Peneliti Puslitbang TEKMIRA Terima Sertifikat Paten

Thursday, 2 May 2013 - Dibaca 2312 kali

BANDUNG - Dua peneliti Pusat Penelitian dan Pengembangan Mineral dan Batubara menerima sertifikat paten dari Direktorat Jenderal Hak dan Kekayaan Intelektual. Sertifikat tersebut diserahkan oleh Direktur Paten, Corry Naryati di Puslitbangtek Mineral dan Batubara, Bandung pada tanggal 1 Mei 2013. Peneliti pertama yang menerima paten adalah Ir. Sumarjono, M.Sc., atas penelitiannya bertajuk Proses dan Peralatan Pembakar Siklon Untuk Tepung Batubara dan peneliti kedua adalah Ir. Suganal, yang meneliti tentang Kokas Pengecoran dari Batubara Non Coking dan Proses Pembuatannya.

Dua penelitian tersebut merupakan hasil litbang unggulan Puslitbang Tekmira. Penelitian tentang pembakar siklon sebelumnya telah meraih tiga penghargaan, yakni Ristek Medco Energi Award (2007), Inovasi Paling Prospektif dalam Bidang Energi pada 100 Inovasi Indonesia (2008), Anugerah Ristek untuk Teknologi Inovatif (2010). Teknologi karya Sumarjono ini menerapkan sitem pembakaran api yang mirip dengan pembakaran dengan bahan bakar minyak, sehingga dapat diimplementasikan pada mesin yang menggunakan BBM, dengan kelebihan tingkat efisiensi bahan bakar dapat mencapai 70%. Tidak mengherankan bila beragam industri rumah tangga hingga industri besar telah mengganti burner berbahan BBM menjadi pembakar berbahan batubara, di antaranya steam boiler pada industri makanan, oil heater vertikal pada industri tekstil, rotary kiln pada industri aspal pupuk, rotary dryer pada industri pupuk dan mineral, smelter peleburan alumunium, serta industri makanan.

Meski belum diaplikasikan pada sektor industri, penelitian tentang Kokas Pengecoran Dari Batubara Non Coking juga memiliki prospek ekonomi yang cukup baik karena kebutuhan kokas untuk industri pengecoran di tanah air cukup tinggi dan masih mengandalkan impor dari China, Taiwan, Jerman dan Jepang.

Penelitian yang mendapat predikat sebagai Inovasi Paling Prospektif dalam Bidang Energi pada 103 Inovasi Indonesia (2011) ini merupakan inovasi teknologi lama dengan cara memperbaiki proses pembuatan, mulai dari karbonisasi, penggerusan, pencampuran, pembriketan dan rekarbonisasi. Meski alur proses lebih panjang, namun peralatan sederhana yang diciptakan Suganal mampu mengolah batubara Indonesia yang umumnya memiliki karakter non coking. Kokas yang dihasilkan pun memenuhi spesifikasi kokas pengecoran dengan kualitas yang lebih baik dari kokas impor, baik dari segi nilai kalori tinggi, kadar abu rendah, coke ratio 1:7 maupun biaya produksi.

Untuk membangun pabrik pengolahan kokas dari batubara non coking dengan kapasitas 10 ton per hari dibutuhkan investasi sebesar Rp. 16 milyar. Meskipun harga jual kokas semacam ini relatif lebih murah dibandingkan kokas impor di pasaran, namun pabrik kokas ini masih dapat memberikan laba bersih hampir tiga milyar setahun. Pangsa pasar kokas pengecoran di tanah air saat ini masih terbuka luas karena kebutuhan kokas untuk industri pengecoran mencapai 500 ribu ton per tahun.

Kepala Badan Litbang ESDM, FX. Sutijastoto menyambut baik penyerahan sertifikat paten tersebut. "Sektor ESDM mempunyai peranan penting bagi perekonomian nasional. Salah satu peran penting tersebut adalah dalam hal investasi, yang setiap tahunnya mencapai Rp 300 triliun. Namun dari total investasi tersebut, 25% atau sekitar Rp 75 triliun dipergunakan untuk membayar royalti kepada lembaga litbang internasional karena penggunaan teknologinya". demikian disampaikan oleh Kepala Badan Litbang ESDM, F.X. Sutijastoto.

"Nilai royalti tersebut akan semakin besar jika investasi semakin meningkat dan tidak ada inovasi dari dalam negeri. Pemberdayaan Litbang ESDM harus mampu mengurangi beban pembayaran royalti tersebut dengan mengembangkan berbagai inovasi teknologi yang dapat diimplementasikan yaitu dengan mendapatkan patennya", lanjut F.X. Sutisjastoto.

Kepala Badan Litbang ESDM mengingatkan kembali bahwa Badan Litbang ESDM mempunyai peranan luas dan penting bagi keberhasilan sektor ESDM, dalam hal meningkatkan ketahanan energi nasional dengan mendukung intensifikasi eksplorasi dan eksploitasi baik energi fosil maupun non fosil serta konservasi energi serta mendukung pelaksanaan hilirisasi mineral dan batubara dalam rangka peningkatan nilai tambah bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Terkait dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sektor ESDM, Badan Litbang ESDM diharapkan dapat meningkatkan TKDN dengan cara memfasilitasi terimplementasikannya hasil litbang untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Litbang ESDM diminta juga mendukung pelaksanaan good engineering practices di pengelolaan energi dan mineral, dalam rangka mewujudkan pengelolaan sumber daya energi dan mineral yang berkesinambungan serta mendukung kegiatan ramah lingkungan dengan menerapkan prinsip eco-innovation.

F. X. Sutijastoto mengingatkan untuk bersama-sama mendorong upaya pemanfaatan hasil litbang terutama dari 18 paten yang telah dimiliki Badan Litbang ESDM. Bidang Afiliasi dan Kerja Sama diminta untuk segera melakukan sosialisasi dan promosi agar diketahui oleh publik.

Usai menyerahkan paten, Corry Naryati memaparkan lima manfaat paten yaitu sebagai aset perusahaan, mendukung pengembangan usaha, pencegah persaingan usaha tidak sehat dan peningkat daya saing, pemacu inovasi/kreativitas serta pembentuk image.

Sebelumnya Kepala Puslitbang Tekmira, Retno Damayanti mengibaratkan penerimaan paten ini sebagai "pecah telur" bagi Puslitbang Tekmira. Kepala Puslitbang Tekmira mengharapkan agar intelektual perolehan hak kekayaan intelektual dua penelitian ini dapat mendukung kegiatan litbang dan masyarakat di subsektor mineral dan batubara. Selain dua paten tersebut, Puslitbang Tekmira juga tengah mengusulkan paten untuk dua penelitian, yakni Coal Water Mixture (Prof. DR. Datin Fatia Umar) yang tengah menunggu proses mediasi, sedangkan penelelitian tentang Rotary Kiln i(Prof. Husaini) baru dalam tahap pengajuan. (hs/er)

Share This!