Optimalisasi Sumber Energi Dan Optimasi Pembangkit Untuk Mendukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Monday, 11 April 2011 - Dibaca 7030 kali

Indonesia adalah negara yang memiliki potensi sumber energi yang melimpah, namun terkadang masih terdengar suara keluh kesah masyarakat yang mengalami krisis energi di sudut negeri tercinta ini. Oleh karena itu diperlukan upaya optimalisasi sumber energi yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi, serta melakukan optimasi pembangkit untuk mempertahankan efisiensi dan instrumentasi pembangkit agar tetap handal sehingga produksi tetap dapat dipertahankan.

Untuk melihat kondisi kelistrikan Indonesia dapat dirujuk dari pidato menteri ESDM Dr. Darwin Zahedy Saleh dalam raker ESDM, Kamis (6/01/2011) di Jakarta, yang menyatakan bahwa realisasi subsidi listrik 2010 mencapai Rp 62,8 triliun atau 114% dari target (Rp 55,1 triliun), membengkak Rp 7,7 triliun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain pembangunan listrik yang baru mencapai 600 MW atau 52% dari target 1.150 MW. Sementara realisasi pembangunan transmisi listrik baru 3 ruas dengan panjang 330 kms, sisanya 7 ruas transmisi sepanjang 772 kms masih dalam tahap penyelesaian.

Hingga akhir 2010 rasio elektrifikasi nasional adalah sebesar 66,6%, sementara kebutuhan listrik masyarakat yang masih di subsidi oleh pemerintah semakin meningkat. Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah telah mengeluarkan program golden period diantaranya mewujudkan pertumbuhan ekonomi (pro-growth), membuka lapangan kerja (pro-Job), mengentaskan kemiskinan (pro-poor), dan penyelamatan lingkungan (pro-environment). Dalam beberapa kesempatan Direktur Utama PLN Dahkan Iskan menyampaikan bahwa PLN akan mendukung langkah-langkah strategis pemerintah dilakukan program pengurangan konsumsi BBM untuk pembangkit listrik sebesar 1 juta KL untuk bisa menghemat subsidi listrik sebesar Rp 6 triliun.

Rata-rata biaya pokok produksi PLN jika memakai gas adalah Rp 318 per kWh, jika memakai BBM Rp1.383 per kWh, dan jika memakai batu bara Rp 362 per kWh. Dengan optimalisasi pembangkit diharapkan dapat menuntaskan daftar tunggu sambungan baru dan memenuhi kebutuhan listrik bisnis dan industri. Targetnya adalah adanya penambahan kapasitas daya untuk 1.8 juta pelanggan. Pada tahun 2011, tujuh pembangkit listrik yang menjadi bagian dari proyek 10.000 MW di Jawa akan beroperasi. Tujuh pembangkit diantaranya PLTU 1 Banten-Suralaya dengan kapasitas (1x625 MW), PLTU 3 Banten-Lontar (3x315 MW), PLTU 1 Jabar-Indramayu (3x330 MW), PLTU 2 Jabar-Pelabuhanratu (1x350 MW), PLTU 1 Jateng - Rembang (2x315 MW), PLTU 1 Jatim - Pacitan (2x315 MW) dan PLTU 2 Jatim - Paiton (1x660 MW).

Optimalisasi sumber energi harus terus ditingkatkan untuk mewujudkan rencana strategis Kementerian ESDM, misalnya melalui peningkatan pemanfaatan potensi panas bumi yang mencapai 28,884 GW dan baru terpasang 1,192 GW atau sekitar 4%. Dari sumber panas bumi yang merupakan backbone tepat kiranya jika diperlukan optimalisasi. Untuk mendapatkan 12.000 MW dari panas bumi diperlukan dana sekitar 20 triliun. Dari sisi ini, program 10.000 MW jelas akan terwujud belum ditambah dengan optimalisasi pembangkit dari sumber EBT lainnya yang memiliki potensi sekitar 59,65 GW (terpasang 574,3 MW atau 0,96%) .

Dalam mewujudkan hal itu tidak terlepas peranan penelitian dan pengembangan (litbang) ketenagalistrikan dalam terus meningkatkan terobosan teknologi diantaranya:

  1. Technology of Energy Storage SystemUntuk optimalisasi terhadap rural electrification pembangkit stand-alone dilakukan saving energi sedangkan pembangkit on-grid bisa menambah pasokan energi ketika tidak dalam kondisi beban puncak.

  2. Smart Microgrid TechnologyTeknologi ini dikembangkan untuk menggabungkan dari beberapa sumber EBT yang telah dilakukan hybrid sehingga diharapkan jumlah pasokan energi bisa terintegrasi maksimal dengan sistem monitoring automatis secara real time.

  3. Intelligent Control SystemSistem pengendali secara cerdas pada sistem pembangkit sangat diperlukan untuk menjaga keselamatan consumer load dan pembangkit itu sendiri. Inovasi robot penjelajah dasar laut untuk mendeteksi sumber-sumber energi terutama di lokasi yang terdapat dalam gunung berapi di dasar laut, antara lain methane hydrate atau fire ice.

  4. Implementation reward and punishment to Peak LoadPenerapan beban puncak pengguna listrik dapat diterapkan dengan memberikan sanksi berupa denda dan pemotongan biaya pemakaian beban bagi masyarakat yang hemat energi dengan demikian masyarakat akan sadar begitu pentingnya untuk mengkonsumsi energi listrik. (MS)

Share This!