 MW. Terkait dengan kondisi tersebut Kepala Bidang Program dan Pelaporan, Dinas Pertambangan dan Energi Aceh, T. Zulfikar menjelaskan, beban puncak total sistem Aceh saat ini mencapai 270 MW yang dipasok oleh dua sistem interkoneksi sebesar 195 MW (dipasok oleh pembangkit di Sumatera Bagian Utara sebesar 165 MW dan dari PLTD Leug Bata, Sigli dan Lhokseumawe sebesar 30 MW) dan Sistem Isolated 75 MW (dipasok dari PLTD Blang Keujeren, Takengon, Meulaboh dan Sabang).Berdasarkan data diatas maka jumlah tenaga listrik yang dipasok pembangkit yang ada di wilayah Aceh hanya sebesar 105 MW sehingga masih terjadi defisit sebesar 165 MW jika terhenti pasokan dari Sumatera Bagian Utara, tambah Beliau.Peningkatan kapasitas listrik di Aceh untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasokan dari Sumatera Utara terus diupayakan Pemerintah Pusat dan Daerah melibatkan PLN dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber-sumber energi alternatif seperti hidro dan panas bumi. Potensi panas bumi yang dimiliki Aceh mencapai 1.115 Mwe sedang hidro mencapai 1,482.50 MW.Dua wilayah Potensi panas bumi yang direncanakan untuk dikembangkan menjadi pembangkit listrik yaitu, Seulawah Agam (1x55 MW) sedang dalam proses persiapan lelang dan Jaboi (2x7 MW) dalam tahap eksplorasi. Potensi hidro saat ini yang sedang dikembangkan dan sedang dalam proses konstruksi adalah PLTA Peusangan (2x43 MW). Dengan mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan yang terencana sumber energi alternatif tersebut menurut Zulfikar selain dapat mengatasi krisis di Aceh juga dalam jangka panjang Aceh justru akan membuat Aceh berpotensi menjadi penghasil energi listrik yang dapat disalurkan untuk daerah-daerah lainnya. (SF)

Share This!