Shale Gas Indonesia Terdeteksi Di 7 Cekungan

Thursday, 14 April 2011 - Dibaca 5997 kali

Pekanbaru, Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan pemerintah, hingga saat ini terdapat 7 cekungan di Indonesia yang mengandung shale gas dan 1 berbentuk klasafet formation.Cekungan terbanyak berada di Sumatera yaitu berjumlah 3 cekungan, seperti Baong Shale, Telisa Shale dan Gumai Shale. Sedangkan di Pulau Jawa dan Kalimantan, shale gas masing-masing berada di 2 cekungan. Di Papua, berbentuk klasafet formation.Demikian dikemukakan Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo dalam paparannya pada acara Riau International Energy Expo (RIEX) 2011.Shale gas merupakan salah satu gas unconventional yang tengah dikembangkan di Indonesia, selain CBM. Shale gas adalah gas yang diperoleh dari serpihan batuan shale atau tempat terbentuknya gas bumi. Proses yang diperlukan untuk mengubah batuan shale menjadi gas membutuhkan waktu sekitar 5 tahun. Pemerintah saat ini tengah menyusun aturan hukum pengembangan shale gas.Gas unconventional lain yang dikembangkan pemerintah adalah gas metana batubara (CBM). Potensi CBM Indonesia sangat besar yaitu yaitu 453,3 TCF yang tersebar pada 11 cekungan hydrocarbon. Dari sumber daya tersebut, cadangan CBM sebesar 112,47 TCF merupakan cadangan terbukti dan 57,60 TCF merupakan cadangan potensial.CBM Indonesia berada di cekungan Sumatera Selatan (183 TCF), Barito (101,6 TCF), Kutei (89,4 TCF) dan Sumatera Tengah (52,5 TCF) untuk kategori high prospective. Cekungan Tarakan Utara (17,5 TCF), Berau (8,4 TCF), Ombilin (0,5 TCF), Pasir/Asam-Asam (3,0 TCF) dan Jatibarang (0,8) memiliki kategori medium. Sedangkan cekungan Sulawesi (2,0 TCF) dan Bengkulu (3,6 TCF) berkategori low prospective.CBM telah diusahakan secara komersial di sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Kanada, China dan Australia. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pemerintah, kondisi pengusahaan CBM di Indonesia lebih mendekati ke Powder River Basin USA di mana tingkat kematangan batubara berada pada sub-bituminus."Hingga saat ini, telah ditandatangani 32 wilayah kerja CBM dan diharapkan pada tahun ini dapat dihasilkan listrik dari CBM," tambah Evita.Selain itu, menurut rencana, dua tahun mendatang Indonesia juga akan mulai mengembangkan tight gas. Tight gas adalah gas alam yang terperangkap pada batuan pasir yang ketat serta berpotensi dikembangkan dengan pola fracturing lapisan batuannya. Potensi tight gas di Indonesia masih dalam kajian pemerintah. Namun diperkirakan berada di Kalimantan Timur, Jawa, Sumatera Selatan dan Sumatera Utara. Negara yang telah mengembangkan tight gas adalah Amerika Serikat. (TW)

Share This!