Tantangan Bersama Indonesia-Jepang di Sektor Energi

Monday, 22 November 2010 - Dibaca 2704 kali

JAKARTA. Indonesia dan Jepang memiliki setidaknya dua kesamaan isu strategis di bidang energi. Pertama, baik Indonesia maupun Jepang adalah konsumen energi dalam jumlah besar, sehingga diperlukan upaya untuk mengamankan pasokan energi secara berkelanjutan. Sementara yang kedua, Indonesia dan Jepang berbagi kebutuhan dalam mengembangkan tindakan untuk mengurangi dampak perubahan iklim global.

Hal tersebut disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Zahedy Saleh pada Indonesia-Japan Energy Round Table (IJERT) ke-11 di intercontinental Midplaza Hotel Jakarta, Senin (22/11).

Menteri ESDM menambahkan, dalam menangani isu perubahan iklim, Presiden Indonesia telah menetapkan target pengurangan emisi CO2 sebesar 26% pada tahun 2020, 6% diantaranya akan berasal dari sektor energi. Target resmi disampaikan di G-20 Summit di Pittsburgh, Amerika tahun lalu.

Oleh karena itu, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan semua mitra internasional, telah mulai mengembangkan sumber energi ramah lingkungan, misalnya panas bumi, biofuel, dan CBM. Pemerintah juga mengadopsi teknologi batubara bersih seperti upgrading batubara, pencairan batubara, gasifikasi batubara dan untuk memulai pembangunan shale gas pada tahun depan.

Selain itu, lanjut Menteri ESDM, Keputusan Presiden Nomor 5 / 2006 juga telah menetapkan target yang jelas untuk mengoptimalkan bauran energi Indonesia pada tahun 2025, yaitu untuk meningkatkan porsi energi terbarukan hingga minimal 17%. Untuk meningkatkan upaya ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral baru-baru ini membentuk Direktorat Jenderal Energi Terbarukan dan Konservasi Energi. Unit ini telah ditugaskan untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan dan untuk mengatur agenda konservasi energi. Direktorat Jenderal telah berkomitmen lebih jauh untuk mencapai Visi 25/25, yaitu untuk mencapai 25% bauran energi berasal dari energi baru dan terbarukan pada tahun 2025.

Serangkaian langkah-langkah telah dilakukan untuk memenuhi target bauran energi, antara lain penggunaan wajib biofuel dan pengembangan 7000 MW pembangkit listrik baru menggunakan sumber energi terbarukan. "Secara paralel, kami juga menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi elastisitas energi kita menjadi kurang dari satu pada tahun 2025," pungkas Menteri ESDM. (KO)

Share This!