Semburan Lumpur Sukahening Tidak Mengandung Gas Berbahaya

Friday, 18 September 2009 - Dibaca 3285 kali

BANDUNG. Berdasarkan pemerikasan yang dilakukan Tim Tanggap Darurat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVG), Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral semburan (bualan) lumpur yang muncul di daerah Kampung Pasirgede, Desa Sukahening, Kecamatan Sukahening, Kabupaten Tasikmalaya tidak mengandung gas berbahaya.Semburan lumpur yang muncul pasca gempabumi Tasikmalaya (2/9) tidak berbahaya. "Semburan lumpur berwarna abu-abu pekat yang keluar tidak terdeteksi mengandung gas-gas berbahaya seperti CH4, CO, H2S, dan SO2 di lokasi kecuali gas CO2 yang terdeteksi hanya 0,6 % ppm", ujar Kepala PVG, Surono."Pengukuran oleh Tim Tanggap Darurat dilakukan dengan menggunakan detektor "Drager X-am 7000 hingga dikedalaman tanah pada radius 5 meter dari sumber lumpur", lanjut Beliau.Hasil penyelidikan menunjukkan, semburan lumpur terjadi hanya pada 1 (satu) lokasi yaitu, di Kampung Pasirgede, Desa/Kecamatan Sukahening, Kabupaten Tasikmalaya, dengan koordinat : 07o12'34,6" LS - 108o08'08,7" BT, terletak di dalam pekarangan warga berbentuk kolam dengan diameter 4 meter dan kedalaman sekitar 4 meter dari permukaan tanah. Saat ini bualan lumpur berwarna abu-abu pekat, sedikit berbau menyengat, suhu air 30,6o C, dan pH air 6,50 - normal.Menurut informasi penduduk setempat, semburan lumpur ini pernah muncul pada tahun 1952 dengan tinggi semburan mencapai 3 - 4 meter, tapi tidak berlangsung lama hanya sekitar 100 hari berhenti. Kemudian muncul kembali pada tahun 1982 (hanya beberapa bulan berhenti). Semburan kembali muncul akibat reaktifasi dari semburan (bualan) yang sebelumnya dengan debit sekitar 400 ml/detik.Kepala PVG menghimbau agar masyarakat tidak panik dengan adanya bualan lumpur tersebut, tidak terpengaruh isu-isu yang tidak bertanggungjawab. Semburan lumpur tersebut tidak akan membesar (seperti semburan lumpur di Sidoarjo) dan akan berhenti jika tekanan akibat gempabumi dan volume fluida menurun. Disarankan membuat pagar pembatas untuk membatasi sebagian masyarakat yang ingin melihat fenomena alam tersebut serta masyarakat tidak melakukan aktifitas di sekitar lokasi semburan.

Share This!