Penerimaan Migas Melebihi Target

Sunday, 19 December 2010 - Dibaca 2672 kali

JAKARTA. Kepala BP Migas, R. Priyono memperkirakan penerimaan negara yang disumbangkan sektor hulu migas diprediksi melampaui target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 260 triliun. "Diperkirakan, industri hulu migas mampu menghasilkan sekitar Rp 261,8 triliun," kata Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (BPMIGAS), R.Priyono saat membuka Rapat Kerja BPMIGAS tahun 2010 di Jakarta, Selasa (14/12) malam. Hadir dalam pertemuan tersebut Staf Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Ekonomi dan Keuangan, Hadi Purnomo, Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA) Ron Aston, serta pimpinan kontraktor kontrak kerja sama (KKS) dan perbankan nasional. Priyono mengatakan, hasil ini dicapai karena gabungan produksi minyak dan gas mencapai 2,461 juta barel ekuivalen minyak per hari. Produksi ini meningkat empat persen ketimbang tahun 2009 yang produksinya sebesar 2,366 juta barel ekuivalen minyak per hari. Produksi migas dalam barel ekuivalen minyak terus mengalami peningkatan sebagai akibat dari kinerja produksi gas bumi yang terus membaik. "Karena itu, jangan melihat kinerja sektor hulu migas semata-mata dari tingkat produksi minyak. Komponen produksi gas juga harus diperhitungkan," kata dia. Sebab pada hakekatnya minyak dan gas bumi sebagai bahan hidrokarbon berada di reservoir yang sama, diproduksi dari sumur yang sama, dari peralatan yang sama, dan dengan biaya investasi secara bersama-sama pula. Priyono menambahkan, pihaknya terus mendorong peningkatan kapasitas nasional dalam kegiatan hulu minyak dan gas bumi (migas). Pengadaan barang dan jasa, pengutamaan penggunaan perbankan nasional, serta penguatan kompetensi dan pemberdayaan sumber daya manusia dilakukan untuk merealisasikan cita-cita terbentuknya Indonesian Incorporated. Dia mencontohkan, hingga Oktober 2010, nilai pengadaan barang dan jasa yang melalui persetujuan BPMIGAS dan diadakan kontraktor kontrak kerja sama (KKS) sendiri adalah US$ 6,58 miliar. Persentase komitmen tingkat komponen dalam negeri (TKDN) mencapai 64 persen dengan rincian TKDN barang senilai US$ 1,7 miliar dan jasa Jasa sebesar US$ 2,5 miliar. Jumlah ini di atas target 2010 sebesar 55 persen dan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 49 persen. Sementara, dalam kurun waktu April 2009 hingga Oktober 2010, terdapat US$ 7,87 miliar atau sekitar Rp 70 triliun untuk transaksi pengadaan barang dan jasa yang menggunakan jasa perbankan nasional. "Sedangkan dana abandonment and site restoration (ASR) yang ditempatkan di bank-bank milik pemerintah per November 2010 berjumlah US$ 162 juta," katanya. Hadi Purnomo mengakui besarnya kontribusi sektor migas bagi perekonomian nasional. Namun, dia mengingatkan, tantangan ke depan yang dihadapi tidak mudah. Misalnya, cadangan migas yang terus cenderung menurun, sedangkan penemuan baru belum berhasil menggantikan cadangan yang telah diproduksi. Investasi juga dinilai kurang menarik karena terjadi tumpang tindih regulasi dan birokrasi yang terlalu panjang. Belum lagi, masih terjadinya penghentian produksi yang tidak direncanakan. "Harus diingat, permasalahan terkait migas sensitif dan mudah dipolitisasi sehingga pengambilan keputusan menjadi lebih rumit," katanya. Sumber : BP Migas

Share This!