Prioritaskan Domestik, Ekspor Gas Tetap Diperlukan Untuk Devisa Negara

Monday, 16 July 2012 - Dibaca 2501 kali

BALI - Kebutuhan gas domestik memperlihatkan kecenderungan meningkat dimulai dari tahun 2005. Peningkatan ini diperkirakan akan terus terjadi di tahun-tahun mendatang seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi dalam negeri. Dengan kondisi ini, Indonesia akan memprioritaskan produksi gasnya untuk kebutuhan dalam negeri. Namun demikian, tetap diperlukan keseimbangan antara pemenuhan gas untuk kebutuhan domestik dan ekspor dalam rangka menghasilkan devisa untuk kepentingan negara.

Demikian dikemukakan Kepala BPMIGAS R. Priyono dalam acara LNG Forum 2012 di Bali.

Priyono mengemukakan, kecenderungan peningkatan volume gas sampai tahun 2020, mengindikasikan bahwa cadangan dan produksi gas bumi Indonesia masih meningkat dan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.

Hal tersebut dimungkinkan dengan mulai beroperasinya beberapa proyek besar selama beberapa tahun ke depan. Di antara proyek-proyek tersebut adalah Indonesia Deepwater Development (IDD) yang dikembangkan oleh Chevron Indonesia Company; Lapangan Jangkrik, Blok Muara Bakau, yang dikembangkan oleh Eni Muara Bakau B.V; dan Lapangan Abadi, Blok Masela, yang dikembangkan oleh Inpex Masela LTD.

Plan of Development (POD) untuk proyek IDD, Lapangan Jangkrik dan Lapangan Abadi sudah disetujui dan saat ini sudah mulai dikembangkan. IDD merupakan proyek yang akan mengembangkan lima lapangan gas laut dalam di Selat Makassar yaitu Lapangan Bangka, Gehem, Gendalo, Maha dan Gandang. Proyek ini diharapkan dapat mulai menghasilkan gas di tahun 2015 dengan tingkat produksi sekitar 900 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Sedangkan Lapangan Jangkrik yang dikembangkan oleh Eni Muara Bakau B.V diharapkan dapat mulai berproduksi tahun 2016 dengan tingkat produksi awal sebesar 290 MMSCFD.

Pengembangan proyek IDD dan Lapangan Jangkrik ini sangat strategis karena lokasinya berdekatan dengan Kilang gas alam cair (LNG) Badak yang dioperasikan oleh PT Badak NGL di Bontang, Kalimantan Timur.

Untuk Lapangan Abadi, produksi gas diperkirakan akan dimulai tahun 2018 dengan tingkat produksi sekitar 355 MMSCFD. Lapangan gas yang berlokasi di Laut Arafura ini diperkirakan memiliki cadangan gas terbukti lebih dari 6 triliun kaki kubik (TCF). Sesuai Plan of Development pertama (POD I) yang disetujui Desember 2010, kontraktor akan membangun kilang LNG terapung dengan kapasitas 2.5 juta ton per tahun (MTPA).

Selain tiga proyek tersebut, saat ini juga sedang dibahas Plan of Development (POD) untuk pengembangan lanjutan proyek LNG Tangguh oleh BP Indonesia dan pengembangan Coal Bed Methane (CBM) oleh VICO Indonesia.(TW)

Share This!