Mandatory BBN Dorong Peningkatan Permintaan Komoditas Pertanian

Monday, 27 October 2008 - Dibaca 3584 kali

''Ini merupakan jawaban konkrit Indonesia menghadapi krisis keuangan dunia. Dilihat dari permintaan dari dalam negeri angka ini tergolong besar,'' ujar Deputy Menko Perekonomian Bidang Pertanian dan Kelautan, Bayu Khrisnamurti di Jakarta, Senin (13/10). Ditambahkan ditengah situasi krisis keuangan dunia yang berimbas melemahnya permintaan produk pertanian di pasar dunia, prediksi pertumbuhan permintaan dari dalam negeri tersebut sangat memiliki arti yang strategis.

Hanya saja Bayu Khrisnamurti juga mengingatkan bahwa pengembangan BBN adalah kerja besar dan membutuhkan waktu jangka panjang. Tidak bisa instan. ''Ibarat lari adalah lari marathon. Jadi diperlukan daya tahan yang tinggi untuk pengembangan BBN,'' ujar dia. Meski demikian nilai strategis pengembangan BBN sebagai upaya diversifikasi energi menjadikan sekecil apapun langkah nyata pengembangan BBN memiliki harapan besar.

Indonesia yang memiliki keanekaragaman hayati dan lahan pertanian bagi bahan baku biofuel, memiliki potensi besar sebagai produsen penting BBN dunia. Bahkan jika ditangani dan dikelola dengan tepat bisa mengimbangi posisi Brasil, Amerika, Eropa, India maupun China. ''Bukan tidak mungkin Indonesia bisa menjadi 'Timur Tengahnya' biofuel dunia,'' papar Bayu Khrisnamurti yang juga dosen IPB ini.

Pemanfaatan BBN, menurut Bayu Khrisnamurti, juga memiliki nilai strategis lain karena produk BBN tidak bergantung pada satu bahan baku. Sebab, selain kelapa sawit, biofuel bisa diproduksi dengan beragam bahan baku, seperti tebu, jarak pagar, singkong, ubi hingga nyamplung. Segingga fluktuasi harga maupun ketersediaan salah satu bahan baku diharapkan tidak mengganggu sisi produksi biofuel.

Share This!