Puslitbang Geologi Kelautan Masuki Usia 27 Tahun

Monday, 7 March 2011 - Dibaca 7459 kali

BANDUNG. Tepat pada tanggal 6 Maret 2011 lalu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) berulang tahun ke-27.PPPGL juga memiliki peran penting dalam merumuskan kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan sumber daya dasar laut, penentuan batas wilayah laut, konservasi terumbu koral serta pulau-pulau kecil, ataupun sebagai penyedia data bagi desain pembangunan infrastruktur.Sejarah Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) dimulai dengan dibentuknya Seksi Geologi Marin dan Seksi Geofisika Marin pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G) pada tahun 1979. Pada tanggal 6 Maret 1984 kedua seksi tersebut digabung dan menjadi cikal bakal terbentuknya Pusat Pengembangan Geologi Kelautan (PPGL). Unit eselon II ini berada di bawah Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 1092 Tahun 1984.Pada awal berdirinya, PPGL didukung oleh empat bidang teknis, yaitu : Bidang Geologi Kelautan, Bidang Geofisika Kelautan, Bidang Sarana Operasi Kelautan, Bidang Manajemen Informasi dan Bagian Umum. Unit yang berkantor di Jl. Dr. Djunjunan Nomor 236, Bandung dan Cirebon ini diperkuat sumber daya manusia sebanyak 164 orang. Sarana dan prasarana yang dimiliki sebagian berasal dari P3G.Dalam perjalanannya, PPGL telah membangun Kapal Peneliti Geomarin I dan memiliki berbagai peralatan survei pantai. Kapal Peneliti Geomarin I diopeasikan untuk mendukung kegiatan pemetaan geologi kelautan bersistem skala 1:250.000 di perairan dangkal. Peralatan survei pantai dioperasikan untuk mendukung kajian geologi kelautan tematik di kawasan pesisir.Perubahan struktur organisasi kembali dialami PPGL pada bulan Desember 2001, yang ditandai dengan lahirnya Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 150 Tahun 2001, PPGL dimekarkan menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL) dan menjadi unit eselon II di bawah Badan Litbang Energi dan Sumber Daya Mineral. Pada era ini PPPGL berkembang dengan semangat menuju kemandirian, sejalan dengan lingkungan strategis globalisasi, AFTA, perkembangan industri kelautan yang pesat, Otonomi Daerah dan kemitraan.Pada tahun 2005, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral melakukan perubahan struktur organisasi melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0030 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Laksana Departemen ESDM di Badan Litbang ESDM. Peraturan ini telah mengukuhkan tugas dan fungsi PPPGL sebagai penunjang dalam upaya meningkatkan investasi sektor ESDM, terutama penyediaan data klaim atas wilayah landas kontinen, dan peningkatan status cekungan minyak dan gas bumi di laut.Salah satu tokoh pioner PPPGL adalah Kepala Badan Litbang ESDM, Bambang Dwiyanto. Mantan Asisten Ahli Geologi di Direktorat Geologi Bandung ini turut membangun karir di PPPGL saat menjabat sebagai Ahli Geologi Bidang Geologi (1984-1989). Karir alumni London University ini terus beriringan dengan PPGL, dimana beliau menjabat sebagai Kepala Seksi Pemboran, Bidang Sarana dan Operasi Kelautan (1990-1993) dan Pemimpin Proyek Penyelidikan Geologi Kelautan (1990-1994). Bambang Dwiyanto bernaung di bawah PPPGL hingga menduduki jabatan sebagai Kepala Bidang Geologi Kelautan (1993-1998).Sesuai dengan tugas dan fungsinya dalam menunjang pembangunan sektor energi dan sumber daya mineral, PPPGL bertugas menyelenggarakan penelitian dan pengembangan pemetaan geologi, geokimia, dan geofisika kelautan, serta pengelolaan sarana dan prasarana penelitian dan pengembangan serta perumusan rekomendasi batas landas kontinen Indonesia. melaksanakan penelitian bidang geologi kelautan di seluruh wilayah laut Indonesia Sesuai dengan misinya dalam melaksanakan litbang dan pemetaan geologi kelautan dan potensi energi sumber daya mineral kawasan pesisir dan laut, prioritas pokok kegiatan PPPGL adalah melakukan penelitian dan pengembangan di kawasan pantai dan laut, pengembangan kelembagaan menuju kemandirian dan pengembangan pelayanan jasa riset dan teknologi. Penyelidikan dan pemetaan geologi kelautan pada dekade terakhir ini makin ditingkatkan terutama pada pencarian sumber daya mineral yang bernilai strategis dan ekonomis dalam menunjang pembangunan nasional. Hal ini sehubungan dengan makin terbatasnya sumber daya mineral dan energi di darat. Kegiatan tersebut merupakan perwujudan akan tanggung jawab pemerintah dan negara dalam menggali potensi sumber daya mineral dan energi yang terdapat di dasar laut, mulai kawasan pantai, perairan pantai hingga ke batas terluar landas lontinen termasuk zona ekonomi eksklusif (ZEE). (ESTI)

Share This!