NTT Berpeluang Membangun Industri Vertikal Terintegrasi Berbasis Mangan

Monday, 18 April 2011 - Dibaca 7204 kali

JAKARTA. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sangat memerlukan dukungan investasi untuk pembangunan perekonomian daerahnya. Namun kendala ini sangat sulit diwujudkan mengingat masih kurangnya pasokan energy dan lemahnya infrastruktur energi di daerah ini. NTT memiliki sumber daya mineral potensial. Bijih Mangan merupakan ikon NTT, yang selama ini diekspor dalam bentuk bahan mentah ke luar negeri.Peluang untuk melakukan peningkatan nilai tambah Biji Mangan kian terbuka dengan diberlakukannya UU No. 4 Tahun 2009. "Dengan diberlakukannya Undang-undang Pertambangan No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, dimana bijih mineral dilarang untuk dieskpor, maka terbuka luas peluang untuk memproses dan mengolahnya di daerah, demikian Kepala Badan Geologi R. Sukyar dalam paparanya yang mengusung tema "Membangun Ekonomi Nusa Tenggara Timur Melalui Industri Mineral Berbasis Energi Panas Bumi".NTT juga memiliki sumber daya panas bumi yang sangat potensial yang belum dimanfaatkan. Oleh sebab itu sinergitas kedua sumber daya alam tersebut mineral dan energi panas bumi harus diwujudkan untuk memajukan perekonomian NTT, lanjut Beliau.Banyak sumber energi panas bumi yang tidak termanfaatkan secara optimal di kawasan Indonesia bagian timur. Padahal energi merupakan kebutuhan dasar bagi kemajuan ekonomi dan kesejahteraan. Terhambatnya pemanfaatan panas bumi di NTT antara lain besarnya investasi yang harus dikeluarkan sedangkan kebutuhan energinya tidak terlampau besar.NTT yang memiliki sumber daya alam lebih berpeluang meningkatkan nilai tambahnya. Vertikal Integrated Resource-Based Industry seharusnya lebih mudah diwujudkan. Keharusan pengolahan di dalam negeri (UU No.4 tahun 2009) membuka kesempatan besar industri berbasis Mangan dikembangkan di NTT.Peluang untuk membangun industri vertikal terintegrasi berbasis Mangan (Vertical Integrated Industry), mulai dari penambangan hingga produk hilir berbasis Mn. Bijih Mangan diolah menjadi konsentrat (ingot) FeMn dan juga produk turunan berbasis Mn seperti Mn Chemicals.Kebutuhan energi diperkirakan sebesar 40 MW untuk mengolah bijih Mangan menjadi ingot Mn untuk setiap 5000 ton ingot yang dihasilkan. Disamping itu energi juga dibutuhkan untuk penambangan bijih Mangan. Energi juga dibutuhkan untuk memproses ingot menjadi turunan lainnya berbagai bentuk kimia berbasis Mn.Pendekatan kepada investor dari negara tujuan ekspor bijih Mangan merupakan salah satu kesempatan. Saat ini perusahaan Hyundai Korea tengah mengkaji keekonomian membangun pabrik Mangan di Kupang.Komitmen penuh Pemerintah sangat diperlukan. Pemerintah dan Provinsi NTT perlu memfasilitasi kabupaten untuk mempromosikan industry pengolahan Mangan di NTT. Sebagai sumber energi tiga wilayah kerja panas bumi yang saat ini ada yaitu Ulumbu, Sukoria dan Mataloko perlu dikembangkan. Untuk itu perlu fasilitasi Pemerintah melakukan perundingan antara perusahaan pengolahan tambang serta PLN. Paling tidak tiga lapangan ini bisa diperoleh listrik sebesar 125 MW, tutup R. Sukhyar. (SF)

Share This!