Status G. Soputan diturunkan dari Siaga Menjadi Waspada

Friday, 24 October 2008 - Dibaca 3283 kali

BANDUNG - Gunungapi Soputan merupakan salah satu gunungapi aktif yang kegiatannya ditandai dengan terjadinya guguran-guguran pada kubah lava dengan atau tanpa diikuti awanpanas guguran. Gunungapi tipe strato ini terletak di kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara dengan posisi koordinat pada 01o06' 30 LU dan 124o43' BT.Periode antara dua letusan G. Soputan terjadi dengan jangka waktu terpanjang sekitar 47 tahun. Karakteristik letusan G. Soputan pada umumnya berupa letusan eksplosif dengan atau tanpa diikuti awanpanas letusan dan letusan efusif. Pada saat erupsi, G. Soputan menghasilkan lontaran material seperti abu, pasir, lapili dan bom-bom, serta terjadi guguran-guguran lava pijar, sesekali diikuti aliran awanpanas.Sejak 21 Juni hingga 2 Juli 2011, aktivitas kegempaan G. Soputan menunjukkan peningkatano kegiatan vulkanik yang signifikan. Pada 2 Juli 2011 pukul 23.00 WITA status kegiatan G. Soputan dinaikkano dari WASPADA (LEVEL II) menjadi SIAGA (LEVEL III) dan status kegiatan G. Soputan diturunkan dari SIAGA (LEVEL III) menjadi WASPADA (LEVEL II) sejak 19 Juli 2011 pukul 22.00 WITA. Kegiatan vulkanik G. Soputan kemudian meningkat, sehingga 14 Agustus 2011 pukul 15.00 WITA status kegiatan vulkaniknya dinaikkan menjadi SIAGA (LEVEL III).Ancaman BahayaMenurut catatan sejarah aktivitas letusan Soputan umumnya bersifat eksplosif dengan pusat kegiatan di puncak. Tercatat beberapa kejadian aliran lava, awan panas, dan pertumbuhan kubah lava. Pada saat ini Soputan memiliki endapan abu di lereng sebelah Timur dan Tenggara, apabila terjadi hujan lebat akan mengakibatkan aliran lahar diantaranya ke arah bantaran S. Popang, S. Kawangkowan, S. Lowian S. Pinamangkolan, S. Ranowangko, S. Pontu, Royongan Saluwangko, Royongan Walewangko, Kuala Kaluya, dan Kuala Palaus. Potensi bahaya lainnya adalah guguran lava yang masih sering terjadi di sekitar tubuh gunungapi, umumnya guguran lava terjadi di bagian Utara G. Soputan. Yang harus diwaspadai selanjutnya adalah jika terjadi guguran kubah lava yang diikuti awan panas guguran ke arah Silian, karena bukaan kawahnya menuju ke daerah tersebut.KesimpulanBerdasarkan hasil analisis pemantauan secara visual dan kegempaan, Kegiatan vulkanik G. Soputan menunjukkan penurunan aktivitas yang signifikan baik frekuensi maupun intensitas gempa vulkanik, guguran, dan letusan, maka tingkat kegiatan G. Soputan diturunkan dari SIAGA (Level III) menjadi Waspada (Level II) terhitung mulai tanggal 8 September 2011 pukul 16.00 WITA.G. Soputan saat ini sedang dalam proses mencapai kesetimbangan baru, oleh karena itu guguran kubah lava kemungkinan masih akan terjadi, namun tidak berbahaya dan kecil risikonya untuk terjadi bencana.Jika terjadi perubahan penurunan/peningkatan aktivitas G. Soputan secara signifikan, maka tingkat kegiatannya dapat diturunkan/dinaikkan sesuai dengan tingkat kegiatan dan ancamannya.Pemantauan secara intensif terus dilakukan guna mengevaluasi kegiatan G. Soputan, serta pemahaman akan aktivitas G. Soputan harus tetap dilakukan secara intensif melalui kegiatan sosialisasi tentang ancaman bahaya letusan G. Soputan.RekomendasiDalam status Waspada G. Soputan, kami rekomendasikan sebagai berikut ;

  1. Masyarakat dan wisatawan untuk tidak mendekati dan melakukan aktifitas pada radius 4 km dari Puncak G. Soputan.
  2. Jika terjadi hujan lebat dan berlangsung lama di Puncak G. Soputan agar masyarakat yang bermukim di sekitar bantaran S. Popang, S. Kawangkowan, S. Lowian S. Pinamangkolan, S. Ranowangko, S. Pontu, Royongan Saluwangko, Royongan Walewangko, Kuala Kaluya, dan Kuala Palaus agar mewaspadai kemungkinan terjadinya bahaya lahar.
  3. Masyarakat agar tetap tenang dalam menghadapi peningkatan kegiatan G. Soputan dan tetap berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulawesi Utara, PEMDA setempat, Satlak setempat atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi melalui Pos PGA G. Soputan di Desa Maliku, Kecamatan Amurang Timur.
  4. Pemerintah Daerah perlu melakukan penyuluhan bahaya gunungapi secara intensif karena intensitas guguran lava masih berlangsung. (SF)

Share This!