Pengiriman Perdana LNG Untuk Transportasi Kendaraan Berat di Bontang

Friday, 6 December 2013 - Dibaca 3040 kali

BONTANG - Program konversi BBM ke bahan bakar gas untuk transportasi, terus digencarkan. Salah satunya adalah uji coba penggunaan LNG untuk kendaraan berat seperti truk, di Bontang, Kalimantan Timur. Pengiriman perdana LNG untuk kendaraan berat ini, dilaksanakan di halaman Kantor PT Badak NGL oleh Dirjen Migas Kementerian ESDM A. Edy Hermantoro, Direktur Utama PT Badak NGL Nanang Untung, Direktur Umum PT Pertamina Luhur Budi Djatmiko dan Direktur Utama PT Pertamina Gas Hendra Jaya, Jumat (6/12).

Proyek ini bertujuan mengkonversi sistem bahan bakar kendaraan berat dari BBM Solar menjadi bahan bakar dual fuel yaitu LNG-Solar, dengan komposisi 60% LNG dan 40% Solar.

Pada teknologi ini, seluruh bahan bakar difumigasi. Gas bumi dicampur dengan udara masuk sebelum proses kompresi. Rasio udara-bahan bakar diatur dengan proses pencekikan untuk mengatur muatannya. Untuk mencegah terjadinya "knocking", rasio kompresi dikurangi.

Kelebihan dari teknologi ini adalah ramah lingkungan dengan katalis yang sederhana dan tidak bising. Selain itu juga lebih ekonomis dibandingkan menggunakan Solar non subsidi.

Terkait uji coba proyek ini, PT Pertamina (Persero) telah menunjuk anak perusahaannya yaitu PT Pertagas, PT Badak NGL dan PT Nusantara Regas untuk melaksanakan kegiatan ini. Pertagas akan membeli LNG dari Nusantara Regas yang memperolehnya dari Blok Mahakam. Selanjutnya, Pertagas menjual LNG tersebut kepada PT Indominco Mandiri yang akan menggunakan LNG sebagai bahan bakar kendaraan beratnya yaitu truk-truk di kawasan pertambangan.

Sementara PT Badak NGL akan mengoperasikan fasilitas LNG yang dibutuhkan yaitu stasiun pengisian LNG, alat ukur transaksi LNG serta LNG semi trailer 20 meter kubik.

Uji coba ini merupakan langkah awal menuju tahap komersial pada tahun 2014 sampai tahun 2022.

Dirjen Migas Kementerian ESDM A. Edy Hermantoro mengemukakan, penggunaan LNG untuk truk-truk di perkebunan dan pertambangan sangat efektif mengurangi impor BBM. Selain itu, juga memberikan keuntungan kepada pengusaha yang menggunakan kendaraan berat karena harga LNG yang ekonomis.

Sebagai contoh, kebutuhan bahan bakar Solar yang dibutuhkan PT Indominco per tahun mencapai 160.000 meter kubik atau setara 3,78 juta MMBTU. Dengan harga Solar non subsidi US$ 30 per MMBTU, sementara harga LNG sebesar US$ 18 per MMBTU, maka dapat diperoleh penghematan US$ 12 per MMBTU atau sekitar US$ 45,2 juta per tahun.

"Jumlah ini sangat besar. Apalagi jika nantinya banyak truk-truk yang beralih menggunakan gas, maka penghematan impor BBM serta keuntungan yang diperoleh juga signifikan," tambahnya.

Dirut PT Badak NGL, Nanang Untung, mengharapkan agar proyek ini dapat berlanjut sehingga membawa manfaat bagi bangsa dan negara.

Sebagai perusahaan yang telah 40 tahun bergelut dalam bidang energi, lanjut Nanang, pihaknya juga berupaya memastikan bahwa penggunaan dual fuel ini aman.

Untuk selanjutnya, PT Badak akan memperluas penggunaan LNG untuk truk dengan menawari perusahaan-perusahaan perkebunan dan pertambangan di Pulau Kalimantan agar beralih menggunakan LNG. (TW)

Share This!