Pemimpin MEFEC Akan Bertemu di L’Aquila, Italia

Saturday, 4 July 2009 - Dibaca 2591 kali

JAKARTA. Pertemuan pemimpin Major Economies Forum on Energy and Climate (MEFEC) dijadwalkan akan berlangsung di L'Aquila, Italia, 9 Juli 2009. Pertemuan pemimpin MEFEC ini bertujuan untuk menyusun deklarasi yang memuat kesepakatan di bidang adaptasi, mitigasi, pendanaan, dan teknologi di antara negara-negara anggotanya. Untuk mempersiapkan pertemuan tersebut, telah dilangsungkan rapat persiapan pertama (MEF-1) di Washington, rapat kedua (MEF-2) di Paris, dan rapat ketiga (MEF-3) di Mexico. Rapat persiapan ketiga MEFEC berlangsung di Jiutepec, Morelos, Mexico, 22-23 Juni 2009. Pertemuan diketuai bersama oleh Fernando Tudela Abad dari Mexico dan MEF Chairman, Mike Froman, dari Amerika Serikat. Pada rapat tersebut delegasi Indonesia dipimpin oleh Staf Ahli Menlu bidang Ekonomi Sosial dan Budaya, didampingi Staf Ahli Menteri ESDM bidang Lingkungan Hidup serta unsur-unsur KBRI Mexico City dan Washington, D.C.Pertemuan ini dihadiri perwakilan setingkat Menteri dari Afrika Selatan, Australia, Brazil, Canada, China, India, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Mexico, Perancis, Russia, Denmark (tuan rumah COP-15 UNFCCC), Republik Ceko, Swedia, Indonesia, wakil Komisi Eropa dan Executive Secretary UNFCCC. Sementara Spanyol dan Norwegia hadir sebagai pengamat. Pertemuan MEF-3 ini membahas hal-hal pokok termasuk isu-isu adaptasi, teknologi, pendanaan, mitigasi, serta rancangan elemen-elemen MEFEC Leaders Communique.Pada acara pembukan, Presiden Mexico Felipe Calderon Hinojosa menyampaikan pentingnya kesepakatan pasca-Kyoto bagi kelanjutan umat manusia, terkait krisis keuangan global yang sedang terjadi. Presiden Calderon mengemukakan sebuah paradigma bahwa kemajuan konkrit dalam isu "Perubahan Iklim" tidak bisa menunggu hingga iklim ekonomi kembali positif. Untuk itu, diperlukan pembahasan mengenai pembiayaan sebagai elemen dasar penanganan isu tersebut. Untuk mendukung konsensus pengurangan emisi, ujar Presiden Calderon, Mexico mengajukan proposal membentuk sebuah dana global bertajuk "Green Fund". Dana tersebut merupakan instrumen pembiayaan untuk mengatasi masalah-masalah perubahan iklim yang bertujuan mendukung tanggung jawab aktif dari masing-masing negara sesuai dengan proporsinya. Pada kesempatan tersebut, negara-negara maju khususnya AS dan Uni Eropa menginginkan adanya kesepakatan mengenai penurunan emisi negara berkembang dan negara maju. Namun di sisi lain, ada keengganan negara maju tersebut untuk menyampaikan komitmen mengenai pendanaan. Selain masalah pendanaan, isu mitigasi kembali menjadi topik hangat dalam forum ini. Pokok pembahasan pada topik ini termasuk target penurunan emisi jangka panjang dan menengah, rencana perekonomian rendah karbon, serta langkah-langkah mitigasi yang Measurable, Reportable and Verifiable (MRV). Pertemuan juga membahas kemungkinan menyusun target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) bagi negara-negaa maju anggota Annex I sebesar 80% dari tingkat 1990 pada tahun 2050. Namun, belum terdapat kesepakatan mengenai target kuantitatif bagi negara-negara berkembang non-Annex I.

Share This!