Penggunaan Energi Geothermal Meningkat 10 Kali Pada 2050

Thursday, 23 June 2011 - Dibaca 4405 kali

JAKARTA - Sebuah laporan yang diluncurkan International Energy Agency (IEA) menunjukkan bahwa potensi peningkatan penggunaan energi panas bumi (geothermal) untuk pembangkit maupun pemanas mencapai setidaknya sepuluh kali lipat pada 2050 nanti.

Laporan Technology Roadmap: Geothermal Heat and Power, yang diluncurkan 14 Juni 2011 pada konferensi tahunan EURELECTRIC di Stockholm, Swedia, memaparkan bahwa melalui upaya pengembangan sumber daya panas bumi yang belum dimanfaatkan dan teknologi baru, penggunaan energi panas bumi dapat mencapai sekitar 3,5% dari produksi listrik global dan 3,9% energi untuk pemanas pada tahun 2050. Peningkatan yang cukup signifikan dari angka saat ini yang hanya mencapai 0,3% dan 0,2% untuk masing-masing.

"Ini akan menjadi kontribusi penting untuk mengurangi emisi karbon global dengan menggunakan sumber energi yang tersedia di seluruh dunia, setiap hari dan sepanjang tahun, karena tidak berfluktuasi dengan cuaca ataupun musim," kata Direktur Eksekutif IEA Nobuo Tanaka, saat peluncuran laporan tersebut di Stockholm.

Laporan ini merupakan laporan terbaru IEA dalam roadmap teknologi, yang bertujuan untuk memandu pemerintah dan industri untuk melakukan tindakan yang diperlukan untuk mengembangkan potensi energi bersih dan ramah lingkungan.

Milou Beerepoot, penulis laporan dan analis senior IEA menjelaskan, meski eksploitasi panas bumi telah dilakukan selama lebih dari satu abad, sampai saat ini upaya untuk memanfaatkan energi panas bumi terkonsentrasi pada daerah uap air alami (vulkanik). Sehingga menurutnya, upaya pemanfaatan panas bumi harus diperluas untuk memecahkan kendala ekonomi dan non-ekonomi yang menghambat eksploitasi lebih lanjut, terutama di negara-negara berkembang.

Selain itu, ia mengamati bahwa energi panas bumi juga dapat diambil dari sistem aquifer dalam, yang tersebar di seluruh dunia. Sumber daya ini biasanya dapat ditemui pada kedalaman 3 kilometer dan menghasilkan temperatur lebih dari 60?C. Pemanfatan pada sistem aquifer diperkirakan akan tumbuh cepat, mencerminkan ketersediaan yang luas, baik untuk panas maupun listrik.

Selain daerah-daerah yang belum dimanfaatkan, sebagian besar energi panas bumi dunia berada pada daerah pengeboran dalam, yang bisa mencapai 5 kilometer dan ditemukan dalam batuan yang relatif kering dan kedap (hot rock). Saat ini, teknologi yang memungkinkan untuk memanfaatkan panas dari batuan tersebut adalah Enhanced Geothermal Systems (EGS) , yang masih dalam tahap uji coba.

Dengan sistem ini, ke dalam sumur yang dibor disuntikkan air pada tekanan yang cukup sehingga menciptakan patahan pada batu. Sumur lainnya kemudian dibor untuk memompa air yang telah dipanaskan oleh batu panas. "Jika sistem ini dikembangkan lebih lanjut, secara signifikan akan membuka eksploitasi global sumber daya panas bumi," jelas Beerepoot. (KO/iea.org)

Share This!