Ini Strategi Pemerintah Muluskan Peta Jalan Transisi Energi Menuju Karbon Netral

Thursday, 17 February 2022 - Dibaca 1641 kali

Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah membuat peta jalan untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) di sektor energi. Peta jalan yang menjadi bentuk komitmen bersama antara Pemerintah dan para pemangku kepentingan ini berupa timeline yang terbagi menjadi 6 tahap, dimulai pada 2021 hingga 2060.

Dalam Rapat Kerja Menteri ESDM dengan Komisi VII DPR pada Kamis (17/2/2022) di Jakarta, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengungkapkan strategi yang dilakukan untuk mencapai target NZE pada 2060 dalam peta jalan tersebut. Menurut Arifin, strategi disusun dari sisi supply maupun demand.

"Berdasarkan peta jalan transisi energi, strategi utama yang disusun untuk menuju karbon netral di sisi supply adalah pengembangan energi baru terbarukan (EBT) secara masif dengan fokus pada tenaga surya, hydro, panas bumi dan hidrogen," ujar Arifin.

Ia menambahkan, strategi lainnya dari sisi supply adalah retirement PLTU yang dilakukan secara bertahap, serta pemanfaatan teknologi rendah emisi seperti Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).

"Dari sisi demand, strategi yang dilakukan antara lain pemanfaatan kompor listrik dan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB), di samping penerapan manajemen energi," sebutnya.

Arifin lantas menyampaikan teknologi super grid dan smart grid menjadi kunci untuk meningkatkan penetrasi EBT. Menurutnya, pengembangan super grid dilakukan untuk meningkatkan konektivitas antarsistem kelistrikan antarpulau untuk berbagi sumber EBT.

Pemerintah juga memiliki rencana untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya EBT untuk pembangkit listrik, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) yang direncanakan masuk pada 2049.

"Tambahan pembangkit setelah 2030 hanya dari EBT. Mulai 2035 didominasi oleh Variable New Energy (VRE) berupa Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), pada tahun berikutnya diikuti oleh Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) dan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL)," tegasnya.

Arifin tak menampik bahwa pada periode transisi energi, energi fosil masih memiliki peran penting untuk dikembangkan sebelum energi yang lebih bersih tersedia.

"Saat ini minyak bumi masih sebagai energi utama di sektor transportasi sebelum digantikan oleh kendaraan listrik. Gas bumi dapat dimanfataan untuk energi transisi sebelum EBT 100% di pembangkit. Untuk itu Kementerian ESDM tetap mendorong peningkatan produksi migas," Arifin menjelaskan.

Dalam kesempatan tersebut, Arifin juga mengemukakan peran serta Kementerian ESDM dalam Forum Transisi Energi G-20. Ia mengatakan tema utama Transisi Energi G-20 dilandaskan pada tiga hal yakni pengamanan aksesibilitas energi, peningkatan teknologi bersih dan cerdas, serta peningkatan pendanaan energi. (AMH)