Tanggapan Kejadian Tsunami di Selat Sunda, Tanggal 22 Desember 2018

Monday, 24 December 2018 - Dibaca 10199 kali

Bersama ini disampaikan tanggapan kejadian tsunami yang terjadi di Selat Sunda, Provinsi Banten dan Lampung, berdasarkan informasi dari berbagai sumber dan analisis Badan Geologi, sebagai berikut:

1. Informasi Tsunami

Tsunami terjadi pada hari Sabtu, 22 Desember 2018. Berdasarkan pengamatan stasiun pasang surut Badan Informasi Geospasial (BIG) diperoleh informasi mengenai waktu tiba dan tinggi gelombang pertama, sebagai berikut:

(1) Di Stasiun Marina Jambu (Desa Bulakan, Kec. Cinangka, Kab. Serang, Banten) tiba pada pukul 21:27 WIB, dengan ketinggian 1,4 m.

(2) Di Stasiun Banten (Pelabuhan Ciwandan, Kota Cilegon, Banten) tiba pada pukul 21:40 WIB, dengan ketinggian 0,27 m.

(3) Di Stasiun Kota Agung (Kec. Kota Agung, Kab. Tanggamus, Lampung) tiba pada pukul 21:35 WIB, dengan ketinggian 0,31 m.

(4) Di Stasiun Panjang (Pelabuhan Panjang, Kota Bandar Lampung, Lampung) tiba pada pukul 21:27 WIB, dengan ketinggian 0,36 m.

2. Tsunamigenik (Sumber Pemicu Tsunami) di Selat Sunda:

Berdasarkan katalog tsunami yang ditulis S.L. Soloviev dan Ch.N. Go pada tahun 1974, Wilayah Selat Sunda beberapa kali dilanda tsunami yang dipicu oleh gempa bumi (tahun 1722, 1852, dan 1958), erupsi atau aktivitas G. Krakatau (tahun 416, 1883, dan 1928), serta penyebab lain yang belum diketahui (tahun 1851, 1883 dan 1889).

3. Analisis Penyebab Tsunami:

(1) Sebelum kejadian tsunami, erupsi G. Anak Krakatau terjadi secara menerus sejak Juni 2018 dan berfluktuasi namun tidak ada peningkatan intensitas yang signifikan.

(2) Tsunami yang terjadi pada 22 Desember 2018 kemungkinan besar dipicu oleh longsoran atau jatuhnya sebagian tubuh dan material G. Anak Krakatau _(flank collapse)_ khususnya di sektor selatan dan barat daya. Masih diperlukan data tambahan dan analisis lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada faktor lain yang berperan.

4. Dampak Tsunami:

Tsunami menerjang kawasan pantai barat Provinsi Banten dan Pantai Selatan Provinsi Lampung. Berdasarkan informasi dari BNPB, hingga 23 Desember 2018 malam, korban meninggal akibat tsunami berjumlah 222 orang, 843 orang luka-luka dan 28 orang dikabarkan hilang. Tsunami juga meluluh-lantakkan bangunan serta rumah warga di Kab. Pandeglang dan Kab. Lampung Selatan. Setidaknya 556 rumah rusak, sembilan hotel rusak berat dan 60 warung hancur diakibatkan terjangan tsunami.

5. Rekomendasi:

(1) Tsunami yang terjadi adalah kasus yang spesial dan jarang terjadi di dunia, serta masih sangat sulit untuk memperkirakan kejadian _partial collapse_ pada suatu gunungapi. Untuk itu, pemantauan tsunami di tengah Selat Sunda baik dengan pemasangan peralatan pemantau (stasiun pasang surut di Pulau sekitar G. Anak Krakatau dan/atau BUOY) maupun pemantauan visual dengan penginderaan jauh, sangat diperlukan.

(2) Hingga saat ini erupsi G. Anak Krakatau masih berlangsung menerus, masyarakat di pesisir barat Banten dan pesisir selatan Lampung agar tetap waspada, dan untuk sementara waktu tidak beraktivitas di wilayah yang terlanda tsunami hingga kondisi memungkinkan.

Demikian tanggapan kejadian tsunami di Selat Sunda, jika ada perkembangan lebih lanjut mengenai tsunami ini akan segera kami laporkan kembali.

Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian ESDM

Share This!