Transformasi Comparative Advantage Menjadi Competitive Advantage Melalui Pendidikan

Friday, 6 May 2011 - Dibaca 5109 kali

JAKARTA. Pada Pembukaan Seminar Nasional CSR Pendidikan Sektor ESDM tahun 2011 di Balai Kartini Jakarta, 2 Mei 2011, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Darwin Zahedy Saleh menyampaikan bahwa sektor ESDM sebagai salah satu sektor strategis memiliki peran dalam mendukung pembangunan nasional. Peran strategis sektor ESDM antara lain melalui penyediaan pasokan energi, berkontribusi pada penerimaan Negara, mendukung pembangunan daerah melalui dana bagi hasil sektor ESDM, serta efek berantai penciptaan tenaga kerja melalui kegiatan pengusahaan di sektor ESDM.Keseluruhan peran sektor ESDM memiliki satu muara tujuan yaitu mengkonversi keunggulan potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia berupa Sumber Daya Alam (SDA) energi dan mineral yang dikenal sebagai comparative advantage yang merupakan keunggulan bersifat "sementara" menjadi keunggulan yang bersifat kualitas (competitive advantage).Disampaikan Menteri, momentum Hari Pendidikan Nasional menjadi tepat untuk menyampaikan bahwa transformasi comparative advantage menjadi competitive advantage dapat dijembatani oleh dunia pendidikan. Mengadopsi apa yang diungkapkan Michael Porter (1985) bahwa bangsa yang berjaya bukanlah bangsa-bangsa yang memiliki comparative advantage tetapi mereka yang memiliki competitive advantage.Apabila kita perhatikan di Negara ini, struktur revenue paling besar berasal dari sektor ESDM, sementara pengeluaran paling besar adalah di sektor energi dan pertanian. Hal serupa juga terjadi di Meksiko dan Negara yang kaya sumber daya alam lainnya. "Maka dari itu yang jadi perhatian sekarang adalah bagaimana competitive advantage ini muncul sebagai pertaruhan, sesuatu yang harus diperjuangkan mengingat sifat "decrease of natural resources". Jangan sampai kita terlena dengan keunggulan komparatif yang kita miliki, sehingga tantangan ke depan adalah bagaimana mentransformasi comparative advantage menjadi competitive advantage melalui dunia pendidikan nasional," ujar Menteri.Di era otonomi daerah saat ini, lanjut Menteri, kita mengenal Pemerintah Pusat dan juga Pemerintah Daerah yang di-empower (diberdayakan). Daerah pun berkembang menjadi market baru bagi dunia pembiayaan. Tantangannya adalah saat ini uang berputar di daerah, sementara sumber daya manusia di daerah masih kurang. Sumber daya alam yang kuat melalui comparative advantage hendaknya didukung oleh usaha peningkatan competitive advantage-nya. Sehingga regionalisasi otonomi daerah perlu kita lakukan dan kita isi dengan bagaimana mentransformasi comparative advantage menjadi competitive advantage melalui dunia pendidikan.Data sensus terbaru BPS menunjukkan bahwa dari 100% angkatan kerja di Indonesia (sekitar 105-109 juta orang), 67% diantaranya bekerja di sektor nonformal, sementara sisanya sebanyak 33% bekerja di sektor formal. "Dalam 10 tahun saya harap Indonesia dapat membalik kondisi tersebut, sehingga ketika hari kerja jalanan sepi karena para pekerja berada di ladang, kantor-kantor maupun lapangan, dan ketika libur mereka akan memadati taman-taman dan tempat hiburan, seperti yang terlihat di negara-negara maju," ujar Menteri. Dari keseluruhan angkatan kerja tersebut, sebanyak 74% adalah berpendidikan SMP atau kurang, menunjukkan bahwa Indonesia sebagian besar digerakkan oleh produktivitas dan daya beli 74% angkatan kerja yang berpendidikan SMP atau kurang. Oleh karena itu, sektor ESDM hendaknya lebih mencermati hal ini untuk meningkatkan dan memperkuat produktivitas, misalnya dengan mendirikan pendidikan-pendidikan kejuruan sehingga dapat meningkatkan wajah tenaga kerja Indonesia yang dikirim ke luar negeri. Bila saat ini sebagian besar wajah tenaga kerja kita di luar negeri dikenal karena bergaji murah, maka ke depan kita harus mengubah pandangan tersebut sehingga wajah tenaga kerja kita yang dikirim ke luar negeri adalah wajah tenaga kerja yang skillfull dan memiliki keunggulan kompetitif."Sunatan masal koq disebut CSR?" demikian statement Gubernur suatu provinsi yang kaya akan migas mengilhami Menteri ESDM untuk menggelar acara seminar nasional CSR Pendidikan Sektor ESDM tahun 2011 ini. "Memang CSR dapat diwujudkan salah satunya melalui sunatan masal, tetapi lebih dari itu, CSR sektor ESDM harus lebih dalam dan lebih strategis, dengan menekankan upaya untuk mentransfer comparative advantage ke competitive advantage. Inilah yang menjadi tanggung jawab bersama sektor ESDM, menjaga keberlanjutan proses transfer ini melalui dunia pendidikan antara lain dengan mendirikan sekolah-sekolah kejuruan, meningkatkan skill pelajar dan mahasiswa serta CSR yang berkontribusi memajukan sektor pendidikan nasional," pungkas Menteri ESDM menutup sambutannya. (KO)

Share This!