Clean Coal Technology untuk Kurangi Emisi Merkuri PLTU

Wednesday, 29 January 2020 - Dibaca 1169 kali

Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan mengadakan "Capacity Building in Indonesia to Reduce Mercury Emmission from the Coal Combustion Sector". Workshop ini diselenggarakan di Auditorium Samaun Samadikun, Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Jakarta (29/01).

Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Wanhar membuka acara workshop dengan membacakan sambutan dari Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana. Wanhar menyampaikan bahwa sampai dengan 10 tahun mendatang pemerintah telah merencanakan penambahan pembangkit listrik sebesar 56,39 GW. Hal ini sejalan dengan upaya pencapaian target rasio elektrifikasi 100% pada tahun 2020 di seluruh wilayah Indonesia. PLTU batubara masih mendominasi (54,6%) dan diikuti dengan perencanaan pembangkit listrik energi baru terbarukan (23,0%). PLTU batubara masih mendominasi karena merupakan pembangkit listrik pemikul beban dasar (base load) yang beroperasi secara terus menerus selama 24 jam.

"Meskipun penggunaan batubara di pembangkit listrik akan meningkat namun arah pemanfaatannya ditujukan pada penggunaan teknologi bersih dan ramah lingkungan," Wanhar menegaskan. Ia menyampaikan hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan untuk menciptakan kegiatan ketenagalistrikan yang ramah lingkungan sehingga dapat mendukung pembangunan yang berkelanjutan serta berwawasan lingkungan hidup.

Pembangunan PLTU Batubara direncanakan akan menggunakan teknologi High Efficiency Low Emission (HELE) atau yang lebih dikenal dengan Clean Coal Technology (CCT) seperti teknologi boiler super critical dan ultra-super critical yang akan dikembangkan di pulau Jawa dan Sumatera, serta teknologi yang lebih efisien di Indonesia Timur. Direncanakan sepuluh lokasi PLTU di Pulau Jawa yang akan dikembangkan menggunakan teknologi boiler Ultra-Super Critical dengan total kapasitas sebesar 12.066 MW sampai dengan tahun 2028.

"Diharapkan dengan penggunaan teknologi tersebut dapat mengurangi lepasan emisi gas buang, termasuk merkuri," pungkas Wanhar.

Workshop ini merupakan bantuan US Department of State kepada Pemerintah Indonesia melalui US Embassy, dengan menunjuk International Energy Agency (IEA) Clean Coal Centre dan Basel and Stockholm Convention Regional Centre (BCRC) sebagai pelaksana. Selain itu acara ini juga mendapatkan dukungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Dasrul Chaniago dan Director of International Energy Agency (IEA) Clean Coal Centre Lesley Sloss juga menjadi pembicara dalam acara ini. (u)