Pertamina Bangun Terminal Minyak Mentah Senilai US$450 Juta

Saturday, 28 January 2012 - Dibaca 4319 kali

JAKARTA - PT Pertamina (Persero) telah mempersiapkan proses tender untuk segera merealisasikan proyek Centralized Crude Terminal (CCT) Lawe-lawe senilai US$450 juta dengan kapasitas penyimpanan minyak mentah hingga 25 juta barrel atau setara dengan 25 hari cadangan operasi kilang dalam negeri.

Proyek ini juga bertujuan untuk meningkatkan security energi serta memberikan fleksibilitas untuk Pertamina didalam mencampur kombinasi antara penyerapan minyak mentah domestic dan impor. CCT Lawe lawe juga akan dikembangkan menjadi crude hub di Asia Tenggara serta merupakan bagian dari rencana jangka panjang Pertamina untuk menciptakan energi hub di beberapa wilayah Indonesia.

Proyek CCT Lawe-lawe akan menyediakan fasilitas pencampuran minyak mentah, termasuk minyak mentah domestik yang memiliki tingkat kontaminan tinggi, seingga memungkinkan pembelian minyak mentah dengan berbagai jenis dengan harga yang kompetitif. CCT Lawe-lawe akan menjadi fasilitas pencadangan stok minyak mentah untuk semua kilang pengolahan dalam negeri.

"Pembangunan CCT Lawe-lawe akan berupa Crude Storage beserta fasilitas penerimaan dan blending dengan tujuan meningkatkan ketahanan stok minyak mentah dengan memaksimalkan penyerapan minyak mentah domestik sehingga menekan impor yang secara langsung juga akan berpengaruh pada penurunan biaya pengapalan minyak mentah yang cukup tinggi," kata Vice President Corporate Communication Pertamina Mochamad Harun.

Rencana proyek yang telah dikaji sejak tahun lalu tersebut untuk mengantisipasi beberapa hal seperti kecenderungan menurunnya produksi minyak mentah domestik, keterbatasan spesifikasi minyak mentah yang dapat diolah oleh kilang, serta tingginya biaya transportasi minyak mentah impor, serta fluktuasi harga minyak mentah dunia.

Proyek tersebut juga diselaraskan dengan rencana pengembangan kilang-kilang yang dioperasikan dan yang akan dibangunPertamina. Dengan keberadaan CCT Lawe-lawe nantinya diharapkan fleksibilitas throughput kilang meningkat, serta semakin tingginya kualitas minyak mentah sehingga margin kilang akan semakin membaik.

Untuk merealisasikan proyek tersebut, Pertamina menyiapkan investasi sekitar US$450 juta. "Proses lelang dan engineering, procurement and construction (EPC) akan dimulai tahun ini."

CCT Lawe-Lawe akan memiliki kapasitas lebih dari 25 juta barel minyak mentah, yang terdiri dari 25 tangki penampungan. Proyek tersebut direncanakan dalam dua tahapan dan ditargetkan akan tuntas secara keseluruhan pada 2014.

Sejauh ini, Pertamina telah menyelesaikan proses analisis dampak lingkungan (AMDAL) di areal proyek CCT seluas 750 hektare di Lawe-lawe, Penajam Pasir Utara, Kalimantan Timur. Pemerintah Daerah setempat juga telah menyatakan dukungannya, berupa percepatan proses perizinan agar proyek tersebut bisa segera direalisasikan.

Pertamina juga menegaskan keinginan kuatnya agar dapat menyerap semua minyak mentah dalam negeri yang diproduksi oleh Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS). Sejalan dengan rencana proyek CCT, optimalisasi minyak mentah domestik juga dilatarbelakangi oleh tekad kuat Perusahaan untuk menjaga ketahanan energi nasional dengan menekan impor minyak mentah, yang selama ini berada di kisaran 300 ribu barel per hari (bph) serta sebagai antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya krisis minyak apabila situasi di Selat Hormuz, Iran terus memanas.

Untuk itu Pertamina meminta dukungan Pemerintah untuk menyempurnakan regulasi bagi hasil minyak yang memberikan opsi kepada Pertamina untuk membeli minyak mentah bagian KKKS. Upaya Pertamina untuk membeli minyak mentah bagian KKKS telah mendapatkan dukungan penuh dari Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMigas), tetapi memang saat ini tidak ada regulasi yang mengatur hal ini dan masih diperlukan penyempurnaan regulasi agar KKKS mau menjual minyak mentah bagiannya untuk kilang dalam negeri.

Di samping telah mengirimkan surat kepada BPMIGAS, Pertamina juga telah mengirimkan surat permintaan pembelian minyak mentah domestik kepada seluruh KKKS yang masih mengekspor minyak mentah bagian mereka yang mencapai sekitar 210 ribu bph. "Pertamina siap memberikan penawaran terbaik bagi KKKS tersebut."

Selain mengamankan pasokan minyak mentah, Pertamina juga akan memperkuat pasokan produk BBM dengan membangun sarana dan fasilitas Hyper Terminal BBM Pulau Sambu, Kepulauan Riau, dengan kapasitas 300.000 kiloliter (KL). Investasi yang dianggarkan untuk proyek tersebut sekitar US$50 juta. Sarana dan fasilitas Hyper Terminal BBM yang akan dibangun di Pulau Sambu di antaranya berupa kawasan dan gudang berikat dengan kapasitas 300.000 KL dan 3 buah dermaga dengan ukuran kapal maksimal 100.000 DWT (dead weight tons) dengan draft maksimal 18 meter.

Selain itu, juga terdapat fasililitas perkantoran dan sarana Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL)."Proyek Hyper Terminal BBM Pulau Sambu dan Centralized Crude Terminal Lawe-lawe merupakan tahapan penting dari rencana jangka panjang Pertamina untuk menciptakan energi hub di beberapa wilayah Indonesia," terang Harun. (SF)

Share This!